Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 (Menyingkirkan Masa Lalu)
Setelah menutup pintu rumah, Marco dan Silva jalan menuju ke ruang makan, dimana Zea sudah menunggu Marco untuk sarapan.
"Pantesan aja lama baru masuk, ternyata lagi nungguin sang kekasih" kata Zea, menyambut dua sejoli itu berjalan beriringan.
"En-gak kok, aku bukan nungguin Silva, aku aja gak tahu kalau dia mau datang sepagi ini kesini" kata Marco yang seketika merasa sedikit gugup.
"Iya, Ze, aku memang dadakan kok datangnya, gak ngabarin Marco sebelumnya" Silva menimpali.
"Hahahaha..... Aku bercanda kali" Zea pun tertawa lepas. Berhasil menggoda dua sejoli itu dan seketika membuat mereka gugup.
"Udah, yuk, sarapan bareng aku sini" Zea mengajak keduanya untuk segera bergabung dan sarapan bersamanya. Marco dan Silva duduk di depan Zea, lalu menyantap makanan yang sudah tersaji diatas meja sejak tadi.
"Oh iya, Ze, kamu sore nanti tanding yah?" Tanya Silva saat tengah menyantap makanan dihadapannya.
"Iya, kamu datang yah, sekalian jadi supporter gitu" kata Zea penuh harap.
"Pastinya dong, Ze, aku pasti datang, aku ajak dia sahabat aku juga, biar rame" kata Silva dengan antusias. Saat sedang makan, Marco melihat makanan yang sedikit belepotan di pinggir bibir Silva. Marco secara refleks, membersihkan pinggir bibir Silva dengan sehelai tisu. Adegan romantis seketika tercipta begitu saja. Silva yang senang dengan perlakuan manis Marco padanya, hanya membalas dengan senyuman.
"Jadi iri aku, liat kalian kayak gini" kata Zea sambil mengedipkan kedua matanya berkali-kali.
"Emang pacar kamu mana?" Tanya Silva.
"Ada kok, cuma dia lagi sibuk aja, ini aja aku minta dia datang buat nonton aku tanding, dia gak bisa soalnya ada urusan keluarga katanya, padahal aku pengen banget dia liat aku tanding gitu" jawab Zea dengan wajah cemberut.
"Ya udah, yang penting kan dia semangatin kamu, walaupun dari jauh kan" kata Silva. Zea menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Silva. Mereka bertiga pun melanjutkan sarapannya, lalu setelah itu mereka bertiga bersantai di ruang tengah sambil menonton TV.
......
Disebuah ruangan yang remang-remang, terbaring seorang wanita yang masih belum sadarkan diri sejak sejam yang lalu. Disamping tempat tidur dimana wanita itu terbaring, tersedia sepiring nasi beserta lauknya dan juga segelas air putih sudah tersaji diatas meja.
Beberapa menit berselang, wanita itu pun perlahan bangun. Membuka matanya dan mencoba menyesuaikan pandangannya dengan ruangan yang pencahayaannya cukup minim itu.
"Ssshh... Kok aku bisa disini, perasaan tadi aku sedang belanja ke pasar dan tahu-tahu sudah ada ditempat yang asing kayak gini" kata wanita itu, sambil meringis dan memegangi kepalanya yang pusing.
"Ini dimana sih! Mana lampunya remang-remang gini lagi" wanita itu terlihat kebingungan.
Sementara ditempat yang tidak jauh dari tempat si wanita itu, seorang pria berjas abu-abu itu tengah berbincang dengan seseorang yang mengenakan kemeja berwarna merah. Dia adalah Aldo
"Jadi, dimana dia sekarang?" Tanya Aldo.
"Di kamar kosong itu, sesuai dengan perintah anda, tuan" jawabnya. Aldo hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari bawahannya itu. Lalu setelah itu, bangkit dari duduknya dan beranjak keluar dari ruangannya menuju ke sebuah ruangan dimana wanita itu berada. Diikuti oleh bawahannya dari belakang.
Dari dalam ruangan, wanita yang baru saja terbangun, mendengar suara langkah kaki mendekat ke tempat dia berada sekarang.
Wanita itu menantikan seseorang membuka pintu ruangan itu, agar dirinya bisa segera keluar dari ruangan tersebut. Wanita itu melangkah dengan pasti mendekati pintu.
Namun, saat pintu sudah terbuka, wanita itu menghentikan langkahnya dan terkejut melihat seorang pria yang ada dihadapannya.
"Ka... Kamu!" Kata wanita itu dengan perasaan gugup.
"Apa kabar, Mila? Sudah lama sekali kita tidak bertemu" Aldo menyapanya, namun menatap wanita dihadapannya itu dengan tatapan yang cukup tajam.
"Apa ini ulahmu? Apa maksudnya kamu menyekapku di tempat ini? Apa salahku?" Wanita yang bernama Mila itu bertanya-tanya pada Aldo. Dia merasa tidak pernah mencari masalah dengan Aldo sejak mereka resmi bercerai. Bahkan tidak ada komunikasi sama sekali diantara dirinya dan mantan suaminya itu.
"Aldo, aku tidak pernah mau berurusan lagi dengan kamu, maka dari itu, aku tidak pernah mau memiliki masalah dengan kamu, memang aku sakit hati setelah kamu tinggalkan aku begitu saja, tapi, aku gak pernah membesar-besarkan masalah itu, lantas, kenapa sekarang kamu malah sekap aku disini" lanjut Mila panjang lebar.
"Aku melakukan ini karena kamu juga" jawab Aldo dingin.
"Karena aku? Apa maksud kamu, Aldo? Kumohon, jangan bertele-tele" Mila memelas.
"Ini salah kamu, karena telah menyia-nyiakan anak kita, Marco, kamu bahkan meninggalkan dia dengan hutang-hutang kamu yang tidak sedikit, untung saja aku sanggup melunasinya" terang Aldo dengan tatapan dingin.
"Tapi, kamu jangan besar kepala, aku lakukan itu demi anakku, agar tidak dikejar-kejar oleh penagih hutang itu" lanjut Aldo.
Mila benar-benar terkejut, mendengar bahwa Aldo tahu apa yang dia lakukan selama mereka resmi bercerai dengan dirinya yang mendapatkan hak asuh Marco yang kala itu berusia 10 tahun. Aldo menerima putusan dari pengadilan dan memberi ultimatum pada Mila, agar merawat satu-satunya anak dari hasil pernikahan mereka. Namun, jika Aldo tahu atau mendengar kalau Mila tidak merawatnya dengan baik, bahkan menyia-nyiakannya, maks Aldo akan mengambil Marco dari Mila dan akan memberikan yang terbaik untuk masa depan Marco.
"Aldo, aku mohon maafkan aku, karena kesalahanku yang tiba-tiba kabur dari penagih hutang itu, karena aku udah gak sanggup bayar dan menyebabkan Marco yang harus menanggungnya" Mila memohon pada Aldo.
"Kamu itu tiap bulannya aku kasi uang buat kebutuhan kamu dan Marco serta buat biaya sekolah Marco, tapi, kenapa kamu malah berbuat seperti ini! Aku kecewa sama kamu. Andaikan akan seperti ini jadinya, Marco biar ikut sama aku aja waktu itu" Aldo menatap mantan istrinya itu dengan tatapan kebencian.
Aldo bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk putra satu-satunya, sekaligus calon penerus perusahaan miliknya itu. Sementara Mila, Aldo memerintahkan bawahannya untuk membawa Mila sejauh mungkin dan tidak akan bisa lagi menemui Marco, disaat Marco nanti sudah meraih kesuksesan.
4 orang bawahan Aldo membawa Mila dalam keadaan kedua tangannya terikat dan matanya ditutup, agar Mila tidak bisa tahu, dimana bawahan Aldo itu membawanya.
"Tolong katakan, kemana kalian akan membawaku" pinta Mila.
"Maaf, kami tidak bisa memberitahu anda, karena ini semua perintah dari tuan Aldo, anda cukup diam saja sampai kota berada di tujuan" kata salah satu bawahan Aldo.
Mila hanya bisa berharap, para bawahan Aldo itu tidak membawanya ke tempat yang terpencil, agar kelak dirinya bisa menemui Marco kembali dan memintanya untuk memaafkannya. Karena Mila yakin, Marco akan memaafkannya sekalipun Mila telah meninggalkannya dengan hutang.
Sekitar 2 jam kemudian, mobil yang dikendarai oleh salah satu bawahan Aldo itu pun berhenti. Menandakan bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Sebelum menurunkan Mila, salah satu bawahan Aldo menelpon Aldo, untuk instruksi berikutnya.
"Halo, tuan, kami sudah sampai di tempat yang anda maksud, lalu apa perintah anda selanjutnya" katanya.
"Dari situ, kamu sama si Mila itu, berjalan kearah utara, sekitar seratus meter dari situ, ada sebuah gubuk tua yang terbengkalai, kamu bawa Mila masuk ke gubuk itu, setelah itu, tinggalkan dia disitu" Aldo memberikan instruksi.
"Pastikan dia tidak mengikuti kalian, karena aku tidak mau melihat wajahnya lagi, aku ingin dia jauh-jauh dari hidup Marco" Aldo menambahkan.
"Baik, tuan, akan saya jalankan sesuai dengan perintah anda" bawahannya itupun mengakhiri panggilan dengan Aldo.
"Akhirnya aku gak akan pernah melihat Mila lagi, dengan begitu, Marco akan tenang tanpa khawatir akan mengganggunya lagi" Aldo pun bernafas lega saat ini.
Namun, tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Karena Aldo sangat mengenal sosok Mila seperti apa. Tidak menutup kemungkinan bahwa Mila akan menemui Marco kembali. Tapi, tentu saja, saat itu terjadi, Aldo akan memastikan kalau Mila tidak akan bisa lagi menemui Marco dan menghalanginya dengan segala cara.