"Seharusnya aku tahu, kalau sejak awal kamu hanya menganggap pernikahan ini hanya pernikahan kontrak tanpa ada rasa didalamnya. Lalu kenapa harus ada benihmu didalam rahimku?"
Indira tidak pernah mengira, bahwa pada suatu hari dia akan mendapatkan lamaran perjodohan, untuk menikah dengan pria yang bernama Juno Bastian. Indira yang memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Juno, langsung setuju menikah dengan lelaki itu. Akan tetapi, tidak dengan Juno yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap Indira. Dia mengubah pernikahan itu menjadi pernikahan kontrak dengan memaksa Indira menandatangani surat persetujuan perceraian untuk dua tahun kemudian.
Dua tahun berlalu, Indira dinyatakan positif hamil dan dia berharap dengan kehamilannya ini, akan membuat Juno urung bercerai dengannya. Namun takdir berkata lain, ketika kehadiran masa lalu Juno yang juga sedang hamil anaknya, sudah mengubah segalanya.
Apa yang akan terjadi pada rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Hamil dan Harapan
"Selamat ya bu, hasilnya positif. Saat ini ibu sedang mengandung dan usia kandungan ibu sudah menginjak 4 minggu. Ini hasil USGnya bu!" ujar seorang wanita berkacamata sambil tersenyum dan dia menyerahkan hasil pemeriksaan Indira. Wanita berhijab itu menerima hasil pemeriksaannya.
"Kandungan ibu dalam keadaan baik-baik saja. Tolong dijaga baik-baik ya Bu, pola makannya, pola istirahat dan jangan sampai stress," ucap dokter itu lagi pada Indira.
Indira tersenyum cerah, matanya mengembun seakan tak percaya ketika menatap hasil USG kehamilannya. Hasil itu menunjukkan menunjukkan titik yang masih kecil, dimana ada kehidupan didalam titik tersebut yang tengah tumbuh didalam rahimnya.
Jantungnya berdegup kencang, hatinya seperti dikerubungi banyak kupu-kupu yang bertebaran. Baginya kehamilan ini adalah anugerah dari Tuhan yang tidak pernah ia dan suaminya rencanakan sebelumnya.
"Alhamdulillah, masya Allah. Terimakasih atas kabar bahagia ini dokter," balas Indira dengan suara lembutnya. Dia mengusap sudut matanya yang berair, karena tak tahan dengan perasaan yang meledak-ledak dari dalam hatinya.
"Sama-sama Ibu. Lain kali ibu bisa mengajak suami ibu untuk mengecek kondisi kandungan ibu, pada bulan berikutnya," ucap dokter itu sambil tersenyum pada Indira. Namun, senyuman Indira langsung terbenam, tepat setelah dokter mengatakan tentang suaminya.
Indira langsung terdiam, wajahnya pucat sembari memandangi hasil pemeriksaannya. Tiba-tiba saja terbayang wajah sang suami yang selalu terlihat datar padanya. Kata-kata kasar lelaki itu juga masih terngiang di kepalanya.
~Jangan lakukan apapun. Apalagi melakukan tugasmu sebagai istri. Kau bukan istriku yang sebenarnya, kau hanya istri kontrak~
~Menyingkir dariku Indira! Jangan sentuh aku lagi, aku jijik sudah tidur dengan wanita kampung sepertimu~
~Cih! Dasar wanita kampung. Mau pakai baju apapun, semahal apapun, kalau kampungan ya kampungan saja~
Dalam hati, dalam pikiran Indira. Dia bertanya-tanya, bagaimana reaksi suaminya ketika mengetahui dirinya hamil karena kejadian pada malam yang tidak disengaja itu? Sedangkan mereka akan segera bercerai, sesuai dengan waktu didalam surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Indira dan suaminya, Juno.
Mungkin hanya Juno yang menganggap pernikahan ini adalah hitam diatas putih, tapi tidak dengan Indira. Karena dia mencintai suaminya, bahkan sejak pertemuan pertama mereka.
Sejak Indira dan Juno tidur bersama tanpa disengaja, dimalam Juno mabuk. Sejak saat itu, mereka tidak saling bicara satu sama lain, sampai saat ini. Juno semakin membenci Indira sejak saat ini, dia beranggapan kalau Indira yang memanfaatkan situasi supaya mereka melakukan hubungan intim.
'Ya Allah, apa hati Mas Juno akan luluh saat dia tahu kalau aku sedang hamil?' pikirnya dalam hati dengan harapan yang baik.
'Ya, apapun yang dia katakan nanti dan bagaimana reaksinya. Bukankah aku harus memberitahunya lebih dulu. Siapa tahu anak ini akan menjadi harapan dan jembatan agar rumah tangga kami tetap bertahan?'
Indira selalu berharap agar rumah tangganya dan Juno selalu langgeng, walaupun dia kerap kali mendapatkan perlakuan tidak baik dari suaminya itu. Namun, semua itu tidak menghilangkan cinta yang ada dihati Indira untuk Juno.
Setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan tentang kondisi kandungannya. Indira mengambil ponselnya yang ada di dalam tas selempang miliknya. Dia menekan nomor telepon suaminya yang bertuliskan nama 'Mas Juno' dengan emot love dibelakangnya.
Nada tersambung terdengar di ponsel Indira, yang menandakan bahwa ponsel suaminya aktif. Hanya saja belum ada jawaban dari Juno.
Beberapa menit kemudian, setelah panggilan berkali-kali dari Indira. Akhirnya terdengar suara dari operator yang membuat hati Indira terhenyak.
~Maaf, nomor yang anda hubungi sedang sibuk. Mohon coba beberapa saat lagi~
Setelah mendengar suara sang operator, Indira menyerah dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas selempang miliknya itu.
"Apa Mas Juno masih ada dikantor ya? Tapi, ini kan sudah sore? Seharusnya dia sudah pulang sih. Atau dia lembur?" gumam Indira sambil memikirkan suaminya yang tidak mengangkat telponnya. Dia mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan oleh suaminya saat ini.
Indira pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan mengendarai angkutan umum. Walaupun Indira adalah istri dari CEO sebuah perusahaan besar, tapi sikap dan penampilannya tidak mencirikan demikian. Dia tetap sederhana dan tidak banyak orang yang tahu tentang pernikahannya dan Juno ini. Juno juga seperti enggan mengakui Indira sebagai istrinya. Padahal mereka sudah menikah sah secara agama dan hukum negara.
Tidak adanya cinta dihati Juno untuk Indira, itulah yang membuat Juno tidak bisa dekat dengan Indira. Apalagi menjalani kehidupan pernikahan seperti pada umumnya. Akan tetapi, Indira tetap berusaha bertahan dan meluluhkan hati suaminya yang dingin itu. Menganggapnya seolah dia adalah hama.
****
Beberapa menit kemudian, Indira sampai dirumah yang dia tinggali bersama Juno selama dua tahun ini. Mereka hanya tinggal berdua saja disana, rumahnya juga tidak terlalu mewah dan hanya memiliki satu lantai saja.
Langit sudah mulai terbenam, menandakan bahwa hari akan segera gelap. Mentari akan segera tergantikan oleh bulan dan bintang.
"Sepertinya Mas Juno sudah pulang," ucap Indira dengan senyuman dibibirnya, manakala dia melihat mobil sang suami sudah terparkir dihalaman samping rumah, didepan garasi.
Dengan langkah yang lebar dan hati yang semangat, Indira tidak sabar untuk segera masuk ke dalam rumah dan memberitahukan kabar kehamilannya ini pada Juno.
"Kenapa pintunya terbuka? Mas Juno gimana sih? Kuncinya sampe ngegantung kayak gini. Gimana kalau ada maling masuk, ckckck."
Indira berdecak, ketika dia melihat kunci rumah yang masih menggantung dipintu dan pintu yang terbuka. Bukan apa-apa, Indira takut ada maling yang masuk ke rumah, karena lingkungan tempat tinggal mereka ini sepi dan rawan menjadi sasaran empuk maling.
Wanita berhijab putih itu pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, setelah selesai mengunci puntu. Ketika dia sedang melangkah menuju ke kamar, atensi Indira tertuju pada sebelah sepatu heels perempuan berwarna merah yang tidak dia kenali tergeletak di atas lantai.
"Sepatu siapa ini?"
Jantung Indira berdegup kencang, saat melihat sepatu heels itu. Pikirannya mulai negatif, apalagi saat dia melihat dress wanita berwarna merah yang teronggok dilantai.
Buru-buru Indira melangkah menuju ke arah kamar suaminya. Namun disaat dia akan membuka lebar pintu kamar yang sedikit terbuka itu, tiba-tiba saja suara yang menyakitkan hatinya terdengar dari sana. Langkahnya pun terhenti di sana.
"Juno....aku sampai! Aaargghhhh..."
Seketika kedua mata Indira terbelalak, mulutnya menganga saat dia melihat seorang wanita tanpa busana sedang bercumbu dengan suaminya diatas ranjang berukuran king size itu.
Setelah Juno dan wanita itu mencapai nirwana bersama-sama, Juno pun berbaring disamping wanita itu. Mereka terlihat bahagia setelah melakukannya, sedangkan Indira diluar sana...dia membeku dan jantungnya seakan tercabut dari raganya saat melihat perbuatan suaminya dan wanita lain.
"Aku mencintaimu Juno." Wanita itu mengucapkan kata cinta untuk suaminya dan mengecup pipi Juno dengan lembut. Juno balas mencium bibir wanita itu.
"Aku juga mencintaimu Sheila."
Kedua mata Indira mengembun, tanpa sadar dia menjatuhkan air matanya. Sakit sekali hatinya mendengar suaminya mengucapakan kata cinta pada wanita lain. Tapi lebih sakit, saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, suaminya tengah bercinta dengan wanita bernama Sheila.
"Sayang, apa bayi kita baik-baik saja? Kegiatan kita barusan tidak melukainya?" tanya Juno sambil mengusap perut Sheila yang masih datar itu.
"Dia baik-baik saja. Sepertinya dia senang dijenguk oleh ayahnya," jawab Sheila dengan senyuman manis dibibirnya yang selalu menggoda Juno.
Deg!
Hati Indira hancur mendengar perkataan suaminya dan wanita itu. Air matanya jatuh tak tertahankan, dia hancur sehancur-hancurnya.
Benarkah apa yang dia dengar ini?
BRAK!
****
penyesalan mu lagi otw juno