"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan
Tidak cinta? Lalu mengapa Pino dapat lahir? Pernikahan yang berdasarkan perjodohan dan paksaan orang tua. Berusaha menerima kenyataan, berusaha mencintai suaminya, hingga Pino dapat terlahir ke dunia ini.
Membelai rambut putranya. Dira tersenyum, awal pernikahan memang sulit, saat itu Heru masih kuliah. Hingga dirinya yang memenuhi kebutuhan mereka sementara waktu.
Setelah wisuda, Heru beberapa kali berganti pekerjaan, penyebabnya sang suami cepat bosan dan tidak disiplin. Berusaha bersabar, gaji dirinya yang kecil digunakan untuk bertahan.
Namun, kala Heru mendapatkan pekerjaan di perusahaan kali ini. Dira fikir bebannya akan semakin ringan. Tapi pada akhirnya, malah bertambah berat.
Inilah saatnya menyambut kedatangan suaminya tercinta.
Wanita yang memakai daster murah, pakaian bekas tetangganya yang kebesaran. Mengikat rambutnya, siap bersedia bagaikan guru matematika yang akan memasuki kelas.
Membuka pintu, berjalan ke luar mengetahui suaminya tidak akan pulang ke rumah, telah berdiri di depan gang kala Sutini turun dari mobil. Tapi anehnya Heru tidak turun dari mobil? Matanya menyipit, mengetahui ada seorang wanita di dalam mobil.
"Kalian mau kemana?" Tanya Dira menyilangkan tangan di depan dadanya. Istri yang mengetahui ada yang tidak beres. Setidaknya sudah curiga.
"Begini, Heru ada urusan bisnis. Kita pulang ya?" Pinta Sutini menarik menantunya.
Namun, raut wajah Dira yang galak, membuat nyali Sutini menciut.
"Heru! Tidak turun dari mobil?" Teriak sang istri.
"Aku harus mengantar temanku pulang. Selain itu kami ada urusan bisnis." Teriak Heru dari dalam mobil. Langsung menginjak pedal gas, melarikan diri. Sebelum Dira bertambah murka, biarlah ibunya yang menghadapi Dira.
Lagipula Soraya yang tercantik di dunia lebih penting. Ini hari gajian, harus membahagiakan Soraya bukan?
"Dira, kita pulang ya?" Pinta Sutini gemetar.
Dira menghela napas."Ibu tidak makan, makanan pedas kan? Nanti asam lambungnya kumat."
"Agak sedikit pedas..." Sutini terkekeh.
"Sudah, ayo pulang dan tidur." Hanya itulah yang diucapkan Dira. Sang menantu yang berbalik, sedangkan Sutini hanya menatap ke arah punggungnya.
Total 8,5 juta masih ada di tangannya. Putrinya yang tinggal terpisah masih mengontrak rumah, juga mencicil mobil murah. Uang yang disisihkan oleh Sutini untuk putrinya, sedangkan menantunya, tidak pernah kebagian apapun, kecuali uang listrik, air dan gas.
Menghela napas kasar. Heru berselingkuh, jika Dira tahu, marah besar, kemudian meminta bercerai. Bagaimana?
Wajahnya pucat pasi. Meskipun kata-kata Dira kasar, sering bertengkar dengannya. Tapi Dira yang mengurusnya lebih dari Heru dan Sulis (adik Heru).
"Ibu, jangan banyak fikiran. Jika ibu sakit, aku yang repot. Nanti siapa yang mengurus Pino saat aku bekerja." Dira tidak menoleh ke belakang sama sekali. Hanya berjalan diikuti ibu mertuanya.
"Iya!" Sutini mengangguk, menitikkan air matanya."Heru tidak berselingkuh. Dia memang sedang mengurus usaha sampingan. Katanya ayam geprek, dengan teman sekantornya. Nanti, kalau usahanya sudah buka, kamu tidak perlu menanggung uang beras lagi. Akan ada juga uang untuk membeli lauk setiap pagi." Janji caleg yang diucapkan Sutini.
"Iya, aku tau." Tapi entah kenapa Dira cenderung pendiam, hari ini.
"Heru tidak berselingkuh." Sutini menarik tangan menantunya agar menghadap ke arahnya."Percaya pada ibu ya?"
Dira hanya mengangguk sembari tersenyum."Uang yang diberikan Heru, aku boleh minta 500.000?" tanya menantunya tersenyum tengil.
"Mana boleh! Kerja dong!" Kembali Sutini melangkah meninggalkan menantunya, menyimpan dompetnya baik-baik. Tidak ingin dompetnya digeledah.
"Ibu mertua setan! Ibu juga makan! Jadi harus ikut kontribusi!" Teriak Dira mengejarnya.
Dira tidak bodoh, dirinya tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Menyembunyikan segalanya di balik topeng. Suami hasil perjodohan, berusaha keras mencintai Heru, melupakan mantan kekasihnya.
Tapi segalanya berakhir dengan kekecewaan. Untuk apa bertahan? Entahlah...selama Heru tidak mengatakan dengan lantang. Dirinya tidak mencintai Dira. Wanita yang akan menutup mata dan telinga nya. Karena mengetahui hidup sebagai singel parents dengan satu anak di kota besar tidak akan mudah. Terlebih tidak ada dukungan dari keluarganya.
Siapa yang akan menjaga Pino kala dirinya mencari nafkah?
***
Minuman mahal, memesan kamar di hotel berbintang. Ini adalah hari gajian, maka saatnya untuk bersenang-senang.
Tidak mengenakan apapun di balik selimut. Suara lenguhan masih terdengar, hingga akhirnya rasa lega, mengantarkan ketenangan.
"Kapan kita menikah?" Tanya Soraya dengan napas tidak teratur. Tubuh bagian bawah mereka masih menyatu di bawah selimut.
"Setelah aku dan Dira bercerai." Jawab Heru, mendekap tubuh Soraya. Setelah melepaskan benihnya. Wajahnya tersenyum bahagia, Soraya adalah cinta sejatinya.
Lagipula apa yang bagusnya Dira? Hanya istri cerewet yang jutek, marah-marah tidak jelas setiap hari. Penghasilannya juga kecil, cuma tamatan SMU. Hanya istri hasil perjodohan.
"Kamu tidak mencintai istrimu kan? Bagaimana pun kamu sudah punya Pino, aku cemburu." Keluh Soraya manja.
"Sebentar lagi kita juga akan punya anak." Heru tersenyum, membelai pelan rambut Soraya. Cinta sejatinya, wanita karier lulusan S1. Berbeda kelas dengan Dira yang bekerja di konfeksi, selalu berbau bawang putih dan minyak telon.
Manager sepertinya, lebih pantas dengan wanita karier seperti Soraya bukan?
Kembali melanjutkan segalanya. Ini adalah malam minggu, jadi besok mereka dapat jalan-jalan ke luar kota.
Hujan kembali mengguyur di luar sana. Menambah sensasi kehangatan, kala napsu lagi-lagi merasuki. Heru yang fokus dengan cinta sejatinya.
Tapi apa benar sama dengan yang ada di fikiran Soraya? Yang ada di imajinasinya, hanya Binara Mahendra (Bima). Atasan yang belum menikah hingga kini, begitu dingin di hadapan karyawan. Tubuhnya pasti bagus... kekayaan... segalanya melebihi Heru.
Namun, tetap saja lebih baik dengan Heru saat ini yang sudah pasti memujanya. Manager dengan gaji yang tinggi.
"Apa mungkin pak Bima menyukaiku. Dia cemburu saat kita bersama?" Tanya Soraya pada Heru di sela ciuman mereka.
"Soraya, jangan membuatku cemburu. Karena pak Bima tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku. Kamu begitu cantik, jika dia menyukaimu. Aku akan menjagamu, agar dia tidak mendekatimu." Jawab Heru, tidak mengetahui untuk bulan depan tidak akan ada bonus lagi untuknya.
Tentunya, sang atasan sudah benar-benar jenuh.
***
Jika mencintainya, maka dorong lah agar dia bahagia. Bagaimana pun Dira sudah menikah. Karena itu, Dira hidup bahagia dengan keluarga barunya. Hanya itulah yang ada dalam fikiran Binara Mahendra.
"Tidak! Tidak boleh! Hanya boleh membantu, tidak boleh mendekat atau merusak rumah tangganya." Bima menggeleng beberapa kali.
Mengamati dari jauh, Dira terlihat tengah menyapu di depan rumah. Kulitnya masih putih, tapi kenapa begitu kurus, kenapa memakai daster lusuh?
Selama tiga tahun, Binara Mahendra selalu memberikan bonus 10 juta rupiah pada Heru. Hanya agar Dira memiliki keluarga bahagia yang berkecukupan. Tapi apa itu! Seperti ibu-ibu rumah tangga biasa yang kurus kering?
"Sial!" Gumam pria yang tidak dapat mendekat. Bagaimana pun, merebut istri orang adalah perbuatan tidak bermoral.
Tapi...
"Kenapa aku cinta sedangkan suaminya tidak cinta." Bima mengacak-acak rambutnya frustasi.
Pada akhirnya menghela napas, menelan ludah melangkah mendekat. Memberanikan diri untuk menyapa. Hanya menyapa, tidak boleh lebih, sebagai kenalan.
Mendekati rumah itu, Binara Mahendra kemudian berucap, berusaha terlihat alami."Ini Dira kan?" Tanyanya dari balik pagar yang tidak begitu tinggi.
"Ini buaya tukang selingkuh kan?" Dira tersenyum, benar-benar berusaha tersenyum.
"Kamu seperti ibu-ibu bau bawang..." Entah kenapa hinaan yang malah keluar dari mulut Bima.
"Dasar!" Teriak Dira mengambil air pel kotor.
Byur!
Pemuda yang disiram oleh sang mantan."Inilah karma perebut istri orang... tidak punya niat, tidak melakukan usaha. Tapi sudah terjadi bencana..." gumamnya dengan suara kecil.
gedek banget sama tu anak
,😡
👍🌹❤️🙏