Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
“Sekarang Hira dimana Umma?”
“Dia dikamar gak mau keluar dan belum makan malam juga.”
Hati Axell langsung gelisah ada apa dengan Hira apa ada yang berbuat sesuatu padanya. Vincent masih diam dia juga bingung kalau kakaknya bersama Dirga untuk apa Delin dan cowok tadi menuju ruangan kak Axell.
Axell pamit ke kamar terlebih dulu, saat ia membuka pintu ruangan sudah gelap tanpa ada secerca cahaya. Perlahan ia menghampiri Hira yang tengah tertidur.
“Hira”
“Hira, aku tahu kamu belum tertidur dan sedang menangis.”
Panggilan beberapa kali baru sang empu tersadar dan langsung menepis tangan Axell yang ingin menyentuh nya.
Axell sedikit keheranan apa dia telah berbuat sesuatu yang salah.
“Hir bangun dulu coba, ada yang ingin aku tanyakan.”
“Tidak perlu, semuanya sudah jelas!”
Axell mengernyit kan dahi kenapa Hira seperti ini, tidak mungkin kan dia marah karena ia pulang larut malam biasanya juga sampai jam 1 jam 2 Hira tidak pernah seperti itu.
Axell tak menyerah ia menghela nafas lalu kembali mendekati Hira yang kini duduk bersandar di kepala ranjang.
“Jangan mendekat!”
“Hira.kamu kenapa sih, aku hanya pulang larut malam kamu sudah begini. Apa salah aku, ngomong biar aku perbaiki. Jangan diam dan seperti ini.”
“Semua sudah jelas untuk apa lagi kamu jelasin ! Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri Axell!”
Axell terdiam kala Hira sudah memanggilnya dengan sebutan nama bukan Mamas. Ia sedikit menggelengkan kepala kedua manik matanya mulai memanas dengan embun yang mulai terkumpul.
Begitu juga Hira kepalanya yang terasa berat dengan air mata yang mulai terbendung di kedua pelupuk matanya. Tubuhnya terasa lemas.
“Maaf Hira jika aku telah berbuat salah … aku hanya ingin bertanya kamu kenapa tidak membalas pesan dari ku.”
Hira terdiam, pesan? pesan apa ia lupa jika saking antusias nya sampai melupakan ponsel yang tadi ia pegang dan memang ia tak sempat melihat balasan dari Axell lagi.
Hira melirik ke arah Axell, wajahnya terlihat lelah namun mencoba kuat untuk meluruskan masalah yang ada. Hira tau Axell sangat lelah namun ia bingung dia lelah karena berhasil berhubungan badan dengan Nayla atau lelah karena pekerjaan.
Saat ini logika Hira sedang tidak berjalan normal, seluruh pikiran negatif bersarang, bersatu padu membuat hatinya enggan untuk percaya lagi.
“Hira”
Tak ada jawab kali ini Axell benar-benar sedang lelah bahkan kepala nya sudah berdenyut nyeri sedari tadi namun ia tahan.
“Gak baik loh diamkan suami kaya gini, apalagi dipanggil gak jawab padahal ada didepan mata.” Tangan Axell terulur menyalakan lampu hingga ia berhasil melihat wajah dan mata sembab Hira.
“Kamu mandi sana! hilang kan bau wanita itu, aku memang belum mencintai mu tapi gak seharusnya kamu main sama wanita lain!” Tegas nya lalu kembali tidur, menutup tubuhnya dengan bed cover.
Wanita? Perasaan Axell tidak bertemu dengan wanita, ia saja pergi dengan Dirga.
“Hira tolong jelasin dulu ,kamu kenapa dan aku salah apa.”
Terdiam sejenak namun tak ada jawaban dari Hira, Axell menghela nafas lesu lalu memutuskan membersihkan diri terlebih dulu, badannya sudah terasa lengket dan otot-ototnya terasa linu.
“Baiklah aku tidak akan memaksa namun besok pagi kamu hutang penjelasan dengan ku.” Beranjak dari tepi ranjang, melenggang masuk ke kamar mandi.
Selepas kepergian Axell , Hira membuka bed cover yang menutupi tubuhnya. Ia memandangi pintu kamar mandi yang terdengar gemericik air .
“Apa aku harus mendengarkan penjelasan mu itu? Seperti nya aku tidak akan kuat Mas.” Gumamnya lirih.
Tanpa sadar Axell membuka kenop pintu dan segera Hira kembali bersembunyi. Tiba-tiba notif ponsel nya berbunyi dan Axell membalas nya dengan pesan suara. Hira yang berada di balik bed cover mendengar dengan jelas jika Axell mengatakan , “Pintu ruangannya kamu kunci jangan sampai ada satu orang pun yang boleh masuk kecuali kita. Dan besok baru kamu bawa kuncinya kesini!”
Hati Hira seakan jatuh dari ketinggian terasa sangat sakit. Seperti papan seluncuran jika kita berada di atas langsung jatuh kebawah begitu juga dengan kepercayaan yang dirasa dia baik namun dia juga yang menjatuhkan.
Tak terasa bulir bening mengalir di kedua pipi Hira, sang empu mencoba menahan tangisnya hingga pandangan nya berkabut, kepalanya semakin sakit. Ia tanpa sadar merintih kesakitan.
Axell yang sudah mengenakan piyama namun rambutnya masih basah langsung menghampiri Hira.
Membuka bed cover yang menutupi sang istri yang terlihat sedang menggigil. Axell segera mengecek suhu tubuh nya yang mencapai 39.9°c .
“Hira bangun Hir.” Sambil menepuk pelan pipi nya namun tak ada respon. Axell. Berlalu ke lemari, mengambil penurun panas lalu menempelkan ke dahi Hira.
Di bawah sadarnya Hira terus saja mengomel dengan kata penghianatan dan pembohong. Axell sedikit mengernyit kan dahi namun ia lebih fokus untuk menurunkan demam Hira hingga .
“Hira, sayang bangun. Ayo bangun,” Sambil menepuk pelan pipi nya namun tak kunjung terbangun. Tidurnya pun terlihat sangat gelisah, Axell belum lega jika demamnya belum turun jadi ia memilih duduk ditepi ranjang sebelah Hira tidur.
Axell menggenggam tangan kanan Hir, sesekali mencium nya lama.
“Hira sebenarnya apa yang terjadi kenapa kamu terlihat sangat membenciku. Hari ini aku hanya menghadiri rapat pesantren dan makan malam bersama profesor Huang. Apa yang membuatmu marah? Apa karena aku tidak ada di ruangan pondok jadi kamu menganggap ku pergi begitu saja.”
“Chat ku tak kamu balas, penjelasan ku tak kamu dengarkan tapi kamu selalu menyebutku penghianatan. Apa maksud nya?” Gumamnya sambil memeluk tangan sang istri .
Tak terasa mata Axell sudah terasa berat ia mencoba tetap terjaga karena Hira selalu merintih setiap 10 menit sekali. Namun kali ini benar-benar tak bisa ia tahan rasa kantuk itu membuat kedua matanya enggan terbuka.
Karena sudah tak kuat matanya terasa begitu berat. Perlahan ia beranjak lalu mengecek suhu tubuh Hira yang demam menggunakan termometer masih menunjukkan 39.9°c , Axell mengganti bed cover dengan selimut sedikit tipis karena Hira terus saja menyikap bed cover.
Namun ketika diganti selimut dia malah menggigil kedinginan, Axell menaikan suhu Ac nya lalu berjalan ke atas ranjang dan langsung memeluk erat tubuh ringkih yang saat ini sedang menggigil hebat.
Axell langsung membalik tubuh Hira menghadap dirinya, dan mengizinkan Hira bersembunyi di dada bidang nya, ia menyembunyikan wajah tepat di bawah leher Axell . Sesekali ia cium pucuk kepala sang istri, aroma buah nanas itu masih menempel kuat di tubuh istrinya.
“Pelukan ini sebagai obat, agar kamu cepat sembuh.”