Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Perbincangan Qing Ruo dengan Luo Xing.
" Luo Ruo, maaf atas ketidaknyamanannya. Karena ini bersifat rahasia, maka kami harus memastikan keamanannya," ucap Kongqi Chu Baoyang Ran menjelaskan, membuat Qing Ruo terlihat semakin penasaran.
" Saudara Luo Xing, silakan...." ucap Baoyang Ran, menatap Luo Xing yang terus memperhatikan Qing Ruo dengan seksama.
" Luo Ruo, apakah benar itu namamu?" tanya Luo Xing dengan serius.
" Benar jenderal..."
" Apakah itu berarti kamu berasal dari klan Shen Shandian Luo?" tanya Baoyang Ran.
" Benar Jenderal..." jawab Qing Ruo.
" Ini aneh, apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan...." Qing Ruo membatin, berusaha tetap tenang.
" Apakah kamu punya bukti?" tanya Luo Xing.
Qing Ruo menggelengkan kepala.
" Aku telah kehilangan identitasku cukup lama," jawab Qing Ruo berpura-pura dengan tatapan menerawang.
" Apa yang terjadi? bagaimana bisa kamu menghilangkan sesuatu yang sangat penting..." ucap Luo Xing dengan nada dingin.
" Delapan ratus tahun yang lalu," ucap Qing Ruo pelan.
" Ada apa dengan delapan ratus tahun yang lalu?" tanya Luo Xing dengan wajah penasaran.
" Jenderal, setelah kejatuhan trah pertama, Anda pasti tahu krisis yang sedang terjadi saat itu. Dengan kultivasi tingkat Dewa Bumi, aku yang begitu naif, meninggalkan daratan ilahi, lalu secara tidak sengaja terjatuh ke dalam dunia neraka kuno. Di Dunia Neraka Kuno, aku kehilangan semua yang ku miliki, bahkan aku hampir mati saat itu. Setelah bertahan dan berjuang dengan susah payah, akhirnya aku berhasil meninggalkan Dunia Neraka Kuno," ucap Qing Ruo mendesah panjang, membuat ketiga sosok yang ada di hadapannya terdiam.
" Lalu selama ini kemana saja dirimu?" tanya Kongqi Chu.
" Selama ini aku terkurung di dalam Benua Teratai Biru. Bertualang ke berbagai tempat di dunia itu untuk menjadi kuat agar dapat kembali ke daratan Ilahi. Aku yang sudah tidak betah di dalam dunia yang tertutup dan miskin sumber daya itu, memaksakan diri keluar dari gerbang teleportasi hitam. Saat itu aku yang sudah kehabisan tenaga, bergerak mendekati tempat untuk beristirahat, lalu tanpa sengaja melihat pasukan iblis yang bergerak menuju Benua Teratai hitam."
" Kami mengerti," ucap Baoyang Ran.
" Maksud Jenderal?" tanya Qing Ruo.
" Jujur saja, kami bertiga telah memperhatikan pergerakanmu selama dalam pertempuran. Walaupun kami dapat merasakan darah dewa dalam tubuhmu, tetapi kami tidak menemukan aura spiritual dari daratan ilahi..." ucap Luo Xing menjelaskan, membuat Qing Ruo terdiam.
" Untung saja aku tidak menggunakan lencana prajurit Klan Luo yang Heian Bai berikan sebelumnnya..." Qing Ruo membatin.
" Jenderal..." ucap Qing Ruo ragu.
" Bicaralah," ucap Baoyang Ran.
" Jenderal, jujur aku ingin kembali ke daratan ilahi, apakah aku..." Qing Ruo tiba-tiba menghentikan kata-katanya saat Kongqi Chu memberi tanda dengan mengangkat tangannya.
" Gerbang Pilar langit telah ditutup, apalagi bagi mereka yang telah dengan sengaja pergi..." ucap Kongqi Chu cepat.
" Benar, apalagi aku secara pribadi masih ragu dengan identitasmu..." Baoyang menimpal, membuat Qing Ruo terdiam.
" Jika tahu begini, lebih baik aku tidak ikut terlibat dalam pertempuran..." ucap Qing Ruo pelan, membuat tempat itu tiba-tiba menjadi hening.
" Luo Ruo, apakah kamu dapat menunjukan kekuatan darahmu," ucap Luo Xing pelan.
Qing Ruo mengangguk tenang, lalu menunjukan kekuatan darah emasnya, yang langsung membuat Luo Xing begitu tercengang. Bahkan membuat Baoyang Tian dan Kongqi Chu ikut berdiri dari kursinya.
" Ini...! Darah emas trah pertama yang sangat kuat dan murni..." ucap Luo Xing membantin, menatap Qing Ruo dengan lekat.
" Sangat mengintimidasi..." Baoyang Tian dan Kongqi Chu ikut membatin, dengan raut wajah tidak suka.
" Mohon saudara Baoyang Tian dan saudara Kongqi Chu memberi waktu pada kami berdua," ucap Luo Xing dengan hormat.
" Baik," jawab mereka berdua lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Qing Ruo dan Luo Xing.
Setelah memastikan Baoyang Tian dan Kongqi Chu benar-benar pergi. Luo Xing lalu kembali menyegel tempat itu dan menguncinya.
" Tuan muda..." ucap Luo Xing berlutut dengan hormat.
" Jenderal, apa yang Anda lakukan..." ucap Qing Ruo sambil meminta Luo Xing berdiri pada kursinya.
" Tuan Muda, jujur aku tidak tahu identitas Anda, tetapi kekuatan darah emas yang Anda miliki adalah darah emas penguasa. Walaupun hamba juga dari trah pertama, tetapi hamba hanyalah dari keluarga cabang..." Luo Xing menjelaskan, membuat Qing Ruo terdiam.
" Jenderal, aku saja bahkan tidak mengetahui hal itu...." ucap Qing Ruo berpura-pura.
" Tuan muda, kekacauan ribuan tahun yang lalu telah mengubah segalanya. Namun bukan berarti aturan leluhur itu hilang begitu saja. Masih banyak para Shen Shandian Luo lainnya yang tetap setia memegang aturan itu...." Menatap Qing Ruo dengan hormat.
" Syukurlah, itu berarti trah pertama masih ada. Jenderal, tujuan utama ku saat ini adalah kembali ke daratan Ilahi, apakah Anda bisa mengusahakannya..." dengan wajah serius.
Luo Xing terdiam, menatap Qing Ruo dengan sedih.
" Tuan muda, walaupun statusku sebagai Jenderal utama, tapi aku juga tidak meiliki hak untuk hal itu. Larangan yang telah dikeluarkan oleh Baoyang Ran tujuh ratus tahun yang lalu, adalah aturan mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. Terlebih lagi dengan adanya pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa anggota klan utama, yang dengan sengaja meninggalkan daratan ilahi untuk mencari pecahan cincin giok penguasa Agung Benua Teratai Biru, benar-benar membuat kaisar Baoyang Tian tidak memberikan toleransi pada siapapun."
Qing Ruo terdiam sesaat, lalu menatap Luo Xing dengan lekat.
" Jenderal Luo Xing, sebagai orang-orang dari trah pertama, apa yang menjadi kerinduanmu saat ini?" tanya Qing Ruo dengan serius.
" Membangun Klan utama dan membalas kematian penguasa Agung Luo Feng..." ucapnya dengan kebencian yang membara.
" Bagaiamana jika penguasa Agung Luo Feng masih hidup, apa yang akan kamu lakukan?"
" Apa! Tuan muda maksud Anda..." menatap Qing Ruo dengan penuh semangat.
" Jenderal, jika seandainya penguasa Agung masih hidup, apa yang akan anda lakukan?"
" Tuan muda, Aku adalah pelayannya, tentu saja aku akan melakukan apa pun untuknya, bahkan nyawaku. Sama halnya saat ini aku akan melayani Anda..." dengan wajah serius.
" Alasannya?"
" Tuan muda, kejatuhan penguasa Agung Luo Feng akhirnya menyadarkan para Shen Shandian Luo trah pertama, mereka yang terbiasa hidup dengan tenang dan nyaman kini merasakan kepahitan setelah terlempar dari zona nyaman itu." dengan wajah sedih.
Qing Ruo menghembuskan nafas panjang.
" Tidak ada kata terlambat bagi mereka yang berusaha. Kata terlambat itu hanya untuk mereka yang berangan-angan tanpa melakukan. Luo Xing, aku akan kembali ke daratan ilahi, dan memenggal kepala Luo Liang dan trah kedua yang tidak tahu diri itu..." dengan geram.
" Tapi tuan, bagaimana caranya? Aku bahkan tidak bisa membawa Anda..."
" Luo Xing, kirim salah satu prajurit trah pertama ke perbatasan samudera kehampaan. Kirim yang benar-benar setia..." ucap Qing Ruo dengan serius.
" Baik penguasa, tapi apa rencana Anda?"
" Teknik Perubahan Bintang," ucap Qing Ruo pelan.
" Baik tuan Muda, tapi..." menatap dan penuh semangat dan ragu.
" Tenanglah, aku memiliki cara untuk membawanya pergi bersamaku ke daratan ilahi..."
" Baik tuan muda, tapi bagaimana cara mengirimkannya..." dengan wajah ragu.
" Lalukan secara terang-terangan, aku sudah memikirkan caranya, dan itu lebih baik...."
" Baik Tuan Muda..." dengan penuh semangat.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, Qing Ruo lalu meninggalkan tempat itu.