Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil Tes DNA
Nathan masih terus menatap tajam Kevin. Semakin lama, tatapan itu seolah semakin menusuk kehati.
Kevin hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Entah mengapa rasanya justru seperti menelan pasir. Tatapan Nathan membuat Kevin bergidik ngeri bercampur gugup. " Anu, maaf ya Nathan. Rambutmu terselip ke cincin yang melingkar di jariku. Hahaha....
Paman mesum ini benar-benar ingin membodohi ku ya? apa dia pikir aku tidak tahu apa yang dia rencanakan dengan mencabut rambutku? tapi biarlah, aku hanya perlu menunggu waktu agar Ayah datang padaku.
Nathan memalingkan pandangannya meski wajah dinginnya masih tersemat di wajahnya.
" Than than,.... " Suara Berly berlari menuju tempat Nathan duduk.
" Berly, pergilah mandi. Aku akan menunggumu.
Berly sontak menghentikan langkahnya dengan wajah cemberut. " Than than kenapa kau jahat sekali? apa aku tidak menawan ketika bangun tidur?
" Itu, Maksutnya, kau akan lebih cantik dan lucu saat sudah mandi. " Nathan berucap dengan wajah malu-malu.
" Than than baiklah. Aku akan pergi mandi sekarang. Kau harus setia menungguku ya. Jagalah matamu jangan nakal. " Ucap Berly lalu berjalan menuju kamar mandi.
Apa-apaan bocah kecil ini?! mereka kenapa berkomunikasi layaknya orang dewasa. Tadi apa dia bilang? jaga matamu? jangan nakal? ya ampun.... Rasanya hidungku hampir mimisan.
" Paman, jangan menggerutu didalam hati. " Ujar Nathan yang sesekali menatap sinis Kevin dengan ekor matanya.
Kok dia bisa tahu sih? tidak mungkin bocah tengik ini punya indera ke enam kan?
" Masih saja menggerutu?
Ya ampun..... menyeramkan sekali.
" Tidak. Tidak kok. " Bantah Kevin sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Cih! sudah tua tapi suka menggerutu. Sangat memalukan.
Sialan! bocah tengik! sekali lagi mulutmu mengumpatku, akan ku remas mulut mu hingga berbentuk bola lalu akan ku tendang sampai pucuk Monas.
" Tentu tidak Than than. Aku hanya,..
" Jangan berani-beraninya memanggilku dengan sebutan itu. " Ucap Nathan kesal.
" Tapi Berly selalu memanggilmu begitu. " Ujar Kevin santai. Percaya atau tidak, ini adalah kali pertama Kevin meladeni seorang bocah. Rasanya, dia benar-benar tidak ingin kalah darinya.
" Paman tidak bisa disamakan dengan Berly.
" Kenapa?
" Wajah Berly sangat manis dan imut.
" Lalu? Bagaimana denganku? " Kevin menunjuk dirinya sendiri.
" Mesum dan brengsek.
" What the fu*ck! " Kevin spontan mengumpat saat mendengar kalimat itu dari Nathan. Tapi setelah beberapa saat, ia tersadar dan membungkam mulutnya sendiri. " Sorry....
Nathan menyunggingkan senyum mencibirnya. " Paman mulutmu sangat manis ya.
" Itu, maaf. " Lagi-lagi, Kevin harus mencoba mengalah. Lebih baik diam saja. Percuma juga membela diri dihadapan bocil tengil ini batinnya.
Setelah beberapa saat. Berly sudah selesai mandi. Anak itu terlihat sangat cantik. Ia menggunakan dress berwarna merah muda. Rambut tergerai indah dengan poni yang menutupi dahinya.
Kevin tak sengaja melihat ke arah Nathan. Betapa terkejutnya dia. What the hell?! bocah tengik ini pipinya bersemu merah saat Berly muncul. Adu duh.... kenapa ekspresinya mirip sekali seperti Nath saat melihat Vanya?
" Than than ayo kita main diruang tengah. " Ajak Berly sembari mengulurkan tangan meminta Nathan menyambutnya.
Diluar dugaan. Nathan justru mengacuhkannya. " Sudahlah,... kita tidak perlu bergandengan. " Ucap Nathan sembari melangkahkan kaki menuju ruang tengah.
" Dasar iblis kecil! lihat saja nanti. Saat dewasa, kau akan menyembah memintaku menikahi mu. " Umpat Berly sembari menyusul Nathan yang sudah lebih dulu beranjak.
Benar-benar mengerikan. Kevin masih tak percaya dengan dua bocah yang mengejutkan ini.
Tok....! tok.....! Sherin mengetuk mejanya untuk menyadarkan Kevin dari lamunannya.
" Eh, iya. Maaf. " Kevin mengambil kembali kesadarannya.
" Dokter Kevin, memang anda tidak sibuk ya? sampai kapan anda akan disini? " Tanya Sherin yang sudah mulai kesal. Padahal sudah di tinggal memandikan Berly. Tapi masih saja duduk di sini dengan tidak tahu malunya.
" Sampai kau memberikan segelas air untukku. Aku sangat haus. " Ujar Kevin sembari mengusap lehernya.
Sherin mendesah sebal lalu mengambilkan segelas air putih. Jangan tanya bagaimana wajahnya. Benar-benar seperti iblis pencabut nyawa lah pokoknya 😀.
Pergilah! jangan kembali lagi. Kalau masih tidak pergi, akan ku siram tubuhmu dengan garam. Dasar makhluk jadi-jadian.
Setelah menghabiskan air yang diberikan Sherin, Kevin akhirnya meminta izin untuk pergi.
" Dokter Sherin, aku pamit dulu. Sampai bertemu nanti. " Ucap Kevin sembari tersenyum sebelum melangkahkan kakinya.
Cuih....! tidak sudi bertemu denganmu.
" Iya. Sampai jumpa.
Kalau bisa jangan sampai berjumpa.
Setelah memasuki lift, Kevin membuka kepalan tangannya uang berisi beberapa helai rambut Nathan. Dia memasukkannya kedalam sebuah wadah yang transparan. Kevin meraih ponselnya setelah memasukkan rambut Nathan di sakunya.
' Aku akan datang sekarang. Bersiaplah. Kerahkan semua tim. Hari ini harus bisa aku dapatkan hasilnya. ' Kevin tersenyum dingin setelah mematikan ponselnya.
" Wah Nath, aku tidak sabar untuk ini. Jika bukan, maka kau beruntung karena akan memiliki anak tiri yang begitu mirip denganmu. Jika iya, ini pasti akan menjadi permainan yang sangat seru. Aku penasaran, bagaimana kalian bisa memiliki bocah tengil itu? " Gumam Kevin.
***
Vanya dan Nath berada di Mini Cafe langganan mereka. Sama seperti biasanya.
" Vanya besok kau ada acara? " Tanya Nath.
" Ada.
" Benarkah? padahal aku ingin mengajakmu menghadiri undangan rekan bisnis Ayahku.
" Maaf.... aku juga tidak bisa menolak.
" Tidak masalah. Aku akan datang bersama Lexi.
" Iya. Memang lebih baik kalian datang bersama. Kalian terlihat serasi soalnya.
" Kalau begitu, aku batalkan niatku datang bersama Lexi.
Vanya menahan tawanya setelah berhasil mengerjai Nath.
Hari berjalan sebagaimana mestinya. Setelah sampai di kantor, Vanya dan Nath fokus untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.
***
" Hehe..... bagus sekali. ah,... rasanya tidak sabar lagi. " Ucap Kevin setelah melihat isi dari amplop coklat yang kini ia pegang.
Satu jam kemudian.
" Selamat sore sahabat kesayangan...... " Kevin membuka pintu dengan senyum yang mengembang sempurna di wajahnya.
" Apa yang membuatmu datang kemari? aku sedang sangat sibuk. " Ujar Nath tanpa menatap Kevin yang kini sudah duduk berseberangan dengannya.
" Sok sibuk sekali. Tapi aku membawa kabar bahagia untukmu. " Kevin menyodorkan amplop coklat yang tadi ia pegang.
Nath mengerutkan dahinya. Deg...... meski hanya menebak-nebak, entah kenapa ia langsung memikirkan anak kecil itu.
Nath meraih amplop itu dengan perasaan gundah dan hari yang berdebar. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap bahwa semua ketakutannya tidaklah benar.
Nath membuka amplop itu dengan tangan gemetar. Kevin menyunggingkan senyum. Dia benar-benar menikmati ini. Kapan lagi bisa melihat Nath segugup ini? belum juga tahu isinya sudah gemetar, apalagi kalau sudah lihat? batinnya.
" Ini? mana mungkin? " Nath menatap hasil tes DNA dengan kening yang mengerut serta mata yang menajam. Tiba-tiba tangan dan seluruh tubuhnya lemas hingga Nath menjatuhkan tangannya ke atas meja bersamaan dengan selembar kertas yang membuatnya terguncang.
Ya ampun, bahagia sekali aku melihatnya. Rasakan dan nikmati Nath. Ah,.... lumayan menyenangkan rupanya. Lexi, kau benar-benar tidak beruntung. Kau melewatkan keindahan ini.
To Be Continued.