NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Mengira

Di antara bising perbincangan dan gelak tawa para pengunjung, Elsa duduk termenung di sudut ruangan. Sembari memainkan gelas minuman, pikirannya terus mengingat-ingat ucapan Mauren. Jauh di dasar hati, sempat terselip rasa cemas. Dia takut jika keadaan Jeevan sesuai dengan perkataan Mauren karena sampai saat ini lelaki itu belum memberi kabar.

"Harus berapa lama lagi aku menunggu, Mas?" gumam Elsa.

Karena ponselnya masih saja diam, maka perhatian Elsa beralih pada tas kerja yang kini diletakkan di atas meja. Di dalam sana ada bukti bahwa dirinya sudah resmi resign dari Kantor Victory.

Di tempat lain, mungkin sulit mendapat gaji yang sama besar seperti di Victory. Akan tetapi mau bagaimana lagi, sang pemilik sudah marah karena dikhianati.

"Untung sempat nabung, coba kalau enggak, mampus beneran aku. Ahh, harus pinter-pinter ngolah uang sekarang. Jangan sampai tabungan itu terkuras tanpa ada wujudnya," batin Elsa.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering nyaring. Renungan Elsa buyar seketika dan senyumnya langsung terkulum ketika menatap nama sang penelepon—Mas Jeevan.

"Halo, Mas. Sejak semalam loh aku menunggu kabar dari kamu," ucap Elsa sebelum Jeevan sempat menyapa.

"Maaf ya, Sayang. Semalam ada sedikit masalah, jadi ... aku belum bisa hubungi kamu," jawab Jeevan.

"Masalah apa, Mas?" Elsa mulai waswas.

Cukup lama tidak ada jawaban dari Jeevan, hanya embusan napas yang berulang kali terdengar di telinga Elsa.

"Mas," panggil Elsa dengan suara pelan. Perlahan dia bisa menebak bahwa masalah yang menimpa Jeevan tidak sederhana.

"Ceritanya panjang," ucap Jeevan beberapa saat kemudian.

"Gimana kalau kita ketemuan aja, Mas? Kebetulan aku lagi di kafe, nggak terlalu jauh dari rumah."

"Ketemuan di kafe lain aja bisa, nggak? Posisiku jauh dari sana, Sayang." Jeevan menawarkan pilihan lain.

"Baiklah. Kirim alamatnya, Mas, aku akan ke sana." Elsa mengiakan permintaan Jeevan.

Tak berselang lama, Jeevan mengirimkan alamatnya. Elsa pun bergegas bangkit dan pergi dari kafe itu. Lantas, memesan taxi dan menuju tempat Jeevan.

Sekitar empat puluh menit perjalanan, Elsa tiba di sana. Rupanya, Jeevan masih menunggu di halaman kafe. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat wanita yang dicintai hadir di hadapan.

"Kok, nggak pesan duluan, Mas?" tanya Elsa.

"Nungguin kamu, nggak enak kalau sendiri."

Elsa tersanjung karena menurutnya sangat diistimewakan, padahal Jeevan menunggu di luar karena tidak ada uang. Mana tahu Elsa berhalangan dan tidak bisa datang, bisa hancur reputasinya jika telanjur pesan dan tidak bisa bayar.

"Ya udah ayo masuk, Mas! Kamu pasti capek udah menunggu lama," ajak Elsa.

"Iya." Jeevan mengangguk dan mengikuti langkah Elsa. "Capekku bukan karena menunggu kamu, Sayang, melainkan karena jalan kaki dari kos-kosan ke sini. Nggak ada sekilo sih, tapi rasanya lututku mau patah," sambungnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Elsa dan Jeevan sudah duduk berhadapan di kursi yang ada di dekat jendela. Keduanya saling menggenggam tangan dan melemparkan senyuman, melampiaskan rasa rindu yang setiap waktu selalu menggebu.

"Mas, kamu cerita gih, apa yang terjadi antara kamu dan Mauren. Setelah itu ... ganti aku yang cerita," ujar Elsa beberapa saat kemudian.

Jeevan mengembuskan napas kasar, "Kamu aja, Sayang, yang duluan cerita. Nanti terus aku."

Meski sedikit heran dengan sikap Jeevan, tetapi Elsa tidak protes. Dia menceritakan detail kejadian hari ini, mulai dari permintaan Mauren yang menyuruhnya meninggalkan Jeevan, sampai keputusan resign yang sudah disetujui oleh HRD.

Kendati dari awal sudah menduga bahwa Mauren akan bertindak nekat, tetapi Jeevan tetap terkejut saat mendengar kabar bahwa Elsa sudah resign. Jika begini, maka seperti apa masa depan mereka nanti?

"Mas!" panggil Elsa dengan penuh selidik. "Yang diucapkan Mauren nggak bener, kan?"

Lidah Jeevan kelu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Beruntung, pelayan segera datang dan mengantarkan pesanan. Jadi, dia punya sedikit waktu untuk merangkai kalimat.

"Mas!"

"Kita minum dulu, Sayang. Jangan terlalu tegang," jawab Jeevan sambil tersenyum masam.

Setelah cukup lama larut dalam kenikmatan minuman dingin, Jeevan menghela napas panjang dan mulai bicara.

"Apa yang dikatakan Mauren ada benarnya, aku memang diusir dari rumah. Secara tidak langsung juga, aku udah nggak punya tempat di Victory. Mauren bersikeras minta cerai, aku gagal membujuknya," sesal Jeevan dengan kepala yang menunduk.

"Terus, sekarang kamu tinggal di mana, Mas?" tanya Elsa.

"Kontrakan sederhana, nggak jauh dari sini. Semalam kejadiannya sangat mendadak, jadi aku nggak bisa cari tempat yang lebih baik," jawab Jeevan.

"Kenapa nggak ke apartemen aja, Mas? Itu punya kamu, kan?"

"Iya itu punyaku, tapi ... kan lagi disewakan, Sayang. Mana Mauren juga mempersulit, jadi ... aku nggak bisa ke sana." Jeevan sengaja berbohong. Dia takut Elsa akan pergi jika langsung berterus terang.

"Mempersulit gimana, Mas?" selidik Elsa.

"Surat kepemilikannya ada di Mauren, aku nggak dikasih sempat untuk ngambil. Mana kartu kredit juga dirampas, katanya ... karena aku sering menyisihkan uang perusahaan." Jeevan melirik Elsa sekilas.

"Hah? Terus gimana dong, Mas?"

Pertanyaan Elsa yang sedikit meninggi hanya ditanggapi dengan gelengan pelan oleh Jeevan.

"Tapi, apartemen itu benar punya kamu kan, Mas? Terus ... tabungan kamu di rekening, ada harapan kembali, kan?" Elsa kembali bertanya.

"Iya, apartemen itu punyaku. Sedangkan kartu kredit, katanya ... akan dikembalikan nanti. Tapi, nggak semua, yang hasil menyisihkan uang perusahaan akan diambil sama dia." Lagi-lagi Jeevan berdusta.

Elsa diam sejenak, lalu menghela napas panjang sambil tersenyum lebar.

"Ya sudah, Mas, biarkan saja dulu. Untuk sementara, kamu pakai aja uangku. Kebetulan, aku masih ada tabungan. Soal apartemen dan kartu kredit, nanti selesaikan saja di pengadilan. Itu hak kamu, Mas, pasti akan kembali ke kamu." Elsa menyemangati Jeevan. "Sekalian ... perjuangkan juga harta gono-gini," sambungnya dalam hati.

"Iya, Sayang." Jeevan menjawab gugup.

"Mmm, Sayang, kalau misalkan nanti aku gagal, gimana? Walaupun itu hakku, tapi sekarang Mauren yang lebih berkuasa. Takutnya dia menyewa pengacara dan membuatku kalah telak," sambung Jeevan. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan Elsa andai dirinya benar-benar miskin.

"Mas, aku tulus cinta sama kamu. Apa pun keadaanmu, aku nggak akan pergi. Kalau hal itu memang benar terjadi, kita berjuang sama-sama. Selama kita saling menguatkan, sesulit apa pun ujian, pasti bisa kita lewati," jawab Elsa. Tangannya terulur dan menggenggam mesra tangan Jeevan.

"Terima kasih, Sayang," jawab Jeevan dengan perasaan lega.

Elsa mengangguk. "Aku mencintai kamu, Mas. Aku akan berusaha keras mempertahankan kamu dan membuat Mauren tak berkutik. Setelah apartemen dan harta gono-gini berhasil kamu dapatkan, kita bisa membuka usaha dan hidup sejahtera. Dengan begitu, Mauren akan menyesal sudah membuang kita," ucapnya dalam hati.

"Kamu benar-benar tulus, Elsa, nggak salah aku lebih memilih kamu. Maaf, untuk sekarang aku masih bohong. Tapi, aku akan menjelaskannya secara perlahan. Kuharap tanggapanmu tetap seperti ini meski tahu bahwa aku tak punya apa-apa lagi," batin Jeevan.

Dalam beberapa detik, keduanya saling beradu pandang, menjabarkan perasaan lewat sorot mata. Mereka saling menggantungkan harapan, tanpa sadar dengan sepenggal dusta yang terselip di antara kalimat manis.

Bersambung...

1
nobita
siapa lagi klau bukan Rendra
nobita
aku jadi penasaran siapa sosok Andika??? apa mungkin salah satu penggemar nya Maureen... sewaktu di dunia model???
nobita
jangan mau Maureen kembali pada suami mu yg penghianat itu... suatu saat akan terjadi lagi...
nobita
siapakah gerangan??? pemilik mobil tersebut??
nobita
siapakah dia??? jreng.. jreng.. jreng...
nobita
wow.. aku suka karakter nya si Maureen... benar benar wanita berkelas
nobita
jangan ada maaf... perselingkuhan harus dj berantas ke akar akarnya
nobita
bagus... Maurreen... balas dendam.. lanjutkan
nobita
makin tegang aja nihh.. alur ceritanya... mantapp
nobita
ya ampun aku gak bisa membayangkan... bagaimana perasaan kecewa nya Maureen pada sahabat dan suami itu
nobita
aku mampir kak... awal yang menarik
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
RENDRA MAUREN
Nafisa Aycan
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!