NovelToon NovelToon
Misi Berdarah Di Akademi

Misi Berdarah Di Akademi

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Identitas Tersembunyi
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Garl4doR

Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.

Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.

Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.

Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Charissa's Charm

Langit malam di Blok 2 terlihat pekat, tanpa bulan atau bintang yang menyinari. Dalam keheningan itu, Vella membuka matanya lebar-lebar, dadanya terasa sesak oleh sesuatu yang tidak kasatmata. Energi kuat dan jahat yang seolah-olah menyelimuti seisi blok membuat napasnya memburu. Ia langsung duduk, melirik ke arah Charissa yang tidur dengan tenang di sudut ruangan.

“Charissa,” bisiknya sambil mengguncang bahu temannya. “Bangun. Ada sesuatu yang tidak beres.”

Charissa mengerang pelan sebelum membuka matanya. “Vella, ini masih tengah malam. Apa yang kau rasakan lagi kali ini?”

“Aku tidak tahu,” jawab Vella dengan nada serius, suaranya sedikit gemetar. “Tapi energinya... ini lebih besar dari apa pun yang pernah kurasakan. Kita harus pergi.”

Charissa menghela napas panjang, tetapi begitu ia melihat raut wajah Vella yang pucat, ia tahu temannya tidak sedang bercanda. “Baiklah. Kalau ini penting, aku ikut.”

Mereka menyelinap keluar dari persembunyian, bergerak pelan di bawah bayang-bayang gedung-gedung kosong. Vella berjalan dengan langkah ragu tetapi tetap pasti, seperti dituntun oleh sesuatu yang tak terlihat. Setiap langkah mendekatkan mereka ke gedung pusat informasi, tempat aura hitam terasa semakin menebal.

Ketika mereka sampai di depan gedung, Vella berhenti. Ia menatap pintu besar di depannya, matanya melebar penuh teror. “Energi ini... ini tidak mungkin manusia.”

“Vella, jangan berlebihan,” kata Charissa, mencoba tetap tenang. Ia meraih gagang pintu, tetapi Vella menahan tangannya.

“Charissa, aku tidak bercanda. Ada sesuatu yang sangat salah di sini.”

Namun, pintu itu tiba-tiba terbuka perlahan, dan udara dingin yang sarat dengan hawa kematian menyelimuti mereka. Di balik pintu, berdiri sesosok besar dengan tubuh menjulang. Goliath. Tubuhnya memancarkan aura gelap yang begitu kuat sehingga Vella merasa seolah-olah tubuhnya dihimpit oleh ribuan ton tekanan. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke arah mereka.

Vella mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar hebat. “Aku... aku tidak bisa... aku tidak bisa bergerak...” suaranya pecah, hampir menangis.

Charissa langsung berdiri di depan Vella, melindunginya dengan tubuhnya sendiri. “Tenang, aku di sini. Tarik napas dalam-dalam, Vella. Aku akan mengurus ini.”

Namun, sebelum Charissa sempat bergerak lebih jauh, dari balik kegelapan muncul Boris, salah satu anak buah Goliath. Diikuti oleh beberapa orang lain dengan mata gelap dan aura hitam yang serupa.

“Vella, lari!” seru Charissa sambil mengepalkan tinjunya.

Boris melangkah maju dengan seringai lebar. “Kalian berdua tidak akan ke mana-mana. Siapa yang berani mengganggu wilayah ini harus dihukum.”

Charissa tidak membuang waktu. Ia melangkah maju dengan penuh keberanian, tinjunya bersinar terang. “Kita lihat siapa yang dihukum,” katanya sambil meninju ke arah Boris.

Tinjunya menghantam dada Boris dengan kekuatan luar biasa, membuat tubuh besar itu terpental ke belakang dan menabrak dinding. Tapi Boris hanya menyeringai, tampaknya tidak terlalu terpengaruh.

Sementara itu, salah satu dari orang-orang yang mengikutinya melompat ke arah Charissa, tetapi ia dengan cepat membentangkan tangannya, menciptakan dinding energi bercahaya yang kokoh—Faith Barrier. Serangan itu gagal menembus penghalang, dan Charissa membalas dengan pukulan keras yang membuat penyerangnya terlempar ke lantai.

Namun, jumlah musuh yang terus bertambah membuat Charissa kewalahan. Ia menoleh ke arah Vella, yang masih berlutut di tanah dengan napas tersengal-sengal. “Vella! Bangkit! Aku tidak bisa melakukannya sendirian!”

Vella memejamkan matanya, mencoba melawan ketakutan yang menghantuinya. “Aku... aku mencoba...” bisiknya, tetapi tubuhnya terasa lumpuh di bawah tekanan aura Goliath.

Charissa mengerang frustrasi, tetapi ia tidak menyerah.

Boris kembali berdiri, matanya penuh amarah. “Kau memang tangguh, tapi ini akan segera berakhir,” katanya sambil melompat ke arah Charissa dengan kecepatan luar biasa.

Charissa mempersiapkan pukulan balasan dengan penuh tekad. Tinjunya bersinar lebih terang dari sebelumnya, mengeluarkan energi yang berdenyut kuat. Saat Boris mendekat dengan kecepatan luar biasa, Charissa menghantamnya dengan pukulan penuh kekuatan yang mengenai rahangnya. Dentuman itu menggema di sekitarnya, membuat Boris terpental jauh ke belakang hingga menabrak pilar besar gedung pusat informasi.

“Siapa bilang aku mudah dikalahkan?” kata Charissa, matanya bersinar penuh kesungguhan.

Tiga anak buah Goliath lainnya maju serentak, mencoba mengepungnya. Charissa tidak gentar. Dengan gerakan gesit, ia menghindari serangan pertama sambil memutar tubuhnya, mengirimkan tendangan melingkar yang tepat mengenai perut salah satu dari mereka. Sosok itu ambruk dengan erangan keras.

Dua yang tersisa mencoba menyerangnya dari dua arah sekaligus. Charissa menatap mereka dingin, lalu mengangkat kedua tangannya. Faith Barrier muncul lagi, menciptakan lingkaran energi pelindung di sekelilingnya. Dua serangan itu mengenai penghalang, tapi tidak ada yang berhasil menembusnya.

Sambil tersenyum kecil, Charissa memecahkan penghalang tersebut dengan kekuatannya sendiri, menciptakan gelombang energi yang meluncur ke arah musuh. Dua anak buah Goliath terlempar ke udara, lalu jatuh dengan suara keras.

“Sudah cukup?” tantang Charissa, berdiri tegak dengan napas yang mulai memburu.

Namun, Boris bangkit kembali, wajahnya penuh amarah. Kali ini, ia tampak jauh lebih serius. Ia menggeram rendah sambil memanggil aura gelap yang menutupi tubuhnya. Udara di sekitar mereka terasa semakin dingin, dan tekanan dari aura gelapnya membuat suasana menjadi semakin mencekam.

Charissa menggertakkan giginya, mencoba tetap tenang meski tubuhnya mulai terasa lelah. “Kalau begitu, aku harus serius juga.”

Ia mengepalkan kedua tangannya, memusatkan energi pada tubuhnya. Cahaya biru terang menyelimuti dirinya, mengusir sebagian aura gelap yang memancar dari Boris. Cahaya itu membuat tubuhnya tampak seperti sosok petarung legendaris.

Boris melesat maju dengan kecepatan luar biasa, tinjunya yang besar diarahkan langsung ke Charissa. Tapi gadis itu dengan cekatan menangkis pukulan itu menggunakan tangan kirinya. Tubuhnya hanya bergeser sedikit ke belakang, menandakan betapa kuatnya pertahanan fisiknya.

Charissa memanfaatkan momentum itu untuk menyerang balik. Ia menghantamkan pukulan kanan ke perut Boris, lalu melompat dan melayangkan tendangan keras ke dagunya. Serangan itu cukup untuk membuat Boris tersentak mundur beberapa langkah.

“Tidak ada yang boleh melewati aku,” kata Charissa dengan suara tegas, meski tubuhnya mulai lelah.

Namun, Goliath yang sejak tadi berdiri diam di depan pintu akhirnya melangkah maju. Suaranya dalam dan mengintimidasi saat ia berbicara. “Cukup.”

Semua anak buahnya berhenti, termasuk Boris. Mereka mundur beberapa langkah, memberikan ruang pada Goliath. Charissa menatap Goliath dengan waspada, otot-ototnya menegang.

“Kau kuat, anak muda. Tapi kekuatanmu hanya seperti percikan api kecil di hadapan badai besar,” kata Goliath sambil mengangkat tangannya. Aura gelap yang lebih padat dan mencekam mengelilingi tubuhnya.

Charissa merasa tubuhnya mulai gemetar di bawah tekanan itu. Ia menggigit bibirnya, menolak untuk menunjukkan kelemahan. “Kalau kau pikir aku akan menyerah, kau salah besar.”

Namun sebelum Goliath bisa menyerang, sebuah suara memecah keheningan. “Charissa! Vella!”

Alvaro dan Gale muncul dari bayang-bayang, dengan Gale yang langsung menarik Charissa menjauh dari garis depan. Alvaro berdiri di depan mereka, menatap Goliath dengan tatapan tajam.

“Kau sudah cukup bermain-main dengan mereka,” kata Alvaro dengan nada dingin. “Sekarang lawan seseorang yang seimbang.”

Charissa terengah-engah, tapi ia tidak berhenti tersenyum kecil saat melihat Alvaro. “Kau datang tepat waktu.”

Alvaro melirik ke arahnya sambil tersenyum tipis. “Kau sudah melakukan yang luar biasa. Sekarang giliran kami.”

1
Luna de queso🌙🧀
Dialog yang autentik memberikan kehidupan pada cerita.
Garl4doR: Baguslah kalau kamu suka :3 Trims buat apresiasinya ya :) stay tune untuk bab² selanjutnya/Grin/
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Aku terpukau dengan keindahan kata-kata yang kamu gunakan! 👏
Garl4doR: Terima kasih/Smile/ Author ini jadi semangat karena komen mu/Smirk/ Terus berkembang adalah prinsip mimin/Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!