Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lisptik..
Devan beranjak dari duduknya.
Asha memberikan tangannya perlahan, menyalami Rangga sambil melirik Devan yang melihat mereka dengan wajah tak percaya.
Rangga tersenyum, masih menatap Asha dengan tatapan penuh cinta.
"Ini Pak Devan, direktur utama di perusahaan ini.." Ucap Gio menyadarkan Rangga yang terus menatap Asha.
Rangga yang kaget segera melihat Devan dan Gio bergantian.
"Oh maaf..saya hanya terlalu senang bertemu dengan teman lama.." Ucapnya sambil menunjuk Asha.
"Terima kasih Anda sudah menerima saya bekerja disini.." Rangga menyalami Devan.
Asha terkesiap mendengar perkataan Rangga.
Devan hanya mengangguk kecil.
"Pak Gio akan mengantar anda keruangan Anda.." Devan menunjuk Gio sambil duduk kembali di kursinya.
"Silahkan ikuti saya.." Gio berjalan keluar dari ruangan.
Rangga kembali melihat Asha.
"Aku pergi dulu.." Ucapnya pelan sambil kemudian berpamitan kepada Devan dan pergi meninggalkan ruangan.
Asha tidak bereaksi, dia terus menundukkan kepalanya.
"Aku pergi dulu, harus segera menyerahkan berkas ini ke bagian..........." Asha belum menyelesaikan perkataannya.
"Nando...tahan siapa saja yang mau masuk keruangan saya.." Devan menghubungi Nando dengan telepon, sambil menatap Asha tajam.
Asha tersentak kaget, apalagi ketika melihat Devan beranjak dari duduknya dan menghampirinya.
Devan berdiri di depan Asha, kemudian duduk di tepi meja sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Katakan..siapa dia..?"
Asha terus menundukkan kepalanya.
"Katakan.." Devan mengulangi pertanyaannya.
Asha mengangkat wajahnya, melihat Devan yang duduk tepat di depannya.
"Dia Rangga.."
"Aku tahu namanya Rangga..siapa dia..?"
"Dia kakak tingkat dulu sewaktu aku kuliah..hanya sebentar karena tak lama dia melanjutkan kuliahnya di luar negeri.."
"Apa kalian berpacaran..?"
Asha tersentak mendengar pertanyaan Devan.
"Tidak.." Jawab Asha cepat.
"Terus..?"
"Dia memang beberapa kali pernah menyatakan cintanya padaku.."
"Kamu menerimanya..?"
"Tidak.."
"Kamu yakin..?"
"Tentu saja, aku bisa kuliah karena mendapat beasiswa, bagaimana aku bisa berpikir untuk berpacaran.. aku hanya ingin fokus kuliah pada waktu itu.."
Devan merasa lega.
"Tapi kalian masih berkomunikasi sampai sekarang.."
Asha lagi lagi terperanjat kaget.
"Bagaimana kamu tahu..?" Tanya Asha heran.
"Sewaktu di hotel aku melihat ponselmu.."
Asha terlihat mengerti.
"Dia mendapatkan nomorku dari temanku, setelah itu dia terus mengirimi aku pesan.."
"Dia memintamu untuk menunggunya.." Ucap Devan terlihat cemburu.
Asha terdiam.
"Padahal sudah lama sekali, aku tidak tahu kalau dia masih mempunyai perasaan padaku.." Jawab Asha hati hati.
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang..? dia bekerja disini bersama kita, sudah pasti dia akan mengejar-ngejar kamu lagi, karena aku yakin dia bekerja disini agar bisa mendekatimu.."
Asha menghela nafas panjang.
"Tentu saja aku tidak akan menanggapinya.." Jawabnya sambil melihat Devan.
"Karena aku sudah menikah dan mempunyai suami.."
Devan merasa tak puas dengan jawaban Asha.
"Tapi dia tidak mengetahui itu, pernikahan kita masih rahasia.."
"Cincin ini..?" Asha memperlihatkan cincin ditangannya.
Devan melihat Asha.
"Jaga jarak darinya, jangan sampai aku melihat kalian bersama.."
Asha mengangguk cepat.
Devan menarik tangan Asha, memeluk istrinya erat.
"Sudah pernah aku katakan kalau aku pencemburu, jangan membuatku cemburu karena aku bisa melakukan apa saja.." Bisik Devan di telinga Asha.
Asha menganggukan kepalanya.
"Iya..aku akan ingat itu.." Jawab Asha di pelukan suaminya.
Asha melepaskan pelukannya.
"Aku harus kembali bekerja.."
"Cium aku dulu.."
Asha tersenyum malu, tapi kemudian dia mengecup pipi Devan.
"Disini..?" Devan menunjuk bibirnya.
Asha mengecup bibir Devan sekali dengan cepat.
Devan tersenyum bahagia, melepaskan pelukannya, membiarkan Asha pergi.
"Tunggu dulu.." Asha melihat wajah Devan lekat sambil tersenyum geli.
"Ada apa..?" Devan heran.
Asha kembali mendekati suaminya sambil menahan tawa.
"Ada bekas lipstik.." Asha mengusap perlahan pipi Devan sambil menahan tawa.
"Disini juga.." Asha mengusap bibir suaminya.
Devan terdiam sambil tersenyum.
"Lain kali jangan memintaku untuk menciummu, bagaimana kalau sampai orang lain melihat ini.." Asha masih menahan tawanya.
Devan menarik tangan Asha, sehingga lagi lagi Asha jatuh ke pelukannya.
"Aku akan terus memintamu untuk menciumku, sebaiknya kamu yang harus mengganti lipstikmu, cari yang tidak luntur.." Bisik Devan lembut.
"Mulai besok kamu harus harus memakai lipstik itu.." Tambah Devan sambil melepaskan pelukannya.
Asha tersenyum malu.
***
"Manajer pemasaran yang baru, ya ampun.. ganteng sekali.." Ucap Riri bersemangat.
"Kamu benar..kalau tidak salah, namanya Pak Rangga.." Della menambahi.
Asha mengangguk sambil tersenyum.
"Dan kabar baiknya, dia masih bujangan.." tambah Desi, sekretaris baru Pak Gio.
Della dan Riri melihat Desi tak percaya.
"Benarkah...?" Tanya mereka bersamaan.
Desi mengangguk.
"Aku melihat CV miliknya tadi.."
Della dan Riri berteriak histeris, membuat hampir seluruh pengunjung kantin melihat ke arah mereka.
"Itu kabar bagus, berarti kita masih ada kesempatan.." Ucap Della senang.
"Apakah dia sudah punya pacar..?" Tanya Della lagi kepada Desi.
"Kalau itu mana aku tahu.." Jawab Desi tersenyum.
"Semoga dia masih jomblo.." Riri menengadahkan tangannya.
"Amiiinnn.." Jawab Della turut menengadahkan tangannya juga.
"Eh..eh....dia datang.." Desi menunjuk seorang pria yang baru saja datang ke kantin.
Sontan Della dan Riri melihat ke arah yang ditunjuk Desi.
Rangga terlihat berdiri, seperti sedang mencari seseorang hingga akhirnya dia tersenyum dan berjalan menghampiri Asha dan teman temannya.
"Apa dia tersenyum kepada kita..?" Della memegang tangan Riri kuat.
"Iya..bukan hanya senyum, tapi juga berjalan ke arah kita.." Jawab Riri memegang tangan Della lebih kuat.
Sedangkan Asha menundukkan kepalanya, merasa was was jika Rangga akan menghampirinya.
Rangga semakin dekat, membuat jantung Desi, Della dan Riri semakin berdegup kencang.
"Asha.." Panggil Rangga setelah sampai di meja mereka.
Della, Riri dan Desi melihat Asha dengan heran.
"Boleh aku ikut gabung..?" Tanya Rangga kepada semuanya.
"Si..silahkan.." Jawab Della menunjuk kursi yang kosong.
"Terima kasih.." Jawab Rangga sambil duduk di samping Asha.
Asha hanya bisa terus menunduk.
"Asha.. bagaimana kabarmu.. kenapa teleponku tidak pernah diangkat, dan pesanku tidak pernah kamu balas..?" Tanya Rangga, tidak memperdulikan tatapan heran tiga wanita di depannya.
pikir tdi bnran jetua gangster ...