DALAM PROSES REVISI
"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Ajakan Bram
"Ayo kita kembali ke Indonesia. Kurasa sudah cukup kita berada di sini, Cass," ucap Bram yang merasa mereka harus kembali ke rumah mereka.
Cassie memandangi Bram dengan sendu. Niatnya untuk menetap di New York sepertinya tidak akan kesampaian. Hubungan keduanya sudah membaik, Raina pun telah mendapatkan hukuman karena sudah menipu keluarga Nugroho.
Bram mendekati Cassie yang masih termenung mendengar ucapannya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Cassie. Namun, wanita yang masih menjadi istri sahnya itu tidak ingin mengungkapkannya secara gamblang.
"Apa kamu ingin menetap di sini?" tanya Bram.
Cassie membelai perutnya dengan cemas. "Ya, aku ingin menjalani masa kehamilan dan melahirkan di sini," jawab Cassie.
"Tapi, kita bisa memulai semuanya dari awal, Cass. Perusahaan butuh aku, walau aku sudah menyerahkan pada Reynan, tetapi perusahaan tetap membutuhkanku," tukas Bram.
Kenangan saat Bram selalu memprioritaskan Raina merebak dalam ingatannya. Dia tidak ingin kembali mengingat semuanya. Bahkan, di rumah mereka pun terdapat kenangan menyakitkan saat Bram lebih memilih untuk mendampingi Raina dibandingkan dirinya.
Bram menggenggam tangan Cassie. "Apa yang kamu khawatirkan?"
"Aku hanya ingin menghapus semua kenangan yang menyakitkan. Memulai kembali di tempat yang sama membuatku kesulitan untuk melupakan kenangan itu," ucap Cassie.
Bram terdiam mendengar pengakuan itu. Sakit memang, tetapi ia tahu Cassie tidak berlebihan. Semua luka itu nyata, dan sebagian besar ia akui adalah kesalahannya.
"Aku tahu aku banyak salah...," Bram menunduk, menggenggam tangan Cassie lebih erat. "Pun aku nggak bisa ubah masa lalu. Tapi aku bisa janji, masa depan kita nggak akan sama seperti dulu."
Cassie menatapnya dengan tatapan penuh pertimbangan.
"Kamu bilang begitu juga dulu... tapi kamu tetap pergi saat aku butuh kamu. Saat aku hamil, sendirian di rumah, kamu malah bersama perempuan lain."
"Maafkan kebodohanku, Cass. Karena aku percaya dusta dan lupa siapa yang benar-benar ada buatku." Bram menarik napas dalam. "Tapi aku berubah. Aku belajar. Dan aku mau membuktikannya... bukan dengan kata-kata, tapi dengan tindakanku."
Cassie terdiam. Ada bagian dari dirinya yang ingin percaya. Namun luka-luka itu masih membekas, dan dia takut akan jatuh lagi.
"Setidaknya izinkan aku tetap di sini bersamamu sampai anak kita lahir," lanjut Bram pelan. "Setelah itu... kalau kamu masih mau menetap di New York, aku akan ikut. Kalau kamu ingin kembali ke Indonesia, kita kembali bersama. Tapi jangan pisahkan aku dari kamu dan anak kita."
Cassie menunduk. Air mata jatuh tanpa bisa dicegah. Memahami semua usaha yang dilakukan oleh Bram memang patut dijadikan pertimbangan. Keluarganya sudah menyerahkan sepenuhnya nasib rumah tangga pada dirinya. Hal yang harus dilakukan adalah menanyakan semua pada hatinya sendiri. Memberikan kesempatan untuk Bram atau melepasnya.
"Kenapa kamu harus membuatku ingin percaya lagi?"
"Karena aku menyadari kalau aku mencintaimu, Cass."
Keheningan menyelimuti mereka. Angin musim semi berhembus lembut. Cassie membelai perutnya, lalu menatap Bram dengan mata berkaca-kaca.
"Kalau kamu tetap menyakitiku, aku nggak akan pernah memaafkanmu, Bram."
"Aku tahu. Dan aku akan pastikan kamu nggak perlu memaafkan hal-hal yang sama lagi."
Hari-hari berlalu dengan tenang, ajakan kembali ke Indonesia berlalu begitu saja. Namun ketenangan itu terusik saat kabar dari Indonesia datang. Perusahaan Bram mengalami gejolak internal. Saham jatuh, Reynan kesulitan mengendalikan dewan direksi, dan klien-klien besar mulai meragukan arah kepemimpinannya.
"Aku harus balik ke Jakarta, Cass," ucap Bram saat itu di pagi yang tenang.
Cassie mematung, tidak menduga Bram akan kembali ke Jakarta.
“Kamu bilang akan tinggal,” ujarnya pelan, nyaris seperti gumaman, tapi mengandung kepedihan nyata.
“Ini cuma sementara. Beberapa hari saja. Aku janji akan segera kembali.”
Cassie menatapnya, lalu tertawa sinis. “Semoga saja kamu menepati janjimu."
“Cass…” Bram mencoba meraih tangannya.
Namun Cassie bangkit. Ia memeluk perutnya yang kian besar, berdiri menghadap jendela. Tidak ingin memandangi wajah Bram yang memelas.
“Kau tahu kenapa aku takut kembali ke Jakarta? Bukan hanya karena tempatnya, tapi karena kamu selalu berubah ketika kembali ke sana. Kamu kembali bersikap dingin dan tidak memedulikanku."
Bram berdiri di belakang Cassie, mendekapnya perlahan. “Aku berubah bukan karena tempat, tapi karena aku belum tahu cara menjadi suami yang benar. Tapi sekarang aku belajar. Aku janji tidak akan mengecewakanmu lagi.”
Tangis Cassie pecah. Ia benci bahwa bagian dari dirinya masih ingin percaya. Ia benci bahwa Bram masih bisa membuatnya goyah. Tapi lebih dari itu, ia takut. Takut jika semua ini hanyalah pengulangan cerita yang sama.
"Entahlah, aku masih belum bisa memaafkanmu."
“Aku akan menunggu,” ucap Bram. “Lalu, kalau kamu masih belum bisa memaafkanku... aku akan pergi.”
Cassie tidak menjawab. Namun ketika Bram menyentuh perutnya dan berkata, “Aku ingin bersama kalian setiap hari, setelah urusanku selesai. Aku pasti akan kembali."
Cassie menunduk dan menangis dalam diam. Bram tetap dengan keputusannya untuk kembali ke Indonesia. Dia tidak bisa mengabaikan keluarganya. Walau dukungan keluarga Cassie masih sangat membantu, tetapi ada kebutuhan mendesak yang tidak dapat dilakukan tanpa kehadirannya.
***
Bersambung....
Terima kasih telah membaca...
Dan juga Bram sekarang sudah bisa bersikap tegas sama Raina & emaknya, setelah dia menyadari kesalahannya dan gak mudah menggapai hati cassie
Dan kamu Bram memang harus sabar dan menunggu bumil untuk membuka hati lagi?? 🤔😇😇💪💪💪
semoga bumil kali ini bisa menjalani kehamilannya dengan happy dan kerjain Bram dengan ngidammu yg menyusahkan ya calon dekbay?? 🤔😇😇
Selamat menikmati buah kebodohanmu? dan selamat berjuang menaklukan bumil yg sensitif karena hormonal dan rasa kecewanya padamu??? 🤔😇😇😇