Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Zoe Aldenia

Suara peluit panjang menggema di dalam gedung olahraga nasional yang megah. Di dalamnya, tribun sudah penuh sesak oleh para pendukung dari berbagai sekolah, semua menantikan satu pertandingan bergengsi: Kejuaraan Nasional Menembak Antar Sekolah.

Satu per satu peserta menembak dengan fokus tinggi, menyasar papan target yang berdiri kokoh di ujung arena. Suasana tegang, penuh harap, dan juga sorak-sorai dari para penonton.

Di tengah-tengah riuhnya atmosfer itu, seorang gadis berdiri tenang di garis tembak. Ia mengenakan seragam putih abu-abu, rambut hitam panjangnya terikat rapi, wajahnya cantik namun dingin. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, seolah papan sasaran itu tak lebih dari sekadar formalitas.

Dia adalah Zoe Aldenia, siswi perwakilan dari SMA Adhigana, sekolah elit yang tak hanya dikenal karena akademiknya, tapi juga karena Zoe sang bintang.

"Peserta terakhir, Zoe Aldenia dari SMA Adhigana. Silakan bersiap," ujar panitia dari pengeras suara.

Zoe melangkah maju dengan langkah yang nyaris tak bersuara. Ia mengangkat senapan angin ringan yang telah disesuaikan khusus untuknya, lalu mengambil posisi. Hening.

Jantung para penonton seakan ikut berhenti berdetak ketika Zoe mengarahkan senapan ke papan target.

Klik!

Tembakan pertama. Tepat di tengah.

Sorakan langsung meledak dari tribun.

"Serius? Itu bullseye!" teriak salah satu penonton.

"Zoe emang gila banget akurasinya!" sambung yang lain.

Zoe tak bergeming. Wajahnya tetap dingin.

Klik!

Tembakan kedua. Lagi-lagi tepat di tengah. Nyaris menindih peluru pertama.

"Dia beneran manusia?!"

"Holy ... dua bullseye berturut-turut."

Panitia bahkan melirik ke papan nilai dengan tak percaya.

Zoe mengambil nafas perlahan. Tembakan ketiga.

Klik!

Dan tembakan terakhirnya mendarat sempurna di pusat target. Tepat. Tanpa cela.

"Skor 100! Skor sempurna!" teriak juri.

Penonton berdiri. Tepuk tangan membahana. Sekolah-sekolah lain tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka.

Zoe hanya menurunkan senapan pelan, menyerahkannya ke panitia tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia membalikkan badan, berjalan pergi melewati kerumunan yang bersorak seolah semua itu tak berarti apa-apa baginya.

Di lorong belakang panggung, seorang guru mendekatinya dengan wajah cerah. โ€œZoe, luar biasa. Skor sempurna! Kamu menyelamatkan nama sekolah!โ€

Zoe hanya melirik, lalu menjawab datar, โ€œItu cuma angka.โ€

โ€œZoe, kamu nggak mau bersyukur sedikit, gitu?โ€ tanya temannya, Reva, yang berlari kecil mengejarnya sambil terengah. โ€œKamu menang, tahu? Semua orang histeris liat skor kamu barusan.โ€

Zoe menarik lengan seragamnya, mengusap sedikit debu.

โ€œMenang bukan hal baru, Reva.โ€

โ€œLalu kenapa kamu ikut lomba ini lagi kalau kamu nggak peduli?โ€ Reva masih berusaha mengimbangi langkah cepat sahabatnya itu.

Zoe menatapnya sekilas. โ€œSupaya mereka diam. Supaya aku tetap โ€˜bergunaโ€™.โ€

Reva terdiam, tapi tetap mengikuti kemana arah sahabatnya itu pergi sambil kembali mengoceh tidak jelas. Zoe kemudian mengambil handuk dan air minumnya di loker, lalu kembali ke tribun untuk pertandingan selanjutnya.

"Zoe! Ih, kamu dengerin aku gak sih?" gemas Reva yang terus mengikuti Zoe seperti anak ayam.

Zoe lalu duduk di bangku tribun VIP bersama peserta lainnya, menunggu giliran untuk lomba panahan. Botol minum berembun di tangannya, dan matanya menatap lurus ke arena tanpa ekspresi. Angin dari pendingin ruangan perlahan berhembus, membuat anak rambutnya menari halus.

Di sampingnya, Reva duduk sambil terus mengoceh tanpa henti, seperti radio rusak yang tidak bisa dimatikan.

"Zoe, kamu harus banget baca novel ini!" ujar Reva antusias sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Cover-nya mengilap dengan gambar siluet dua perempuan yang saling membelakangi.

Zoe tidak menoleh. Ia hanya meneguk air minumnya.

Reva tidak menyerah. โ€œSumpah, ini novel laris bulan ini. Semua orang di sekolah udah baca. Judulnya โ€˜The Real Heiressโ€™. Ceritanya tentang dua gadis โ€ฆ satu putri asli, satu putri palsu. Seru banget!โ€

Zoe tetap diam. Tatapannya kosong, menatap papan target panahan yang akan jadi lawan berikutnya.

Reva memutar bola matanya, lalu menyikut Zoe pelan. โ€œEh, kamu tahu nggak nama tokoh antagonisnya siapa?โ€

Zoe melirik sekilas. โ€œNggak tahu, dan nggak tertarik.โ€

โ€œZoe Aldenia!โ€ kata Reva dramatis, menunjuk namanya sendiri di halaman pertama buku.

Zoe mengangkat alis. โ€œOh.โ€

โ€œOh, hanya itu?โ€ Reva memekik. โ€œMaksudku, kamu nggak penasaran sama sekali? Di novel ini, Zoe Aldenia itu tokoh jahat yang ngerasa dirinya pewaris keluarga kaya, tapi ternyata cuma putri palsu. Dia nyebelin banget. Manja, bodoh, ceroboh. Pokoknya ngeselin. Terus, tahu nggak nasibnya gimana?โ€

Zoe memutar tutup botol pelan. โ€œMati?โ€

โ€œYa ampun โ€ฆ iya, bener banget! Dia mati tragis di tangan cowok psikopat yang jatuh cinta sama putri asli. Zoe Aldenia si putri palsu dianggap gangguan. Sadis banget. Tapi serius, novelnya tuh ada plot twist gila di akhir.โ€

Zoe meneguk minumnya lagi tanpa ekspresi. โ€œFiksi.โ€

Reva memelototi sahabatnya. โ€œYa iyalah fiksi, tapi tetep aja, keren gitu loh. Kamu tuh hidupnya kayak di film, Zo. Harusnya kamu relate sama karakter-karakter begini. Masa jadi anak SMA dingin banget kayak es batu. Sekali-kali kamu itu senyum, biar cantik.โ€

Zoe menarik napas pendek. โ€œAku di sini buat lomba, bukan buat dengerin kamu ceramahin karakter yang kebetulan namanya sama kayak aku.โ€

Reva mencibir merasa kesal mendengar jawaban sang sahabat. โ€œBahkan nama tokohnya aja Zoe Aldenia. Itu bukan kebetulan, itu panggilan takdir.โ€

Zoe bangkit dari duduknya, merapikan sarung tangan panah yang melilit di pergelangan tangan kanannya. โ€œAku ke arena. Lomba panahan mulai sepuluh menit lagi.โ€

โ€œHei! Aku belum selesai ngomong!โ€ teriak Reva, mendongak.

Zoe sudah berjalan menjauh, langkahnya tenang dan mantap.

Reva menatap punggung sahabatnya sambil menggerutu. โ€œDasar teman durhaka โ€ฆ dengerin orang aja males. Zoe, aku kutuk kamu masuk ke dalam novel itu! Jadi si Zoe Aldenia yang bodoh dan dibenci satu dunia!โ€

Zoe hanya melambaikan tangan tanpa menoleh. โ€œKamu drama.โ€

โ€œDrama tuh jalan hidupku!โ€ balas Reva sambil menutup bukunya dengan suara keras.

***

Suasana di dalam gedung megah itu pecah oleh suara riuh tepuk tangan dan sorakan yang menggelegar. Di atas podium juara, tiga orang berdiri dengan bangga. Di tengah, berdiri seorang gadis berwajah dingin yang tetap tak tersenyum meski sorotan lampu dan kamera mengarah padanya.

Zoe Aldenia.

Langkahnya tenang saat menaiki podium juara. Nomor satu lagi.

Seorang panitia menghampirinya, memasangkan medali emas ke lehernya, dan menyerahkan piala kristal tinggi yang memantulkan cahaya dengan indah.

"Selamat, Zoe Aldenia. Kamu juara umum tahun ini," ucap pembawa acara dengan nada penuh kekaguman.

"Terima kasih," jawab Zoe singkat, suaranya datar namun berwibawa.

Dari kejauhan, terdengar suara jeritan familiar.

"Zoeeee! Ya ampun! Kamu gila banget! Gila, keren!" Reva melambai-lambaikan tangan dari tribun penonton, wajahnya merah karena kegirangan. "Tembakannya sempurna! Panahannya juga! Kamu tuh, robot ya?!"

Zoe hanya mengangguk tipis, nyaris tak terlihat dari jauh.

Panitia mempersilakan para juara turun dari podium. Namun sebelum Zoe sempat melangkah, sesuatu terasa aneh.

Tiba-tiba terdengar suara gemeretak aneh dari atas panggung. Seperti besi beradu. Suara itu membuat kepala sebagian besar penonton mendongak. Suara histeris langsung terdengar.

"Awas!"

"Zoe!"

"Ada yang jatuh dari atas!"

Zoe mengerutkan kening, menoleh ke arah kerumunan yang menatapnya dengan mata terbelalak. Beberapa orang mulai berlari panik, menunjuk ke langit-langit.

Zoe mendongak, seketika, pupil matanya mengecil.

Sebuah besi panjang penahan rig lampu besar telah terlepas dari gantungannya dan meluncur jatuh lurus ke arahnya.

Waktu seakan melambat.

Zoe mematung. Kakinya tak sempat bergerak. Kepalanya kosong. Dunia tiba-tiba sunyi.

โ€˜Seriusan? Begini caraku mati?โ€™ pikir Zoe, heran pada dirinya sendiri yang justru merasa tenang.

Ia memejamkan mata.

Bruaaakkk!

Suara logam berat menghantam lantai keras bergema ke seluruh penjuru gedung.

Jeritan membelah udara. Reva yang melihat kejadian itu menjerit paling keras. โ€œZoooeeee!โ€

Debu mengepul. Orang-orang segera menghambur ke arah panggung. Beberapa panitia berteriak memanggil petugas medis. Semuanya kacau..

Zoe tergeletak di bawah reruntuhan besi, tubuhnya tertimpa sebagian besar kerangka logam. Medali emasnya terlepas dan menggelinding di lantai.

Piala kristalnya pecah berkeping-keping.

Wajah Zoe tampak tenang, seolah ia memang sudah siap menghadapi akhir.

Tapi yang tak dilihat siapa pun adalah kilatan cahaya lembut yang perlahan menyelimuti tubuhnya. Seakan-akan ia sedang diambil dari dunia ini.

Dari antara kerumunan yang menangis dan panik, satu suara yang tadinya hanya bercanda mulai terasa menakutkan.

โ€œAku kutuk kau masuk ke novel itu.โ€ suara Reva terdengar berdenging di telinga gadis cantik itu.

Terpopuler

Comments

Wahyuningsih

Wahyuningsih

wiiiii author sekli bikin crita bru langsung 2 mantap thor, thor bikin zoe badas abuz biar mkin sru, dtnggu upnya thor yg buuuanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan
loh ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„ sellu jga keshtn tetp semangat ๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช๐Ÿซถ๐Ÿซถ๐Ÿซถsekebon thor

2025-07-06

4

๐Ÿ’•๐˜›๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜’๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐Ÿ’•

๐Ÿ’•๐˜›๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜’๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐Ÿ’•

๐’Ž๐’–๐’๐’‚๐’Š ๐’…๐’†๐’‰ ๐’‘๐’†๐’•๐’–๐’‚๐’๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’๐’๐’† ๐’…๐’Š ๐’๐’๐’—๐’†๐’ ๐’š๐’ˆ ๐‘น๐’†๐’—๐’Š ๐’ƒ๐’Š๐’๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Œ๐’† ๐’๐’๐’† ๐’…๐’‚๐’ ๐’Œ๐’–๐’•๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐‘น๐’†๐’—๐’Š ๐’•๐’†๐’“๐’๐’š๐’‚๐’•๐’‚ ๐’•๐’†๐’“๐’Œ๐’‚๐’ƒ๐’–๐’ ๐’Œ๐’ ๐’๐’๐’† ๐’‚๐’Œ๐’‚๐’ ๐’Ž๐’‚๐’”๐’–๐’Œ ๐’Œ๐’† ๐’…๐’–๐’๐’Š๐’‚ ๐’๐’๐’—๐’†๐’ ๐’š๐’ˆ ๐‘น๐’†๐’—๐’Š ๐’ƒ๐’‚๐’„๐’‚ ๐’…๐’‚๐’ ๐’“๐’†๐’Œ๐’๐’Ž๐’†๐’๐’…๐’‚๐’”๐’Š๐’Œ๐’‚๐’ ๐’Œ๐’† ๐’๐’๐’† ๐’ƒ๐’Š๐’‚๐’“ ๐’ƒ๐’‚๐’„๐’‚ ๐’‚๐’๐’–๐’“ ๐’„๐’†๐’“๐’Š๐’•๐’‚๐’๐’š๐’‚ ๐Ÿคญ๐Ÿคญ

2025-07-06

3

Ririn Santi

Ririn Santi

wah kutukan reva berhasil. ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘boleh nih suruh reva ngutukin para koruptor bengis negeri ini yg gak takut azab Allah, malah senyum manis tanpa dosa depan kamera wartawan

2025-07-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!