Aisyah Nur tak menyangka jika keluarganya menyimpan rahasia yang sangat besar.
Cintanya pada Deren pun mendapat penolakkan. Rahasia apakah yang menjadi penghalang cinta diantara mereka.
Akankah Aisyah mampu meyakinkah orang tuanya akan Cintanya. Bagaimana perjuangan Aisyah dan Deren dalam mempersatukan cinta mereka.
Simak kisah mereka dalam "Aak Preman Aku Padamu". Happy reading salam sayang dari Rini Sya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengembalikan Keadaan
Patrio kembali ke Markas Besarnya. Langkah awal yang dia ambil adalah membersihkan rumahnya dari wanita-wanita yang dinilai itu adalah hadiah untuknya.
Patrio mengumpulkan semua wanita itu di aulanya, dan bertanya pada mereka satu persatu. Beruntungnya ada yang berani menjawab, bahwa sebenarnya mereka terpaksa. Termasuk Aisyah.
Patrio masih belum bisa terbuka pada Aisyah, karena Patrio tetap bertekat untuk mengembalikan keadaan ini seperti yang seharusnya. Patrio juga berencana membuka identitas mereka dengan bukti nyang nyata.
Semua orang disana menunduk takut, bagaimana tidak mereka sudah biasa melihat dan merasakan bagaimana kejamnya Patrio menyiksa mereka jika mereka melakukan kesalahan. Terlebih saat ini, semua bisa saja terjadi, sesuai kehendak Pakduka Raja.
Patrio duduk dikursi singgasana kebesarannya, sedangkan para wanita itu duduk berbaris dan bersimpuh dihadapannya. Hanya permaisuri lah yang kini menemaninya di samping Pakduka Raja. Siapa lagi kalau bukan Ayu putri dari pimpinan besar persatuan King Kobra.
"Kalian semua dengar, aku sudah memutuskan untuk melepaskan ikatan tangan kalian. Aku membebaskan kalian dari segala tuntutan hutang piutang. Kalian bebas dariku sekarang, terbebas dari hukuman apapun. Tapi dengan satu syarat, saat kalian sudah berada di dunia luar maka lupakanlah yang pernah kalian alami disini dan tetap jaga mulut kalian jika ingin selamat. Aku tetap memantau langkah kalian, kalian paham," ucap Patrio tegas.
Mereka pun serempak menjawab paham. Hanya Aisyah yang diam. Karena jujur dia sangat kesal dan geram pada pria sok kuasa ini.
Posisi tertingginya Patrio Guran tidak diragukan lagi. Dia begitu tegas dan berwibawa dalam bertutur kata, dia memang pantas menjadi Raja.
Ingin rasanya semua wanita yang ada disana bersorak sorai. Tapi mereka sungguh takut. Mengingat dibelakang mereka masih ada beberapa pria yang memegang senjata. Dan akan tetap siap menembak siapapun yang berani bersuara tanpa di suruh.
"Kalian boleh kemasi barang barang kalian dan pergi dari sini sekarang juga, sebelum aku berubah pikiran. Dan kau gadis berkerudung tetap di tempat. yang lain boleh pergi," ucap Patrio memberikan perintahnya lagi. Alangkah terkejutnya Aisyah karena hanya dirinya yang tertinggal.
Semua orang pun meninggalkan aula itu tanpa berani bertanya apapun. Aisyah hanya melirik kepergian mereka, andai bisa protes batin Aisyah.
Kini tinggallah Aisyah yang masih duduk bersimpuh dengan ketakutan yang melandanya. Aisyah masih diam dan menunggu perintah untuknya pastinya.
"Kau masuk keruang kerjaku, aku mau bicara empat mata denganmu!" ucap Patrio dengan nada tinggi seperti biasa. Patrio harus pandai beracting sekarang. Dia memang diharus tetap berpura pura agar Ayu tak curiga. Patrio harus tetap menjaga agar dia bisa membongkar kebohongan wanita di sampingnya ini. Dan bisa melemparnya kekandang Kobra milik ayahnya, batin Patrio geram.
Seperti biasa Aisyah pun dikawal oleh beberapa pria bersenjata saat berjalan menuju ruang yang biasa dia masuki ketika Patrio menyuruhnya datang.
Salah satu pria bersenjata itupun membukakan pintu untuknya. Aisyah pun masuk.
Aisyah belum berani duduk karena sang empunya tempat belum hadir. Jangankan duduk berpindah tepat sedikit saja pun tak berani.
Kali ini Aisyah tak menunggu lama. Mungkin hanya sekitar sepuluh menit saja.
"Hay kau duduk, siapa yang menyuruhmu berdiri saja!" hardik Patrio tiba tiba, dia seperti setan bisa muncul kapan saja sesuai yang dia mau, dasar pria jahanam batin Aisyah kesal.
"Baik om!" jawab Aisyah menurut. Dia pun duduk di sofa dengan tenangnya.
"Kenapa kau tegang?" tanya Patrio, tatapannya mengintimidasi seperti biasa. Membuat siapapun akan gemetar ketakutan.
"Om serem bagaimana Aish nggak takut," jawab Aisyah jujur. Seketika Aisyah memejamkan matanya dan meremas gamisnya karena dia telah lancang dan begitu berani menjawab pria menyeramkan ini. Patrio tersenyum dengan tingkah konyol Aisyah. Patrio menilai jika Aisyah sangat menggemaskan.
"Jangan menjawab macam-macam, jika tak ingin ku ledakkan kepalamu!" ancam Patrio. Aisyah bertambah takut mendengar ancaman itu. Matanya semakin erat dia pejamkan.
Didepannya ada Patrio yang senang menikmati ketakutannya Rasanya menyenangkan sekali bisa melihat ketakutan natural putrinya.
"Maaf Om," jawab Aisyah.
"Kali ini ku maafkan, awas saja kau jika jawab macam-macam lagi. Aku tak akan segan melemparmu dari atap rumah ini. Mengerti Aisyah?" tambah Patrio.
"Mengerti Om," jawab Aisyah pasrah.
"Hemm (Patrio membetulkan posisi duduknya dan menatap lekat ke wajah gadis yang tak lain adalah darah dagingnya). Ku dengar kau menyimpan surat wasiat ibumu yang di tujukan padaku, mana?" tanya Patrio. Seketika Aisyah pun mengangkat wajahnya dan menatap berani ke arah Patrio.
"Eh ... kok Om tahu. Emang siapa yang kasih tahu kalau surat itu ada. Tapi umi hanya bilang simpan saja, nanti buka nya kalau kamu sudah menikah. Begitu, surat itu ma bukan buat Om kali," jawab Aisyah, sekali lagi dia berani menjawab Patrio dengan panjang lepar. Aisyah lupa dengan peringatan yang barusan Patrio ucapkan.
Patrio mengerutkan keningnya, jawaban Aisyah bisa saja jujur. Atau Ratih berkata seperti itu karena sudah menganggap dia meninggal.
"Umi mu berkata seperti itu karena menganggao Om sudah mati. Sekarang kau lihat Om mu ini hah, sehat walafiat bukan. Bahkan sanggup meledakkan kepalamu, kau berikan surat itu padaku atau kau akan rasakan akibatnya!" ucap Patrio memaksa. Aisyah menatap tak parcaya
Ya Tuhan apakah pria yang berjiwa preman semua pemaksa, nggak Aak, nggak si Om jahat ini. Semua pemaksa batin Aisyah.
"Om, apakah semua preman suka memaksa?" tanya Aisyah lugu. Ingin rasanya Patrio tertawa, putrinya ini sungguh lugu dan apa adanya.
"Apakah kau mengenal preman lain selain Om mu ini hah. Kenapa pertanyaanmu bodoh sekali ?" tanya Patrio, astaga sepertinya yang Aisyah pikirkan tentang preman memang tak salah. Bersabarlah Aisyah.
Entah mengapa mengobrol dengan Aisyah rasanya membuat jiwa Patrio adem. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang yang selama ini mendekatinya.
"Soalnya Aak premanku juga seperti Om gini, dia suka memaksa juga. Tapi Aak premanku baik Om, nggak kayak Om," jawab Aisyah jujur. Kembali Patrio merasa bahwa putrinya ini menggemaskan. Jika orang lain yang berkata seperti itu mungkin sudah dia lempar ke kadang macan miliknya yang ada di belakang rumah.
"Emang Om kenapa ? apakah Om menyakitimu?" pancing Patrio. Diam diam terbesit dalam pikiran Patrio, dia ingin tahu apa yang Aisyah pikirkan tentangnya.
"Tidak sih, hanya saja Aisyah takut sama Om," lagi lagi gadis bertubuh mungil ini tak bisa menutupi kepolosannya.
"Ah ... kau ini pandai sekali bercakap. Cepat kau ambil surat itu, jika tak ingin tidur dengan macan di belakang rumah hah. Kau sudah lihat macan peliharaan Om kan. Pasti dia akan girang jika berteman dengan gadis cantik sepertimu," ancam Patrio lagi, rasanya sangat menyenangkan bisa menggoda Aisyah dengan ancaman ancamannya.
Aisyah masih belum bisa menangkap bahwa Pastrio hanya mengajaknya bercanda. Dia pun berdiri hendak mengambil surat itu. Rasanya kesal sekali diancam dan diancam oleh pria pria menyebalkan seperti ini.
"Siapa yang menyuruhmu berdiri, duduk. Aku belum selesai bicara bodoh!" ucap Patrio dengan nada sedikit tinggi.
"Astaga Om, Om bisa nggak sih ngomongnya nggak usah teriak, bentak bentak begitu. Iya iya Aisyah ambilin tu surat. Apa hebatnya itu surat sampai Om tega masukin Aisyah ke kandan macan!" ucap Aisyah berani, matanya berkaca kaca. Aisyah menangis. Anehnya Patrio malah bingung menghadapi tangisan Aisyah.
"Eh ... eh ... berani ya sekarang. Mungkin aku terlalu baik padamu. Makanya kau nglunjak," ucap Patrio sambil memberi isyarat Aisyah untuk duduk.Dengan wajah kesal Aisyah pun menurut dan duduk kembali.
"Bukan begitu Om maksud Aish. Gini lo Om, Om kalau ngomong ya ngomong aja. Jangan teriak jangan ngancam, kan enak didengarnya," jawab Aisyah mengatur.
"Ye lah ye lah, Om akan ngomong baik baik sama kau. Nanti kau kasih surat itu. Sama itu, Om minta sehelai rambutmu," jawab Patrio. Aneh sekali bukan seorang pemimpin gangster tiba-tiba mengalah dengan seorang Aisyah.
"Rambut, buat apa Om?" tanya Aisyah.
"Om ada perlu, jangan banyak tanya. Atau!!!" kembali Patrio hendak mengancam Aisyah, tapi janjinya barusan telah mengingatkannya.
Aisyah tak bertanya lagi. Percuma dia tak akan menang. Sejak masuk ke rumah ini kebebasannya telah menjadi milik pemimpin rumah ini. Tak ada gunanya melawan bukan.
Bersambung...
Ca," Makin banyak Like n Komen makin semangat emak Update 🤩🤩🤩,"