Olivia Hazelle Zerga tidak pernah bermimpi akan menjadi orang ke-tiga dalam pernikahan Atharva Kaivan Malik yang merupakan kakak dari sahabatnya.
Kekecewaan Kaivan terhadap istrinya membuat pria itu menjadikan Hazelle sebagai pelampiasan cintanya.
Hazelle yang tahu dirinya hanya dijadikan pelampiasan oleh Kaivan perlahan pergi dari hidup pria beristri itu. Apalagi saat mengetahui dirinya tengah mengandung benih Kaivan, Hazelle tidak ingin rumah tangga Kaivan dan istrinya yang kembali harmonis itu hancur karena dirinya.
"Aku mencintaimu tanpa syarat harus memilikimu, Mas." Olivia Hazelle.
Apakah Kaivan akan tahu jika Hazelle mengandung benihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Hazelle meringis karena Kaivan tiba-tiba menyentil keningnya.
"Kamu kira Mas hantu?" Hazelle hanya menyengir merutuki kebodohannya. "Kenapa Kamu gak ke kampus?" Kaivan kembali mengulang pertanyaan. Pria itu menatap Hazelle dengan intens, Kaivan baru menyadari sahabat adiknya ini sangat cantik.
Matanya yang sipit, karena Hazelle memiliki darah China dari Mommynya. Hidung mancung dan kulitnya yang putih mulus, bahkan body Hazelle pun tak kalah dari Annette yang seorang model.
"Gak ada kelas, Mas! Mau ajak Leya, tapi Dia ada kelas sampai sore," ucap Hazelle sambil memakan ice creamnya.
Kaivan tidak tahu saja, di tatap seperti itu olah Kaivan membuat jantung Hazelle nyaris lompat dari tempatnya.
"Bagaimana kalau Kamu ikut Mas?"
"Kemana?" Hazelle mengernyitkan keningnya, gadis itu ingin menolak, tapi lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan tidak.
"Pokoknya Kamu ikut Mas saja, tapi sebelum itu kita belanja dulu!"
Mau tidak mau Hazelle pun mengekor di belakang Kaivan, ada rasa senang namun bercampur takut juga. Gadis itu tidak pernah membayangkan akan pergi bersama Kaivan, pria dewasa yang diam-diam Hazelle cintai.
Hazelle menyukai Kaivan saat pertama kali mengenal Harleya sejak duduk di bangku SMA. Namun, Kaivan sudah memiliki kekasih bahkan hendak menikah. Hazelle pun mengubur cintanya dan berharap bisa melupakan cinta pertamanya itu.
Sampai akhirnya, Hazelle pun menjalin hubungan dengan kakak kelasnya berharap bisa melupakan kakak sahabatnya itu. Namun ternyata, cintanya semakin kuat, dan Hazelle pun memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Hazelle tidak ingin hanya menjadikan kekasihnya itu pelampiasan yang akan semakin melukainya.
Kaivan membawa Hazelle ke tempat pakaian renang. Pria itu membelikan Hazelle two piece set warna maroon kesukaannya. Hazelle sama sekali tidak mengerti kenapa Kaivan membelikannya baju renang, Hazelle baru paham saat sampai di tempat tujuan Kaivan membawanya.
Ternyata Kaivan mengajak Hazelle ke pesta ulang tahun salah satu sahabatnya yang bernama Marvin. Dan tema pestanya adalah swimming party. Sebenarnya hanya beberapa orang saja yang hadir, karena acaranya sangat privat. Dan semua orang memakai pakaian renang, tak terkecuali Marvin, sang pemilik acara.
"Kai, Kamu ajak siapa? Cantik banget, kenalin dong!" Ucap Marvin. Dan candaannya itu berhasil membuatnya mendapatkan jeweran dari Shita, kekasihnya.
"Dasar mata keranjang! Gak bisa lihat yang bening dikit!" Ucap Shita dengan tangannya yang masih menempel di telinga Marvin.
"Becanda, Sayang. Mana mungkin aku menduakan kekasihku yang bahenol ini," ucapnya merayu.
"Ini Hazelle, sahabat adikku." Kaivan memperkenalkan Hazelle sambil merangkul bahu gadis cantik itu.
"Sahabat adikmu, yakin?" Marvin menaik-turunkan alisnya menggoda Kaivan. Namun pria itu hanya tersenyum menanggapi candaan sahabatnya.
Kaivan mengajak Hazelle ke kamar ganti dan menyerahkan pakaian renang two piece set yang baru dibelikannya.
"Mas tunggu di sana, ya?" Ucap Kaivan sambil menunjuk tepi kolam tempat nantinya Kaivan menunggu Hazelle.
Hazelle pun mengangguk dan bergegas mengganti pakaiannya.
Selang beberapa saat, Hazelle pun menghampiri Kaivan dengan pakaian renangnya yang terlihat pas sekali di tubuh Hazelle. Warna maroon nya begitu kontras dengan tubuh Hazelle yang putih mulus. Apalagi gundukan Hazelle yang terlihat berisi walaupun tidak sebesar milik Annette.
Namun pemandangan itu berhasil membuat Kaivan menatapnya tanpa berkedip, Hazelle terlihat sangat indah di matanya. Beruntung saja semua orang tengah fokus pada aktivitasnya masing-masing membuat Hazelle tidak terlalu menjadi pusat perhatian.
"Kamu cantik sekali, Hazelle!" Bisik Kaivan tepat di telinga Hazelle membuat sang gadis merinding karena terkena hembusan napas Kaivan. Gadis cantik itu pun berusaha menyembunyikan pipi merona nya dengan menundukkan wajahnya.
Kaivan kemudian mengajak Hazelle turun ke kolam renang. Pria itu terus mengawasi Hazelle yang mulai berenang ke sana ke mari. Setelah merasa lelah Hazelle pun duduk di tepi kolam dengan kakinya yang menjuntai ke air. Tak lama kemudian Kaivan menghampiri Hazelle dan berdiri di tengah-tengah kaki Hazelle.
"Kamu capek?"
"Sedikit," ucap Hazelle sambil tersenyum kaku.
Pandangan keduanya bertemu membuat keduanya sama-sama merasakan perasaan yang tidak seharusnya mereka rasakan. Kaivan membawa tubuh Hazelle turun ke dalam air, dan mengungkungnya pada dinding kolam. Pria tampan itu perlahan mengikis jarak sampai akhirnya membuat bibir keduanya bertemu.
Jantung Hazelle berdetak lebih cepat dari biasanya, saat merasakan bibir kenyal Kaivan menyentuh bibirnya. Gadis itu ingin mengelak namun tubuhnya berkhianat karena justru menikmati apa yang Kaivan lakukan. Bahkan Hazelle pun membalas ciuman Kaivan sambil mengalungkan tangannya di leher pria dewasa itu.
Merasa mendapatkan lampu hijau dari Hazelle, Kaivan pun memagut bibir itu semakin dalam dan semakin liar. Tangannya bahkan tak tinggal diam meremas gundukan Hazelle yang sejak tadi melambai seolah minta di sentuh.
Pagutannya baru terlepas saat keduanya kehabisan napas. Hazelle pun tertunduk malu saat Kaivan menatapnya.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯!"
Hazelle naik ke atas dan buru-buru pergi dari sana. Hazelle menuju kamar ganti, namun saat hendak menutup pintu, Kaivan menahannya dan ikut masuk ke dalam kamar ganti.
"Kamu marah?"
Hazelle menggelengkan kepalanya sambil tertunduk, rasanya sangat malu berhadapan dengan Kaivan. Hazelle seperti ingin mengubur dirinya hidup-hidup saking malunya.
"Aku malu, Mas!" Hazelle semakin menunduk, gadis cantik itu bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap Kaivan.
Kaivan tersenyum dan merasa lega. Dia pikir Hazelle marah dan kecewa padanya. Kaivan menyentuh dagu Hazelle dan mengarahkan gadis cantik itu untuk menatapnya.
"Jangan malu, Hazelle. Mulai saat ini, Kamu milik Mas, hmmm?"
Hazelle mengerjapkan matanya berulang kali, benarkah apa yang di dengarnya? Belum sempat Hazelle bertanya, pria itu sudah lebih dulu membungkam bibir Hazelle dengan bibirnya.
Ciuman Kaivan lebih liar dari sebelumnya. Pria itu tidak segan melumat dan memagut bibir Hazelle yang sudah menjadi candu nya. Tangan Kaivan bergerak meremas dua bukit yang menjadi favoritnya, tidak puas menyentuhnya dari luar, Kaivan membuka pengait mini set itu dan melepaskannya dengan satu tarikan.
"Mas!" Hazelle sangat malu dan menutupi dua bukit miliknya itu dengan tangannya. Ini adalah pertama kalinya seorang pria menatap tubuh Hazelle dan itu Kaivan, pria yang sempat dicintainya diam-diam.
"Jangan ditutup! Ini sangat indah, Hazelle." Kaivan perlahan menyingkirkan tangan Hazelle membuatnya lebih leluasa menatap gundukan yang sangat padat berisi itu.
Tangan Kaivan perlahan menyentuh gundukan itu, meremas dan memilin puting berwarna pink kecoklatan yang sudah mengeras itu. Tidak puas hanya memainkannya dengan tangan, Kaivan pun mendekatkan bibirnya dan mengulumnya dengan rakus.
"Ahhhh, Maaasshhh!"
Satu desahan lolos begitu saja dari bibir gadis cantik itu, membuat Kaivan semakin semangat.
"𝘚𝘩𝘪𝘵𝘵!! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯?"
Kaivan melepaskan pagutannya dan menatap Hazelle dengan tatapan penuh permohonan.
"Hazelle, bantu Mas, ya!"
Hazelle mengernyitkan keningnya tapi kemudian gadis itu paham saat Kaivan menuntun tangannya menyentuh sesuatu yang sudah menjulang di balik boxernya.
Hazelle melotot tak percaya, benda yang pernah membuatnya tidak bisa tidur, kini Hazelle menggenggamnya. Walaupun masih terhalang boxer tapi Hazelle yakin bentuknya sangat besar dan panjang.
Dan benar saja, bentuknya jauh lebih besar dari yang Hazelle bayangkan, saat Kaivan mengeluarkannya dari sangkarnya.
"Ayo, Hazelle!" Kaivan menuntun tangan Hazelle untuk memanjakan milik Kaivan.
"Ahhhh, faster Hazelle!" Hazelle mempercepat ritme nya sesuai keinginan Kaivan. Sampai akhirnya pria itu sampai pada pelepasannya.
"Terimakasih, Hazelle!" Kaivan memeluk Hazelle dan mengecup pucuk kepala Hazelle berulang kali.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯?" 𝘛𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘻𝘦𝘭𝘭𝘦 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯. "𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘪𝘭𝘢."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
🫣🫣🫣🫣🫣
ini kotorrr sekali fantasinya 😭😭😭
saudara sendiri 😭😭😭
bikin salah paham aja 🤣🤣
bilang tidak tapi iya