Steven adalah seorang CEO perusahaan besar dipaksa menikah dengan gadis desa karena Stevan menabrak calon suami wanita tersebut.
Apa yang akan dilakukannya? padahal dia sudah mempunyai tunangan dan dalam waktu dekat dia akan menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
"Kamu gak mau ajak aku jalan jalan melihat sekitar kampung kamu gitu?";tanya Stevan merasa bosan, dari tadi ia hanya menonton tv, mau ikut pak Jamal ke kebun tapi dilarang.
"Emang apa yang mau dilihat dikampung ku ini? cuma hutan dan pegunungan yang ada."
"Bagaimana kalo kita nonton terus belanja?" ajak Stevan.
"Nonton? mesti kekota dong. jauh."
"Gak apa, ayo cepat." Stevan bangkit dan menuju kamar untuk berganti pakaian, setelahnya ana juga mengganti pakaian.
"Tuan,eh mas" ana masih belum terbiasa memanggil mas. "Mas bukan orang sini tapi tau jalan sini." heran ana melihat Stevan yang mengendarai mobilnya sangat paham dengan jalannya.
"Sekarang kan ada maps, gak akan kita tersesat." jawab Stevan tetap menyetir melihat kedepan.
"Mas berhenti disini dulu." Stevan menuruti memberhentikan mobilnya. Ana keluar dan diikuti Stevan.
"Kenapa?"tanya Stevan bingung,kenapa ana minta berhenti dijalanan sepi begini.
"Pemandangan nya bagus" ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Stevan. Ia mengeluarkan ponselnya lalu berselfie dengan background pegunungan indah dibelakang sana.
"Kok gelap sih." ucap nya yang masih mencoba mengambil gambar nya. "Gelap juga" sambungnya melihat hasil foto nya tetap gelap.
"Mas, bisa ambilkan gambar?" ana memberikan ponselnya pada Stevan. Ana kembali berfose dengan stevan yang menjepret kamera.
"Kamera mu jelek, mending pake ponsel ku saja." Stevan memberikan ponsel ana kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku. Ia mengambil banyak foto ana dengan berbagai pose, selesai mengambil foto ia melihat hasilnya dan tersenyum.
"Bagaimana hasilnya?" ana menghampiri Stevan hendak melihat hasil fotonya namun Stevan menghalangi.
"Sudah aku kirim ke ponselmu." ucap Stevan sembari menyimpan kembali ponselnya.
Ana melihat ponselnya yang mendapat notif pesan dan itu Stevan yang mengirim beberapa fotonya. Ia tersenyum melihat fotonya sendiri. " Waahh...kamera ponsel mas cantik." ucapnya tersenyum.
"Ya sudah ayok." Stevan membawa ana masuk kedalam mobilnya. Sesampainya dikota mereka tidak jadi nonton karena semua film nya ana tidak suka,mereka memilih untuk makan dan belanja saja, awalnya ana tidak mau belanja namun Stevan yang kekeh untuk membelanjakan ana, ia hanya pasrah, siapa sih yang gak suka belanja, apalagi wanita, ia hanya tidak mau dikira memanfaatkan kebaikan Stevan.
"Seharusnya mas gak perlu membelikan aku ini semua."
"Gak masalah, aku kan membelikan untuk istri dan mertuaku." jawab Stevan santai.
"Hufff" ana menghela nafas.
Mereka kembali kerumah saat hari sudah malam,mereka sampai rumah tetapi orang tua mereka sudah tidur,akhirnya mereka juga bersiap untuk tidur.
"Ana" Stevan membawa ana duduk di tepi ranjang,ia menghadap ana menatap manik mata ana. " Bagaimana dengan permintaan ku kemarin?" tanya Stevan menatap ana.
"Pe..pertanyaan yang mana?" ana gugup karena ditatap Stevan seperti itu.
"Aku mau kita menjalankan pernikahan yang sesungguhnya, aku ingin hidup bersamamu." ucapnya masih menatap ana.
"Dan aku tetap jadi istri rahasia?" ana memberanikan diri bertanya.
"Tidak, aku akan mengenalkan mu sebagai istri sah ku dengan keluarga ku."
"Lalu, mbak Stella? apa dia akan setuju? pasti dia tidak akan setuju,dia pasti akan marah."
"Ana, seandainya aku lebih cepat menyadari perasaan ku terhadap mu,pasti aku tidak akan menikahi Stella, aku terlambat menyadari jika dihati ini nama Stella sudah terganti olehmu" ucapnya sembari menangkup wajah ana dengan kedua tangannya.
"Ana,beri aku waktu untuk menyelesaikan ini dengan Stella, aku mohon jangan tinggalin aku, aku gak bisa hidup tanpa kamu na".
"Apa kamu bisa dipercaya mas?"
"Percayalah na, aku akan menyelesaikan secepatnya."
"Apa aku egois menginginkan kamu mas, aku merebut kamu dari Stella,istri yang sangat mencintaimu." mata ana berkaca kaca.
"Tidak sayang,kamu tidak egois, kamu adalah istriku sebelum aku menikahi Stella, jadi kamu tidak merebutku darinya." Stevan mendekatkan wajahnya dengan wajah ana, merasa Stevan semakin mendekati nya ana memalingkan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Stevan kecewa ana menolaknya.
"Aku cuma menjaga hati ku sebelum mas menyelesaikan semuanya. Aku gak mau sakit jika terlalu larut membiarkan hati ini jatuh dalam genggaman mas Stevan." Ana menaiki tempat tidur menarik selimut dan memejamkan matanya, ia membelakangi Stevan.
Stevan mengusap wajahnya, ia bisa merasakan kesedihan ana, ia akan membuktikan perkataannya jika ia akan mempertahankan ana sebagai istrinya,bahkan istri satu satunya. Kemudian ia menyusul ana berbaring dan memeluk ana dari belakang.
"Tidurlah, aku tidak akan macam macam." bisik Stevan merasa pergerakan ana merasa tidak nyaman. Akhirnya mereka berdua tidur dalam keadaan Stevan memeluk dari belakang.
**
Empat hari sudah ana dan Stevan nginap dirumah orang tua ana, dan hari ini ia akan membawa ana pulang kerumahnya. Sebenarnya stevan ingin lebih lama lagi tinggal bersama ana, namun Andre selalu menelpon nya menyuruh ia lekas pulang,membuat Stevan muak mendapat cecaran dari Andre.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua ana, Stevan dan ana berangkat ke bandara dan menaiki pesawat penerbangan pertama. Setelah dua jam lebih mereka dalam perjalanan kini mereka sudah tiba di bandara S.Hatta sekitar jam sembilan pagi.
"Lebih baik kita cari sarapan dulu." ucap Stevan menarik koper ana. Mereka sarapan di dekat bandara sambil menunggu Andree jemput.
Saat mereka sarapan Andre datang menghampiri.
"Sayang, kamu pulang naik taksi gak apa kan? aku mau langsung kekantor soalnya." tanya Stevan dan ana mengangguk setuju, jika pun Stevan mau mengantar nya ia akan menolak karena ia belum siap keluarga Stevan tau semuanya.
"What? gue gak salah dengar ni. Uda pake sayang sayangan ni?" ledek Andre dan Stevan tak memperdulikannya. Steven mengantar ana memasuki taksi,barulah ia menuju kekantor bersama Andre.
Tak lama ana sampai dirumah mewah keluarga Stevan,ia menggeret kopernya memasuki rumah.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam", bik Wati dan teh Mina memberi salam. "Ana, kamu sudah pulang!" bik Wati dan teh Mina memeluk ana bergantian, mereka sangat senang ana pulang.
"Iya bik, teh" ana merenggangkan pelukannya. " Oh ya ini ada oleh oleh dari kampung ku." ana memberi teh Mina dan bik Wati cake khas kota Medan.
"Waah..makasih ya na."
"Nyonya Inggrid kemana bik?" tanya ana sembari melihat sekeliling.
"Nyonya Inggrid lagi keluar arisan."
"Ooh.." ana ber oh ria.
"Hey,kamu." suara dari belakang mengagetkan ana dan yang lain. mereka menoleh dan ternyata Stella.
"Kamu pembantu disini kan?" tanya Stella menunjuk ana.
"I..iya non." jawab ana.
" Dari mana saja kamu? enak banget pembantu pergi pergi liburan, pembantu seperti kalian ini seharusnya tidak usah di baikin, ngelunjak jadinya." ujar Stella.
"Aku bukan liburan non, cuma jenguk orang tua." jawab ana.
"Ngejawab aja kamu, sekarang buatkan saya jus mangga, dan antar kekamar." ucap Stella dan langsung pergi meninggalkan ana dan yang lain.
"Huh dasar sombong, amit amit cabang bayik," ucap teh Mina kesal. "kok bisa sih tuan Stevan suka dengan wanita modelan begitu?" sambung teh Mina mneggerutu.
"Husss...jika didengar nya kita bisa tamat," timpal bik Wati.
.
.
Bersambung.
Hallo reader🥰🥰
Makasih yang selalu setia membaca cerita ku😊🥰semoga para readers di berikan kesehatan selalu ya,dilancarkan juga rizkinya.
Terima kasih yang selalu support aku🥰🥰
SARANGHEO 🥰🥰
