Menikah Dengan Sepupu (New Version)

Setelah Mikha menemui mona, ia bergegas pulang. Mikha masih merasa sangat terpukul begitu teganya Mona membunuh neneknya yang terbaring lemah dirumah sakit. Mona benar-benar tidak punya perasaan dan hati nurani.

Yani mungkin yani terlihat jahat dan seakan tidak peduli pada Mikha dan neneknya, tapi sebenarnya Yani sangat sayang pada mereka. Yani berhenti di belakang Mikha, dan berkata "Kita pergi dan tinggal di luar kota aja, kita mulai kehidupan yang baru"

Mikha berhenti dan menoleh kebelakang. "Aku tidak mau, aku akan balaskan dendam ku pada mereka berdua"

Mikha pergi meninggalkan ibunya. Mikha kemudian bertemu dengan seseorang, pria yang waktu itu tidur dengannya di hotel.

"Kenapa kau ingin bertemu?" tanya pria itu.

"Aku minta pertanggungjawaban dari mu"

pria berumur sekitar 40 tahun itu terkejut. "Apa yang kau katakan Mikha?"

"Apa kamu masih nggak mengerti om? aku hamil anakmu"

"nggak itu pasti bukan anakku"

"Om telah melakukan kejahatan padaku dan om nggak mau bertanggung jawab? oke aku akan lapor polisi"

"Mikha!!!! aku bahkan nggak ingat kenapa aku bisa ada di dalam kamar itu"

"Yaudah om nggak ingat, tapi aku mengingat nya, bagaimana om memaksaku sewaktu om mabuk"

"Dan sekarang ini adalah anak om, aku ingin om menikahiku"

Ancaman Mikha menggantung di udara, berat dan mencekam. Virzha, pria paruh baya yang terhormat di mata masyarakat, merasa dunia seakan runtuh. Bayangan malam itu, malam di mana alkohol telah menumpulkan kesadarannya, kembali menghantuinya. Ia tidak ingat detailnya, namun wajah Mikha yang penuh amarah dan air mata telah membangkitkan rasa bersalah yang dalam. Bagaimana mungkin ia, seorang ayah, terlibat dalam skandal yang begitu memalukan, apalagi dengan pacar anaknya sendiri?

Mikha, dengan tatapan tajam yang penuh dendam, mengamati reaksi Virzha. Ketakutan yang terpancar dari mata pria itu memberinya kepuasan sementara. Namun, di balik amarahnya, ada rasa sakit yang mendalam. Kehilangan neneknya, dan kini kehamilan yang tak diinginkan semua itu bagai badai yang menerjang hidupnya. Ia membutuhkan keadilan, dan Virzha adalah salah satu sasarannya.

Virzha terdiam, pikirannya kalut. Ia membayangkan skenario terburuk: skandal ini terungkap, karirnya hancur, keluarganya terpecah belah. Ia harus memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini, tanpa harus merusak reputasinya sepenuhnya.

"Mikha," Virzha memulai, suaranya terdengar lirih, "Tolong berikan aku waktu untuk berpikir. Aku akan mencari solusi terbaik."

Mikha menatapnya dengan curiga. Ia tidak mempercayai janji Virzha. Namun, ia juga menyadari bahwa melaporkan ke polisi mungkin bukan jalan terbaik. Bukti yang ia miliki hanya kesaksiannya sendiri, dan mengingat reputasi Virzha, ia mungkin akan sulit mendapatkan keadilan.

Mikha memutuskan untuk mengambil pendekatan yang berbeda. "Baiklah," katanya, "aku memberimu waktu sampai besok. Jika besok om nggak memberikan solusi yang memuaskan, aku akan bertindak."

Virzha menghela napas lega. Ia harus memikirkan strategi yang tepat. Uangnya mungkin bisa menyelesaikan masalah ini, tetapi bagaimana dengan reputasinya? Dan yang terpenting, bagaimana ia bisa menjelaskan ini semua pada Anand? Pikiran tentang Anand, anak yang selama ini ia banggakan, kini menjadi beban berat di hatinya.

Mikha meninggalkan Virzha dalam kebimbangannya. Ia berjalan menjauh, meninggalkan bayangan gelap yang menyelimuti masa depannya. Ia masih harus menghadapi Anand, menghadapi kenyataan pahit bahwa dendamnya mungkin tidak akan pernah terobati sepenuhnya. Perjalanan panjang masih menunggunya, dan di persimpangan jalan ini, ia harus memilih jalan yang tepat untuk masa depannya. Jalan yang akan menentukan nasibnya, dan nasib anak yang dikandungnya.

***

Lanjutkan bab berikutnya, Virzha begitu frustasi, tidak bisa berpikir jernih sama sekali. Ia teringat bagaimana Mikha memohon untuk dinikahi, tapi bagaimana mungkin? bagaimana bisa ia menikahi pacar anaknya sendiri? terlebih lagi pasti anand akan sangat marah dan membencinya. tapi kalau Virzha tidak menikahi Mikha, bagaimana jika perempuan itu melaporkannya ke polisi? Disaat Virzha tengah frustasi, sebuah panggilan telfon masuk. nomor itu tidak dikenal, Virzha mengangkatnya dan seorang pria yang berbicara di telfon itu.

Virzha tidak mengenalnya, namun ia mengenal suara seseorang di dalam telfon itu.

"Virzha tolong jemput kami", itu adalah suara Mona.

"mama? kalian dimana?"

"aduhh nggak usah banyak tanya, mending jemput aku dan ranika sekarang."

"Apa yang terjadi?" tanya Virzha.

"Virzhaaaaaaa" panggil Ranika.

"Kenapa kamu mengabaikan aku? Haaaaaa?"

Ditelfon Ranika terdengar sedang berbicara melantur, sepertinya istrinya sedang mabuk. Virzha mengepalkan tangannya, ia tidak merespon perkataan mertuanya.

"Kenapa dia selalu bertingkah seperti ini sih?"

"Ini juga terjadi karena kamu Virzha!! Kalau saja kamu tidak mengabaikan Ranika pasti nggak akan jadi seperti ini!!"

"Kamu itu nggak becus jadi suami, nggak ngerti apa mau istrimu sendiri"

"Kesini sekarang juga Virzha, bujuk istrimu"

Hingga di telfon Mona marah-marah dan memaki Virzha, Virzha sangat jengkel.

"Hehh Virzha?? Kau denger gak?? jemput kami sekarang, aku sudah kirimkan alamatnya"

Sambungan telfon terputus, Virzha melihat pesan masuk yang di kirim dari nomor asing tersebut.

Kemarin mereka baru saja bertengkar karena Ranika menghamburkan uang dan tidak menjelaskan mengapa ia menggunakan uang sebanyak itu, dan sekarang dia mabuk-mabukan?

Amarah Virzha memuncak. Ia membanting ponselnya ke sofa. Suara teriakan Mona masih bergema di telinganya, menusuk seperti ribuan jarum. Frustasi bercampur dengan amarah yang membara. Mikha, Ranika, dan sekarang ibu mertuanya semuanya menjadi beban berat yang menghancurkan jiwanya. Ia merasa terjebak dalam pusaran masalah yang tak berujung.