Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penderitaan Selena
Pria berdarah dingin itu mulai mengeluarkan senyum smirk nya saat melihat keterkejutan wanita itu. "Apa hubungannya denganku s*alan?" Aku tidak mengenalnya." Selena mengelak mengakui mengenal wanita yang difoto itu.
"Aku akan memberitahumu sesuatu sebelum maut menjemputmu. She is my litle wife."
"Cih, iblis seperti mu memang cocok dengan wanita bodoh itu." Dalam keadaan genting seperti ini Selena tetap menunjukkan tabiat aslinya."
DOR
"Ahk, sakit." Rintihan itu keluar dari mulut Selena. Kaki kanan Selena adalah sasaran pria yang dicapnya sebagai iblis.
"Hiburan yang menarik, sangat merdu. Memohonlah, mungkin aku akan mengampuni sedikit nyawamu! Atau... penderitaan mu tidak akan panjang." Rhadika mencoba mengajarkan sedikit tips untuk Selena.
"Ck, masih bungkam rupanya. Darah mafia ayahmu memang mengalir ditubuhmu." Dika memanggut-manggut disana. "Tapi sayangnya, darah itu akan hangus. Perlihatkan vidionya."
Seorang anggota Black Sky menayangkan vidio di layar infokus didepan Selena. Terlihat wajah Kaylen disana. "Kau mengenal wanita itu?"
Selena tetap diam.
DOR
Satu tembakan kembali meleset di kaki kanan Selena.
Suara rintihan itu bagaikan suara merdu yang terdengar ditelinga pria itu.
"Aku mengenalnya tuan." Selena akhirnya menjawab pertanyaan Dika. "Dia sahabatku sekaligus kakak dari Rosaline." Selena mengatakan yang sejujurnya.
Dika mencengkeram rahang Selena.
"Mulut kotormu ini tidak pantas untuk menyebut nama istriku." Dika menghempaskan wajah Selena begitu saja.
"Lanjutkan vidionya!" Dika ingin menyiksa secara perlahan wanita yang berani melukai istrinya. Disana terlihat Selena menyuruh laki-laki untuk membuka seragam Ros. Untungnya guru datang tepat waktu dan menghentikan aksi Selena dan Kaylen.
Disana Dika jelas melihat wanitanya tersedu-sedu, dan tidak berani melawan. Menangis adalah pelampiasan Ros untuk melewati masa-masa sulitnya.
"Patahkan tangan kanannya, aku jijik melihat tubuhnya." Dika tidak ingin melihat tubuh menjijikkan dari wanita yang membuat hari-hari istrinya sulit.
"Tuan, saya mohon tuan ampuni saya. Saya akan memberikan berapapun yang anda minta. Saya akan memberikan segalanya termasuk tubuh saya, atau melayani tuan sampai puas." Selena mencoba memberi tawaran untuk Rhadika.
"Cih, aku tidak sudi bersentuhan dengan tubuh menjijikkan seperti mu. Lakukan!"
KRETAK
Terdengar suara tangan yang dipatahkan. Bukan hal sulit untuk anggota Black Sky untuk mematahkan tangan. Hal itu adalah santapan tiap hari mereka.
Jeritan pilu menggema diruangan itu. Ditengah keasikan Rhadika, Max yang datang lalu membisikkan sesuatu. "Bawa dia masuk!"
"Panggil Levi, belum saatnya identitas ku diketahui orang luar!" "Baik tuan." Max langsung menelepon Levi dang memanggilnya untuk menghadapi ayah wanita yang sedang di ambang maut itu.
Selena masih tergolong sadar karena matanya masih terbuka, tapi dia tidak bisa mendengar suara didekatnya lagi karena hampir pingsan.
Levi adalah pemimpin klan Black Sky. Itulah yang diketahui dunia luar. Masalah internal kecil Levi dan Max lah yang menghadapinya, sedangkan masalah besar maka Dika yang akan turun tangan sendiri dibantu oleh Max. Max lah yang paling menderita disana, harus membantu keduanya dalam keadaan apapun.
Seorang pria paruh baya datang bersama dengan anak kecil seumuran 10 tahun. "Bodoh, kenapa ada anak kecil disini?" Sekejam-kejamnya seorang Rhadika Browns dan Levi, mereka tidak akan melibatkan anak kecil dalam perkara kekejamannya.
Rhadika yang berada didalam ruangan tertutup, melihat Levi disana mengeluarkan aura menyeramkan nya berdecih," Cih, dirumah saja seperti domba yang rindu akan induknya". Rhadika mengawasi ketegangan itu diruangan berbeda melalui rekaman CCTV.
"Bawa anak kecil itu!" perintah Levi pada anak buahnya.
"Maaf tuan, dia adalah cucu saya. Putri saya yang sedang disana adalah ibunya. Tuan Buernas berusaha menjelaskan dengan sopan.
"Ibu, ibu kakek... , ibu kesakitan. Aku akan menolongnya." sikecil memohon kepada kakeknya. "Pergilah, mohon jaga cucu saya," Bahrat benar- benar sangat sopan karena sedang berada di kandang singa yang siap menerkam nya kapanpun.
Selena sekarang dalam keadaan setengah sadar. Dia termasuk wanita tangguh yang bisa menahan dua kali tembakan tanpa pingsan ataupun mati.
"Ambilkan pistol, aku akan membunuhnya karena sudah berani menggangu orang - orangku." Mendengar kata menembak spontan kesadaran Selena kembali.
Dug
Tuan Bahrat berlutut dihadapan Levi.
"Tuan, saya mohon kemurahan hati anda. Saya..., saya akan melakukan apapun, asalkan anda tidak membunuh putri saya." Tuan Bahrat tidak rela jika putri tunggalnya akan mati dengan cara tragis seperti ini.
"Seperti?"
Meskipun Levi bukan seorang pekerja kantoran yang berkutat dengan hitungan grafik perkembangan saham, tapi dia adalah seorang mafia pebisnis. Keuntungan harus dia dapatkan dalam segala hal tentang bisnis.
"Jika tuan berkenan, saya akan memberikan wilayah barat London atas kekuasaan klan saya." Wilayah barat London adalah wilayah paling strategis untuk aktivitas para mafia. Wilayah ini adalah salah satu jalur cepat dalam penyelundupan senjata-senjata ilegal. Itu adalah pusat inti wilayah klan Bahrat Buenas.
"Hmmm, lumayan. Buat surat perjanjiannya Max! Kita akan segera memiliki wilayah baru." Levi tersenyum disana. Rhadika tetap tenang disana. Dia yakin Levi tidak sebodoh itu.
" Terimakasih tuan." Bahrat menunduk hormat.
Sekitar 3 menit, Max datang membawa surat perjanjian sebagai tanda sah pengalihan wilayah barat London kepada pihak Black Sky.
"Sudah tuan , terimakasih atas kerendahan hati tuan." Bahrat langsung menandatangani surat itu dengan tergesa-gesa tanpa membaca tulisan yang tertera dikertas itu. "Apa boleh saya membawa putri saya tuan?" Bahrat sudah mulai tenang saat Levi menerima penawarannya.
"Ouhh, jangan terburu-buru tuan Buenas. Saya tidak pernah mengatakan bahwa saya setuju. Anda lah yang berinisiatif menawarkan dan menandatangani surat pengalihan kekuasaan itu." Licik? itulah seorang adik Rhadika Browns.
"Tapi tuan, saya...," Bahrat mulai gelisah.
"Tenang tuan Buenas, saya akan melepaskan putri anda. Tapi bukan ketangan anda.Yah tak semudah itu seorang sampah keluar dari sangkar neraka ini.
"Bawa dia keperbudakan negara X. Pastikan disana dia mengalami hal seharusnya. Tidak ada pengecualian untuk sampah satu ini." Levi sangat marah kali ini, bagaimana seengok sampah menyentuh wanitanya disana, bahkan hampir merenggut nyawanya. Dia harus bisa meredam amarahnya. Dia adalah adik dari seorang Rhadika yang misterius, kejam dan sadis itu.
Perbudakan negara X adalah tempat pembuangan wanita-wanita yang dijadikan sebagai santapan pria hidung belang atau pun pria yang mencari kenikmatan semata. Jarang orang yang bisa keluar dari sana secara hidup-hidup. Jika dikasihani mereka akan dibeli dan dijadikan budak ranjang. Setidaknya mereka bisa menikmati dunia luar. Tidak seperti neraka perbudakan ini.
Disana Rhadika tetap tenang. Wajah datarnya tidak berubah sama sekali. "Ternyata otaknya tidak sekecil umurnya." Pria itu berkata sendiri di didepan kamera yang menampakkan wajah adiknya.
"Tuan, saya mohon, jangan mengirim putri saya kesana." Bahrat memohon dengan wajah menyedihkan.
"Iya atau tidak sama sekali. Saya memberikan dua pilihan tuan Bahrat Buenas," Levi menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya
"Baik, baik tuan. Apa boleh cucu saya bertemu dengan ibunya sebentar saja," ujar Bahrat agar cucunya bisa melihat ibunya sebelum pergi ke tempat pembuangan disana.
"Baiklah, Max urus dia." Levi meninggalkan Max disana dan masuk keruangan tempat Rhadika memantau kegiatannya tadi. Mereka bertatapan, Levi tersenyum tapi hanya wajah datar Dika yang ditatapnya. Dia berdecak kesal.
"Apa hanya pengalihan kekuasaan wilayah barat dari klan Bahrat?" Levi disambut pertanyaan dari kakaknya. Levi tersenyum smirk lalu duduk di sofa depan Rhadika.
Dia melihat kakaknya menyandarkan kepalanya.
"Apa kamu tau Levi, instingku berkata hal buruk akan segera terjadi." Rhadika menyandarkan kepalanya disandaran kursi kebesarannya. Insting seorang Rhadika tidak pernah salah. Levi sangat mengagumi ketepatan insting kakaknya.
Levi tidak menanggapi kakak nya. Dia juga ikut duduk dan menutup matanya. Masalah yang mereka lalui sebelumnya seperti angin lalu saja.
Diruang penyiksaan itu terlihat seorang anak mendekat kearah wanita yang sudah lemah itu.
"Ibu," suara anak itu terdengar ketakutan melihat penampilan ibunya. Para pengawal dan ayah wanita itu pergi meninggalkan anak dan ibu yang akan berpisah itu.
Selena menatap tajam anaknya. Anak kecil itu semakin ketakutan.Dengan lemah wanita itu membuka suara.
"Ingat, Rosaline Malorie. Dia lah yang membuat ku seperti ini. Jika ingin kuanggap sebagai putraku, balas dendamku! Jika berhasil, dengan senang hati kau adalah anak dari Selena Buenas. Mengerti?"