NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu
Popularitas:295.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menukar

Suasana rumah sakit terlihat ramai. Lampu-lampu di lorong menyala terang, terlihat para tenaga medis dan pasien maupun keluarga berlalu lalang.

Seorang pria berbadan tegap berjalan cepat di lorong lantai empat, mengenakan jas putih dokter lengkap dengan kacamata dan masker medis. Di dada jasnya tersemat name tag bertuliskan, Dr. Reno Armand.

Langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan Laboratorium. Matanya menyapu sekeliling dengan waspadal, terlihat sepi. Tak ada siapa pun di lantai empat itu.

Dengan satu tarikan napas, ia meraih kenop pintu. Tapi sebelum sempat membukanya, sebuah tangan menepuk bahunya dari belakang.

Pria itu tersentak, pundaknya menegang seketika.

“Dokter Reno?” suara perempuan terdengar lembut tapi penuh curiga.

Dokter itu mencoba terlihat tenang. Lalu ia perlahan berbalik sambil membuka maskernya, menampilkan senyum tipis yang dipaksakan. Terlihat keringat jatuh dari pelipis sang dokter.

“Oh … Suster Nina, ya?” sapanya ramah.

Suster Nina mengernyit heran, matanya menatap penuh tanya. “Dok, ngapain di sini? Bukannya tadi udah keluar dari ruangan ini ya, Dok? Saya baru aja lihat dokter keluar, lho.”

Pria itu mengusap tengkuknya, berpura-pura canggung. “Oh iya … Hehe, aku lupa sesuatu. Ada dokumen yang tertinggal, jadi aku balik sebentar.”

Suster Nina tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk pelan. “Oh begitu … baiklah. Saya permisi ya, Dok.”

“Silakan,” jawabnya singkat.

Begitu langkah suster Nina menjauh dan menghilang di ujung lorong, ekspresi pria itu langsung berubah dingin. Senyum palsu lenyap, berganti sorot tajam dan penuh tujuan.

'Hampir saja!'

Ia membuka pintu laboratorium secara hati-hati dan masuk ke dalam. Suara mesin mendengung lembut di dalam ruangan. Laci demi laci ia buka, matanya bergerak cepat mencari satu nama dan akhirnya menemukannya.

“Zoe Aldenia … Zero Dallen,” gumamnya lirih. Di tangannya kini tergenggam dua berkas hasil tes DNA yang baru saja dicetak.

Ia mengeluarkan salinan hasil palsu dari dalam jasnya dan menukar dokumen yang asli. Pergerakannya cepat dan rapi. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia melangkah keluar dan menutup pintu rapat-rapat.

Lorong masih terlihat sepi. Tak seorang pun yang terlihat curiga. Melihat suasana masih tenang, pria itu melangkah meninggalkan ruangan itu.

Ia menuju parkiran bawah tanah, dan sesampainya di mobil hitam sedan mewah, ia duduk di kursi kemudi dan mulai membuka lapisan silikon di wajahnya. Perlahan topeng elastis itu terlepas, memperlihatkan wajah asli seorang pria asing bukan Dr. Reno.

Ia mengambil ponselnya dan menekan satu nomor.

“Semua beres. Dokumen sudah diganti.”

Lalu ia menghidupkan mesin mobil dan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Dari balik bayangan tiang parkir, sesosok pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul. Matanya tajam seperti elang.

Dia adalah Dante.

Tangan kanan Ryder itu mengangkat ponselnya, suaranya rendah namun tegas.

“Tuan Muda, orangnya sudah bertindak seperti dugaan kita. Hasil tes DNA sudah diganti.”

Dari seberang, suara Ryder terdengar dingin. “Ikuti dia. Jangan sampai kehilangan jejak. Aku ingin tahu siapa yang menyuruhnya.”

“Baik, Tuan Muda.” Dante menutup telepon dan segera menyusul mobil hitam itu.

Dengan gerakan cepat dan terlatih, Dante bergerak cepat bersama assassin milik Ryder.

Ryder baru saja menutup teleponnya. Wajahnya yang sebelumnya dingin kini melunak saat menoleh ke arah Zoe yang berdiri di sampingnya.

Zoe mengangkat alis, matanya sedikit menyipit curiga. “Siapa yang nelfon?”

Ryder tersenyum tipis, memasukkan ponsel ke saku celananya. “Cuma orang iseng nawarin pinjol. Biasa, spam.”

Zoe hanya mengangguk, tak ingin memperpanjang. “Oh.”

Ryder merasa lega, karena Zoe tidak bertanya lebih padanya. Padahal yang menelfon adalah Dante. Kalau sang asisten tahu, jika dia dianggap sales pinjol, Dante pasti akan berdecak kesal.

Tapi momen tenang itu tak bertahan lama. Saat mereka berbalik, tampak Levi, Arya, Arvan, dan Dwiki berdiri tak jauh dari mereka wajah mereka masih merah padam, bukan karena malu semata, tapi campuran marah, gengsi, dan harga diri yang tercabik saat mengetahui keberadaannya tadi.

Ryder menyilangkan tangan di dada, tatapannya menekan. “Ayo. Minta maaf,” katanya dengan nada tajam. “Kalian udah nuduh Zoe tanpa bukti. Udah lihat sendiri kan kenyataannya.”

Tangan keempat pemuda itu mengepal kuat. Gigi mereka mengertak menahan emosi. Tapi mereka tahu, mereka salah. Dengan setengah hati, akhirnya mereka mengalah.

Levi menunduk sedikit. “Maaf,” katanya pelan.

“Maaf,” susul Arya, Arvan, dan Dwiki dengan suara rendah secara bersamaan.

Zoe mendengus dingin, satu alisnya terangkat.

“Minta maafnya sambil sujud,” katanya santai tapi tegas. “Sesuai perjanjian tadi.”

Empat pasang mata langsung membelalak, mata mereka menatap nyalang ke arah Zoe.

“Jangan keterlaluan lo, Zoe!” protes Arvan dengan suara meninggi.

“Lo pikir siapa berani nyuruh kita sujud?” timpal Arya dengan nada tak percaya.

“Lo mau kita malu satu sekolah?” Dwiki menatap Zoe tajam.

Zoe hanya tersenyum simpul, sama sekali tak terganggu dengan ocehan pemuda-pemuda itu.

“Lebih keterlaluan mana?” balas Zoe pelan tapi menusuk. “Kalian main tuduh aja. Bukan cuma nama gue yang kalian seret, tapi harga diri gue juga. Kalian semua rame-rame ngebentak, seolah gue pelaku padahal nggak ada bukti. Bahkan, gue masih ingat beberapa waktu lalu, kalian mencoba nyeret gue. Kalau gue gak melawan, kalian pasti sudah hukum gue seperti dulu-dulu.”

Zoe menatap satu per satu mereka dengan tenang. Beberapa ingatan Zoe terlintas, di mana setiap Alicia terluka pasti Zoe akan dihukum, meski bukan Zoe pelakunya tetap saja Zoe akan disalahkan.

“Dan soal sujud, itu bukan gue yang minta. Kalian sendiri yang janji bakal sujud kalau ternyata gue gak salah. Inget, cowok sejati itu yang dipegang ucapannya. Kalau enggak, ya kalian sama aja gak gentleman.”

Keempat pria itu saling pandang. Rahang mereka menegang, tangan mengepal. Tapi tak ada satu pun yang bicara.

Beberapa detik kemudian, perlahan-lahan mereka menunduk, membungkuk dalam.

“Maaf,” ucap mereka bersamaan, masih setengah hati.

Zoe mengangkat bahu. “Itu membungkuk, bukan sujud.”

Levi mendesis pelan, nyaris tak terdengar. “Lo bener-bener … keterlaluan.”

Tapi tak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Gengsi mereka hancur, tapi janji tetap janji. Satu per satu akhirnya mereka menunduk, lalu berlutut, hingga benar-benar bersujud.

“Maaf .…” ucap mereka lagi, kali ini lebih tulus, meski suara mereka terdengar getir.

Jayden yang berdiri tak jauh dari mereka hanya menghela napas pelan. Ia tak ikut bersuara, hanya menatap sahabat-sahabatnya dengan diam. Ia tahu, mereka sudah kalah telak hari ini oleh Zoe dan oleh harga diri mereka sendiri.

Zoe menatap mereka sejenak, lalu melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.

Ryder menyusulnya, sempat menoleh sejenak dan berkata, “Semoga kalian belajar dari ini.”

Lalu ia menyusul Zoe keluar dari ruang keamanan, meninggalkan empat pria yang masih tertunduk dalam diam.

1
YuWie
zoe di lawan
Shion Nakamaru
hahaha 🤣🤣🤣
Kusii Yaati
ceritanya bagus banget membuat ku tak sabar kalau nunggu update lagi 😭... tapi mau bagaimana lagi aq harus bersabar.sehat dan lancar terus ya Thor biar bisa update banyak lagi😘
@Resh@
seru banget aku suka tipe lelaki seperti ryder tatp sepertinya ininya thoe kalo ada pelakor langsung hempasss💪💪
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Dante jngn ngedumel karna atasanmu lg kasmaran jd jngn ganggu ya nanti sama Ryder kamu di suruh ngitungin kutu lg buat hukumanmu karna dah ganggu Ryder dan Zoe 😂😂😂
Lauren Florin Lesusien
seru lanjut thur😍😍😍😋😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
badasnya Zoe bikin syok para penjahat 😁😁
Tiara Bella
mantap Zoe ...untung sang kekasih dtng kan
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia
yuhuuuu. dah nongol
Ty Kurniawan
semangat updatenya thor aku bantu vote sama doa🥰
Adzilla Almayra
seru👍👍👍
Rhan
kalau update cerita begini baru seneng banget bacanya lancar jaya, gak nunggu 3 atau seminggu baru update nya. 👍👍👍👍👍🔥🔥🔥🔥😁😁😁
sering-seringlah begini ya thor 👍😁, tetap semangat untuk lanjutkan cerita nya sampe tamat
Yuli Yanti: bener,lanjut thor sayang
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: setuju
total 2 replies
Mimi Johan
Mantap n lanjut Thor
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
nahhg keren baru keren ini.zoeee

alecia mana bisa yg ada nangis bombay dan ratu drama aja hadehh
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
wowww... keren zoe yg sekarang gtu aja alecia kok repot2 mai nyaingin zoee apa g slh kali
naima
sehat2 thor biar bisa up banyak2, hehe🤣
vj'z tri
ya mirip lah mam kan anak nya papa 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
gpp zoe jangan kan motor pabrik nya ajj bisa di bayarin kok 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
dah kelar hidup Lo pawang nya Dateng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
kuuapok mu kapan kw

nahh kan urusan anak tuh jgm terllu ikut camour kecuali klo ank dah nyelweng bru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!