Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini dan ibu tirinya.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
ikuti terus Kisah Eliza, jangan lupa like dan vote sebanyak-banyaknya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Sebaiknya Kita hanya Berteman
Seharusnya Eliza senang karena Raiyan berhasil menebak maksud pertanyaannya, namun yang terjadi justru perutnya mulai mulas dan hawa dingin AC tidak mampu mendinginkan suhu tubuhnya yang mulai panas karena menahan gugup.
Tatapan mereka masih sama-sama terpaut membuat Raiyan leluasa menyentuh wajah Eliza.
"Benar kan? Itu kalimat yang Kau maksud?" tanya Raiyan lembut,ia segera melepas seatbelt agar bisa menjangkau Eliza lebih dekat.
"Jika itu kalimat yang Kau maksud, jawabannya Aku sangat sadar dengan ucapanku waktu itu." Raiyan tahu ini bukan tempat yang romantis untuk menyatakan perasaan tapi dia tidak bisa menunda lebih lama lagi karena mood Eliza akan rusak dan poin utamanya Raiyan tidak mau Eliza terlibat hal apapun lagi dengan Aizel dan Ardini.
Misi Raiyan untuk merebut posisi Ardini sudah selesai, sekarang saatnya menikmati manisnya cinta bersama Eliza, kekasih halalnya.
"Apa Kau serius? Atau itu hanya ungkapan terimakasih karena sudah memberimu kepuasan?" tanya Eliza.
"Tentu saja Aku serius, tidak ada sangkut paut dengan kepuasan yang Kau maksud, makanya Aku selalu bertanya apakah Kau masih menyukai mantanmu itu." ujar Raiyan.
"Bagaimana denganmu, apa sudah ada perasaan yang tumbuh untukku?" tanyanya lagi pada Eliza.
Wanita itu memalingkan wajah menghadap lurus ke depan, ia pun sudah memiliki perasaan yang sama pada Raiyan namun patah hatinya dulu membuat Eliza enggan mengakui nya.
"Ada baiknya Kita hanya berteman walaupun sama-sama terikat pernikahan, maaf kan Aku karena belum memiliki perasaan itu sampai sekarang." ujar Eliza pelan, membuat wajah Raiyan yang tadinya di penuhi harapan berubah redup dan keruh.
Ia pikir Eliza juga menyukainya mengingat wanita itu selalu merona tiap kali digodanya namun siapa sangka ternyata ekspektasi nya terlalu tinggi.
Raiyan menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan mencoba mengatakan sesuatu yang membuatnya baik-baik saja walaupun ada bagian hatinya yang terasa runyam.
"Baiklah kalau itu maumu, Aku tidak bisa memaksakan perasaan mu."
Mereka sama-sama turun dari mobil dan jalan terpisah, Eliza jalan di depan sedangkan Raiyan di belakangnya berjalan sambil menyimpan kedua tangan di dalam saku.
'Tapi Aku tidak akan menuruti permintaan mu begitu saja, El, Aku yakin sebenarnya hatimu sudah mulai jatuh padaku namun Kau tidak mau mengakui nya, supaya apa? Supaya seperti di film-film Aku mengejar cintamu, hm? Tidak Eliza! Aku tidak akan menjadi lelaki menyedihkan setelah mendengar pengakuan mu, akan ku buat Kau sadar dengan sendirinya.' Tekad Raiyan dalam hatinya.
Sementara Eliza juga berperang dengan pikirannya sendiri.
'Apa Aku keterlaluan mengatakan itu? Tapi Aku takut apabila jujur aku akan membuat suasana menjadi canggung dengan perubahan kami yang akan sama-sama berlaku manis nantinya. Ya! cukup menyukainya diam-diam dan menjalani semuanya sesuai alur, tidak perlu berlebihan.'
...****************...
Sepulangnya mereka dari mengantarkan Oma ke rumah utama, di rumah Raiyan mereka saling berdiam diri tanpa banyak interaksi.
Makan malam mereka lalui tanpa percakapan dan saat hendak tidur pun demikian, Eliza menatap punggung suaminya yang tidur membelakangi nya.
Ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya namun bagi Eliza terlalu sungkan untuk menanyakan hal tabu itu.
Eliza menyentuh punggung Raiyan dengan ujung jarinya, pelan.
"Kau sudah tidur?" tanya Eliza pada Raiyan dan lelaki itu tak menyahut.
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan sebenarnya, jika Kau sudah tidur, besok saja Aku menanyakannya." ucapnya memutar badan membelakangi Raiyan.
"Memangnya apa pertanyaan mu itu?" sahut Raiyan akhirnya.
"Hm... Waktu di rumah Paman Udi, sebenarnya Kau tidak melakukan apapun padaku, kan?"
"Melakukan apa yang Kau maksud?" balas Raiyan pura-pura tidak mengerti.
"Melakukan seperti yang tadi pagi." balas Eliza.
"Kenapa Kau menyimpulkan nya seperti itu?" tanya Raiyan kembali yang kini sudah mengubah posisi menghadap punggung Eliza.
"Karena badanku linu dan perut ku lapar setelah melakukannya, sedangkan di rumah paman Udi Aku tidak merasakan hal yang sama."
'Karena waktu itu Kita hanya tidur dan Aku tidak melakukan apapun padamu, jelas saja berbeda.' batin Raiyan, namun dirinya tetap ingin membodohi Eliza yang polos dengan hal-hal demikian.
"Karena waktu itu Kau tertidur, sedangkan tadi pagi Kau dalam pengaruh obat itu, waktu di rumah paman Udi Kau hanya melenguh kecil saat Aku mencium dan meraba, makanya saat bangun seperti tidak terjadi apa-apa." bohong Raiyan.
"Lalu bercak di sprei tadi apa?" tanya Eliza lagi berusaha mengingatkan Raiyan saat mereka sama-sama mengganti sprei tilamnya tadi.
Raiyan diam sejenak, kemudian lengan kekarnya memeluk perut Eliza dan membisikkan sesuatu.
"Itu namanya cairan cinta, ada milikku dan milikmu, tapi lebih banyak punyamu, tidurlah sekarang! Jangan membahas hal itu lagi, atau sebenarnya Kau sengaja membahas ini untuk memancingku?" Seringai Raiyan.
"Baiklah Aku tidak akan membahasnya lagi, selamat tidur." jawab Eliza mencoba menyingkirkan lengan Raiyan namun pria itu tidak membebaskan Eliza begitu saja.
"Aku hanya ingin memelukmu sebentar, seperti ini." ujar Raiyan tenang.
Beberapa saat mereka dalam posisi itu dan Eliza memejamkan mata namun debaran jantung yang menggila membuat matanya enggan tertidur.
Dia baru saja akan meminta Raiyan memindahkan lengannya namun terhenti setelah mendengar dengkuran halus lelaki itu.
Akhirnya Eliza mengalah, ia membiarkan Raiyan tidur sambil memeluknya.