Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Selevel
"Wah, Aku jadi penasaran deh siapa nanti yang akan kepilih sama Tuan Devano naik jabatan gantiin Bu Alena.. Eh, Nyonya maksudnya.." Di sela-sela pekerjaan mereka, Salah diantara mereka memulai obrolan ringan.
Tentu saja mereka merasa deg-deg an. Entah siapa yang akan di pilih nanti yang jelas pasti sangat bahagia..
"Berarti sekarang Nyonya Alena gak kerja lagi dong..
"Iya kali dia kerja.. Suaminya aja Ceo kaya. Pasti di larang lah..Nyonya Alena itu palingan datang ke kantor cuma buat penyemangat Tuan Devano aja sih.." Salah satu dari mereka menyahut.
"Ya, Berarti itu namanya suami sayang istri.. Gak ada gunanya punya jabatan tinggi, Seorang Ceo pula kalau istrinya masih di suruh kerja..
"Dimana-mana suami yang sayang istri itu ngelarang istrinya buat kerja.. Kayak Tuan Devano.. Siapa sih yang gak mau jadi bininya dia. Secara dia ganteng kan? Kaya pula, Baik, Perhatian banget lagi. Menerima Nyonya Alena apa adanya.. Gak pilih-pilih yang penting setia kan?
"Iya, Emang harusnya jadi suami itu kayak gitu.. Perhatiannya di lebihin buat bini..
" Iya dong.. Jangan cuma suruh kerja doang lah..Kan..
BRAAAK!
"Apaan sih!!?
Mereka terkejut karena tiba-tiba saja Dilla menggebrak meja.
"Gue tahu ya.. Kalian itu nyindir gue kan? ngaku aja lo!!" Mereka saling pandang sebelum fokus ke pekerjaan masing-masing. Pemilik meja yang Dilla gebrak tadi pun juga diam saja dan kembali fokus dengan komputer di hadapannya.
Hal tersebut jelas membuat Dilla terbakar amarah.
"Gue dari tadi ngomong sama loe ya.. Tapi loe diem aja dan bikin gue muak.." Wanita yang biasa di panggil Ami itu menghentikan pergerakannya. Kepalanya medongak menatap Dilla yang seolah terbakar emosi disana.
"Denger ya! Gue gak pernah nyindir-nyindir lo ya.. Ya kalau loe ngerasa itu bukan urusan gue. Gue cuma bicarakan Nyonya Alena yang sangat beruntung bisa dapetin Tuan Devano. Pria yang hampir setiap hari loe hina miskin itu.. Dan sekarang lihat? Bener emang kata Nyonya Alena.. Di atas langit masih ada langit.. Buktinya sekarang Nyonya Alena bisa berada di atas loe..
Ami adalah salah satu karyawan yang masih berteman baik dengan Alena. Meski keduanya tak dekat layaknya yang lainnya, Namun Ami sangat menyukai sikap Alena yang ramah dan tidak sombong itu.
"Mending sekarang loe balik ke tempat lo.. Loe harus bisa kasih nilai laporan terbaik buat Direktur nanti. Gak lupa kan kalau nanti ada pemilihan sekretaris baru.." Dilla masih menatap Ami kesal.
"Gue pastiin kalau gue yang akan duduk di kursi sekretaris itu.. Gue akan buat hidup lo menderita tahu gak.." Ami mengangkat bahunya dan masa bodo dengan Dilla itu. Terserah lah mau ngapain dia..
...****************...
Dilla pergi ke pantri untuk membuat teh agar emosinya menurun. Siapa yang menyangka kalau kalau kepergiannya ke pantri ini mempertemukan dirinya dengan Alena.
Tampaknya Alena sedang membuat satu cangkir kopi dan satu cangkir teh. Melihat itu, Dilla tersenyum lalu mendekat.
"Wah.. Ngapai sih Nyonya besar ada disini? Harusnya kan kalo Nyonya besar itu duduk manis di ruangan gak perlu kotor-kotor buat teh dan kopi.." Dilla cekikikan setelah mengatakan itu. Seolah olah ada saja yang lucu.
Dengan sikapnya yang tenang, Alena menghadap ke arah Dilla.
"Apa menurutmu membuat teh dan kopi itu adalah perbuatan kotor? "
"Ya, Iya lah.. Secara kan katanya istri Ceo kaya.. Tapi kok malah buat minuman sendiri? Ah tapi kalau di pikir-pikir lagi nih ya.. Lagian siapa yang mau loe suruh sementara loe itu cuma wanita miskin yang sama gue aja gak selevel...
"SIAPA YANG TIDAK SELEVEL!!??
Tubuh Dilla seketika membatu mendengar suara yang teriakan yang menggelegar itu. Dilla berbalik badan, Tubuhnya tegang ketika melihat sorot mata tajam Devano disana.
"Siapa yang kamu maksud gak level? Istri saya sama kamu?" Dilla jadi gelagapan. Yang sekarang berdiri di hadapannya ini bukan montir lagi tapi seorang direktur.
"Tu..Tuan saya..
"Harusnya kamu itu ngaca dong! Kamu itu cuma anak pemilik toko elektronik. Kekayaan kamu gak seberapa tapi kamu dan keluargamu sudah seperti orang paling kaya sedunia.. Dengan seenaknya menghina orang lain miskin. Apalagi yang kamu hina itu istri saya! Istri saya memang bukan orang berada tapi dia punya hati yang kaya tidak seperti kamu.. Dan sekarang lihat! Bahkan kamu yang tidak selevel dengan istri saya. Baru tadi pagi saya kasih peringatan.. Ingat! Aku bisa melakukan apapun termasuk menghancurkan toko orang tua mu itu.." Dilla diam dengan kepala menunduk. Beberapa karyawan ada disana menonton drama tadi. Sementara Alena sudah di ajak Devano keluar entah kemana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Saya akan bayar kamu tiga kali lipat asal kamu harus mendapatkan data dua puluh tiga tahun lalu itu secepatnya.." Ucap Rinjani pada seorang pria yang memakai jas dokter.
"Aku akan usahakan Rin.. Tapi semua itu butuh waktu. Data wanita bersalin dalam satu minggu saja sudah sangat menumpuk apalagi ini data yang sudah terkubur dua puluh tiga tahun lalu yang benar saja.. Dan apalagi katamu tadi? Aku juga harus mencari tahu dimana alamat perawat yang bernama Irma itu? Astagaaa..
"Aku gak mau tahu ya.. Kalu harus suruh orang buat cari data itu sampai ketemu. Kalau kamu gak mau aku akan cari orang lain saja yang lebih bisa di andalkan.. " Ancam Rinjani pada temannya itu. Ia harus secepatnya mendapatkan data tersebut. Karena Rinjani sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan kakaknya.
"Baiklah.. Aku akan usahakan kau jangan khawatir.."
"Hm, Kalau begitu aku pergi dulu.." Rinjani akhirnya pergi. Dia berjalan menuju parkiran lalu masuk ke dalam mobil yang sengaja ia sewa.
Rinjani tidak akan pulang sebelum bertemu dengan saudara kembarnya. Setelah itu Rinjani akan pulang lalu membatalkan pertunangan nya bersama Zion. Tak hanya itu saja, Masih banyak rencana-rencana yang telah ia susun.
Rinjani mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedikit kencang. Pikiran yang kemana-mana hampir saja membuat dia menabrak mobil yang mendadak berhenti di depannya.
Ciiiiitt!
BRAAAK!
Meski sudah menginjak rem. Tetap saja mobil Rinjani menabrak mobil itu. Entah parah atau tidak Rinjani belum melihatnya.
"Huuufftt! Astaga.. Lagian suruh siapa berhenti mendadak kena tabrak kan jadinya" Gerutunya tak mau salah dan tetap menyalahkan sang pemilik mobil.
Dag
Dag
Dag
Rinjani terkejut begitu seorang pria mengetuk kaca mobilnya.
"Iya iya sabar...Ih.. Gak sabaran banget sih.." Lagi dan lagi kaca mobilnya di ketuk.
"Hey! Keluar! Anda harus tanggung jawab, Anda telah membuat mobil saya rusak.." Ucap pria itu. Tak lama kaca mobil tersebut terbuka...
Deg!
"Nyo..Nyonya!.
•
•
•
TBC