Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Dua bulan kemudian.
Dua bulan berlalu sejak malam penuh badai itu, malam ketika kebenaran akhirnya terbuka dan kedamaian mulai tumbuh di rumah keluarga Prasetya.
Kini, segala luka perlahan sembuh. Rumah sakit tempat Kinara bekerja telah kembali normal, reputasinya bahkan semakin bersinar setelah berhasil memulihkan kondisi Tuan Besar. Arvino pun terlihat lebih tenang, wajah kerasnya kini sering dihiasi senyum kecil setiap kali nama Kinara disebut.
Pagi itu, di lantai atas gedung Prasetya Group, Arvino duduk di ruang kantornya dengan pemandangan langit Jakarta yang berwarna biru muda. Ia menatap jam tangannya, lalu menoleh pada Zaki yang berdiri tak jauh dari sana sambil membawa buket bunga besar.
“Semuanya sudah siap, Zaki?”
Zaki mengangguk cepat.
“Sudah, Tuan. Sesuai perintah Anda ... 99 tangkai mawar merah, semuanya segar dan baru dikirim langsung dari kebun bunga di Bandung.”
Arvino tersenyum kecil. “Bagus, sekarang kau jemput Kinara di rumah sakit. Bawa Ethan juga. Katakan saja aku ingin makan siang bersama mereka di perusahaan.”
Zaki menahan senyum. “Baik, Tuan. Tapi, kalau boleh tahu … kejutan seperti apa yang Anda siapkan kali ini?”
Arvino hanya menatapnya dengan mata yang penuh rahasia. “Kau tahu kan, Zaki, seorang pria tidak akan memberitahu semua rencananya bahkan pada orang kepercayaannya.”
Zaki terkekeh pelan. “Baik, Tuan. Saya mengerti. Tapi sepertinya Nyonya Kinara akan sangat bahagia hari ini.”
Arvino berdiri, merapikan jasnya, lalu menatap pantulan dirinya di kaca jendela besar. “Itu tujuannya. Aku ingin dia tahu ... dia bukan lagi orang luar di keluarga ini. Dia istriku dan ibu dari anakku. Aku ingin seluruh dunia tahu itu.”
Zaki mengangguk hormat, lalu keluar membawa buket mawar yang begitu besar hingga menutupi sebagian tubuhnya.
Sementara itu, di rumah sakit, Kinara baru saja keluar dari ruang perawatan Tuan Besar. Wajahnya tampak lelah namun cerah, Tuan Besar kini sudah bisa berjalan pelan dengan bantuan tongkat, bahkan sempat bercanda tadi pagi tentang ingin makan kue buatan Kinara sendiri.
Saat ia berjalan menuju parkiran, seorang anak kecil tiba-tiba berlari ke arahnya.
“Mommy!” seru Ethan dengan tawa riang, langsung memeluk kaki ibunya.
Kinara membungkuk, mencium pipinya. “Ethan? Kamu kok di sini? Bukannya masih di rumah sama Oma?”
Sebelum bocah itu menjawab, Zaki muncul dari balik mobil sedan hitam. “Selamat siang, Nyonya Kinara.”
Kinara menatapnya heran. “Pak Zaki? Ada apa?”
Zaki tersenyum, lalu membuka pintu belakang mobil. Dari dalam, aroma mawar langsung menyeruak. Di kursi belakang, tersusun 99 tangkai bunga mawar merah yang begitu indah lembut, segar, dan wangi.
Kinara terpaku. “Ini ... apa semua ini?”
Zaki menunduk sedikit. “Pesan dari Tuan Arvino. Beliau meminta saya menjemput Anda dan Tuan muda Ethan. Katanya, siang ini ada makan siang spesial di kantor. Dan... kejutan kecil yang harus Anda lihat sendiri.”
Kinara masih berdiri di tempat, menatap bunga-bunga itu dengan senyum tak percaya. Ethan memegang tangannya, matanya berbinar.
“Mommy, Daddy mau kasih kejutan, ya? Kayak di film!”
Kinara tertawa kecil, mengusap kepala anaknya. “Mungkin, Sayang.”
Ia menatap bunga-bunga itu lagi dan entah kenapa, dadanya terasa hangat, seperti ada sesuatu yang akan berubah besar dalam hidupnya.
Zaki membukakan pintu depan. “Mari, Nyonya. Tuan Arvino sudah menunggu.”
Kinara dan Ethan pun masuk ke dalam mobil. Dan sepanjang perjalanan menuju perusahaan Prasetya Group, aroma mawar merah memenuhi kabin, seakan mengiringi langkah menuju sesuatu yang lebih dari sekadar kejutan.
Ruang kerja Arvino siang itu diterangi cahaya matahari yang menembus kaca tinggi menjulang. Lantai berlapis marmer berkilau, dan pemandangan kota Jakarta yang sibuk terpampang luas di depan matanya. Mobil-mobil melintas seperti semut di bawah sana. Ia berdiri tenang di depan dinding kaca itu, tangannya disilangkan di dada, bibirnya tersenyum kecil sambil menunggu kedatangan dua orang yang paling ia rindukan, Kinara dan Ethan. Dentuman pintu terdengar pelan di belakangnya. Arvino segera berbalik, wajahnya langsung berubah cerah.
“Sayang, kamu sudah tiba...”
Namun, kata-katanya terhenti. Yang berdiri di depan pintu bukan Kinara. Seorang wanita lain melangkah masuk dengan langkah ringan, mengenakan dress bunga-bunga berwarna pastel yang membalut tubuh tinggi semampainya. Rambut panjangnya tergerai indah, kacamata hitam bertengger di atas kepala, dan bibirnya melengkung penuh percaya diri.
“Arvino!” serunya ceria, dan sebelum Arvino sempat bereaksi, wanita itu berlari ke arahnya dan langsung memeluknya erat.
Tubuh Arvino menegang. Ia terkejut, matanya membulat, tangan kirinya masih terangkat setengah.
“Tunggu ... Rhea...”
Namun suara langkah kecil di luar ruangan memotong semuanya.
“Daddy!!!”
Suara riang Ethan menggema dari luar, diikuti suara langkah kecilnya yang berlari menuju pintu ruang kerja. Kinara yang berjalan di belakangnya membawa buket bunga mawar merah yang tadi mereka bawa dari mobil. Wajahnya tersenyum hangat, bahunya sedikit lelah tapi matanya berkilau penuh cinta setidaknya sampai pintu itu terbuka.
Pintu ruangan terdorong. Ethan langsung memekik senang.
“Daddy!”
Namun langkah kecilnya mendadak terhenti. Mata mungil itu menatap ke depan ke arah ayahnya yang sedang dipeluk erat oleh seorang wanita asing. Kinara berdiri kaku di ambang pintu. Napasnya tercekat. Buket bunga yang ia bawa terlepas begitu saja dari tangannya, kelopak-kelopak mawar merah beterbangan di lantai, jatuh di antara sepatu mereka.
Keheningan itu begitu tebal. Hanya terdengar suara detik jam di dinding, dan napas tercekat dari Ethan yang menatap dengan bingung.
“Mommy...” bisik bocah itu pelan, suaranya bergetar. “Kenapa Daddy dipeluk orang lain?”
Arvino tersentak sadar, dia segera mendorong pelan wanita itu menjauh, matanya melebar panik.
“Kinara! Ini bukan seperti yang kamu pikir...”
Tapi Kinara sudah berbalik. Ia tidak mengatakan apa-apa. Tidak juga menatapnya. Ia hanya menunduk, menarik tangan Ethan yang masih berdiri kaku.
“Ayo, Ethan.”
“Tapi Mommy...”
“Kita pulang.”
Suaranya datar, tapi ada getaran yang tidak bisa disembunyikan. Zaki yang berdiri di ujung koridor segera menoleh dengan kaget saat melihat keduanya keluar tergesa. Ia melihat Arvino yang masih berdiri di dalam ruangan, wajahnya tegang dan pucat, sementara wanita asing itu berdiri di dekatnya dengan senyum samar di bibir, seolah menikmati kekacauan yang baru saja ia timbulkan.
"Nona Rhea Anggraini? Dia kembali?" gumam Zaki pelan.
selamat berbahagia keluarga besar Prasetya.
terima kasih untuk ceritanya thor😍
dm lanjut baca mahar 1 m sm jodoh 5 langkah
semangat othor dan sehat selalu untuk othor dan keluarga
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
ayo Thor lanjut baik n penasaran kasihan Kailla ya bingung jadinya....kasihan 😭