NovelToon NovelToon
Kami Yang Tak Dianggap

Kami Yang Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Pihak Ketiga / Dendam Kesumat / Angst / Keluarga
Popularitas:97.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.

Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.

Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Amel meletakkan piringnya, lalu segera mengeluarkan ponsel dari saku. Matanya berkaca-kaca melihat semangat baru di wajah Ara, campuran takut dan tekad yang membuatnya ikut bergetar. Ia mengetik cepat, lalu menelepon nomor yang sudah tersimpan rapih. Nur, pegawai administrasi di Disdukcapil, orang yang selama ini selalu membantu Amel kalau ada urusan kecil.

“Nur, ini Mel. Malam ini ada waktu?” suaranya pelan, hati-hati agar kata-katanya tak terdengar oleh tetangga.

Di ujung nada, terdengar suara pria yang lembut namun sigap. “Bisa, jam delapan di warung Bu Lilis seperti biasa,” jawab Nur singkat.

Amel meletakkan ponsel, menatap Ara. “Dia bilang bisa bantu, tapi jam delapan di warung Bu Lilis, dan kita harus hati-hati. Nur nggak mau repot kalau ini berbahaya. Dia minta kita nggak pakai telepon lagi soal detailnya.” Wajah Amel tegang, tapi matanya menebar sedikit harapan.

Ara menelan ludah. Jantungnya berdebar cepat. “Nur bisa akses apa?” tanyanya hampir berbisik. Ara membayangkan angka-angka registrasi, nama petugas yang dipalsukan, selembar kertas yang akan membuat semuanya runtuh.

“Dia kerja di bagian input data bukan bos, cuma yang pegang file digital. Dia bisa tarik salinan akta, meta data entry, dan capture nama petugas yang menginput.” Amel menjelaskan. “Kalau ada kejanggalan, misal nomor registrasi sama tapi tanggal input berbeda, atau nama petugas yang sama muncul itu petunjuk kuat," imbuh Amel kembali

Ara menutup mata sejenak, merasakan beban yang berat di dadanya, tugas ini amat cukup berat, harus penuh kehati-hatian, bahkan tidak boleh berbicara lewat handphone karena biar tidak di sadap sewaktu-waktu.

“Kalau nanti ketahuan, apa Nur aman?” suaranya terdengar rapuh. Ia membayangkan konsekuensi.

Amel menggenggam tangan Ara erat. “Nur bilang dia hati-hati. Dia juga minta imbalan bukan cuma uang. Dia mau jaminan keamanan, kita nggak bawa-bawa masalah ini ke publik dulu. Kita berdua saja yang pegang. Dia juga minta kalau ada uang, nanti kita bantu. Intinya pelan, rapi, dan hanya bukti keras.”

"Kalau gitu gimana kalau kita minta bantuan dulu sama Om dokter pastinya dia bisa," ucap Ara.

"Iya kita ketemuan dulu, sama Nur, dan setelah itu baru kita minta bantuan sama Om dokter," sahut Amel, yang tidak mau melibatkan siapapun dulu, hanya cukup berdua.

Ara menarik napas panjang. Rasa sayang pada Naira bergolak di dadanya, ia ingin keadilan Naira segera terbongkar meskipun. harus menempuh jalan yang sulit.

“Oke. Kita lakukan sesuai aturan Nur. Kita ambil bukti dulu. Kalau memang ada pemalsuan, baru kita pikir langkah berikutnya, gimana caranya bikin Ika bertanggung jawab, dan setelah tahu semuanya pasti Dirga akan menyesalinya, aku tidak sabar ingin melihat reaksi pria itu setelah tahu semuanya."

Amel mengangguk setuju, lalu segera menyiapkan beberapa hal praktis tas kecil untuk membawa ponsel cadangan, powerbank, kunci kontak motor yang ia pinjamkan untuk Ara jika pulang malam, serta selembar amplop berisi uang untuk Nur.

“Kita juga pakai strategi kamu jangan bawa kotak itu keluar. Simpan di sini. Kalau mereka tanya, bilang kamu cuma mampir. Dan Ra… jangan kasih tahu Om Rafli dulu. Kita ambil data dulu, baru kalau perlu kita ajak Om Rafli,” bisik Amel untuk yang kedua kalinya memperingati Ara.

Ara menatap kotak di atas lemari, seperti menimbang nasibnya. Ia mengangguk perlahan. “Baik. Aku serahkan semuanya ke kamu malam ini. Aku akan jaga diri, Mel.”

Sore itu mereka menghabiskan waktu menata rencana kecil siapa yang menunggu di mana, tanda kalau situasi bahaya (tiga kali ketukan di kaca), dan rute pulang jika terjadi sesuatu. Malam nanti bukan soal keberanian semata tapi soal kehati-hatian, bukti, dan melindungi yang tak bersalah.

Selesai dengan rencana Ara semakin memantapkan hatinya dan ketika matahari turun, Ara duduk sejenak menatap cermin kecil, menutup luka di pelipisnya dengan perban bersih, lalu menekan telapak tangannya ke dada seolah menguatkan janji pada dirinya sendiri.

"Aku harus bisa mengungkap rahasia besar ini."

☘️☘️☘️☘️

Malam mulai turun pelan. Udara di sekitar kontrakan Amel terasa lebih dingin dari biasanya, disapu angin yang membawa aroma tanah basah. Jalan menuju warung Bu Lilis hanya diterangi lampu jalan yang redup dan sesekali sorot motor yang lewat.

Ara duduk di jok belakang motor Amel, tangannya mencengkeram tas kecil berisi amplop dan ponsel cadangan. Ia diam saja selama perjalanan—hanya sesekali menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya.

Warung Bu Lilis tampak sepi malam itu. Hanya ada beberapa pelanggan yang sedang menyeruput kopi dan rokok yang menyala di sudut meja. Lampu neon menggantung redup di atas meja kayu. Di pojok paling dalam, seorang pria muda dengan jaket abu-abu dan topi hitam menunduk menatap ponsel.

“Dia Nur,” bisik Amel pelan.

Mereka berjalan mendekat. Nur mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu memberi isyarat duduk. Suaranya tenang tapi berlapis kewaspadaan.

“Cepat aja ya. Aku nggak bisa lama,” katanya sambil melirik ke sekitar.

Amel menatapnya mantap. “Kita cuma butuh satu hal, Nur. Bukti kalau akta atas nama Naira dimasukkan dua kali satu pakai data orang tua ini,” ia menyodorkan foto akta di ponsel, “dan satu lagi pakai nama Sita dan Ridwan.”

Nur menyipitkan mata, lalu menghela napas. “Itu berat, Mel. Tapi bisa dicek kalau aku akses lewat data mentah. Aku nggak bisa ambil file aslinya, tapi aku bisa print screen metadata-nya. Di situ kelihatan siapa yang input, tanggalnya, dan keterangan dokumen.”

Ara baru pertama kali melihat Nur wajahnya tegas tapi penuh waspada, seperti seseorang yang tahu batas antara benar dan bahaya. “Kalau kamu ketahuan?” tanya Ara pelan.

“Makanya aku harus hati-hati. Aku nggak mau kamu berdua bikin masalah. Kalian cuma tunggu hasilnya. Aku kasih kabar kalau sudah aman.” Nur menatap mereka bergantian, lalu menambahkan, “Tapi kalian harus janji ini cuma buat kalian berdua tahu. Kalau sampai bocor, aku habis.”

Amel mengangguk cepat, matanya serius. “Kita janji. Ini bukan buat cari masalah, cuma buat cari kebenaran.”

Nur meneguk kopi hitam di depannya, lalu berkata pelan, “Kebenaran itu mahal, Mel. Kadang lebih mahal dari nyawa sendiri.”

Ia berdiri, meninggalkan beberapa lembar uang di meja untuk bayar pesanannya, lalu menatap Ara sekilas. “Aku kasih hasilnya dua hari lagi. Tapi hati-hati data kayak begini kadang lebih cepat sampai ke telinga orang dalam daripada ke tangan yang butuh.”

Setelah Nur pergi, Ara masih diam lama, matanya mengikuti bayangan pria itu yang lenyap di tikungan jalan. “Kalau semua ini benar, Mel... berarti Ika bukan cuma bohong dia juga mencuri identitas anak itu,” ucapnya pelan, hampir seperti bisikan.

Amel menatapnya, menghela napas panjang. “Dan mungkin itulah kenapa hidupmu selama ini nggak tenang, Ra. Sekarang waktunya kamu tahu semuanya." ujar Amel.

Ara menatap Amel penuh rasa terima kasih, karena sejauh ini sudah mau membantunya.

Bersambung ....

1
Oma Gavin
menuju halal sena dan rafli semoga dirga legowo melihat kebahagiaan sena dan anak" nya
Nurhartiningsih
nih anaknya Dirga dg Ika yg sengaja ditukar
Nurhartiningsih
nah...bara api sudah tersulut
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
pokoknya sena harus sama rafli... jangan sampai balikan lagi sama dirga... gak ikhlas pokoknya... kalo mau jodohin aja si dirga ama emaknya si arjuna asli... kan sama sama mau tobat.... 🤣🤣🤣🤣🤣 pokoknya gak terima sena balikan sama dirga... kadang kadang penulis ngeluarin plottwist yg mengejutkan....
Nurhartiningsih
itu kayanya bayi Ika perempuan lalu dituker sama bayi lain
Nurhartiningsih
nggak disebutin anaknya cwe apa cwo
Nurhartiningsih
dih...nggak ingin kehilangan tapi selingkuh sampai hamil dodol emang
Nurhartiningsih
miskinkan suami durjana
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ani Basiati
lanjut thor
Nurhartiningsih
wah...kau sudah menanamkan dendam dihati anakmu
Ani Basiati
lanjut thor
Tutik Srilestari
baik hati kaka Ara ,
Fitria Arifianto
lanjut lagi thor up nya💪
Kasih Sklhqu
kasihan ya dirga
Kasih Bonda
next Thor semangat
Eka
semoga naira bisa menenagkan arkana sehingga bisa meneeima papanya
Kasih Bonda
next Thor semangat
Cookies
sedih
Ani Basiati
bagana reaksi arkan naina dan arjuna bikin deg deg kan lanjut thor
Ayumarhumah: Sudah up kak ... cuuus
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!