Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Saat sang bapak mengatakan bahwa telah datang dari rumah Arga pikirannya langsung melayang pada mantan istrinya Amira. saking penasarannya Reza ingin segera bertanya apa yang di lakukan bapaknya di sana. Dirinya sampai tidak memperhatikan jalan di depannya yang terdapat undakan, sampai pada dirinya yang saat itu sedang memanggul pupuk langsung terjungkal.
DUGH...
BRAK...
"Aadduuuh" pekiknya. Sungguh sial!! Sudah jatuh tertimpa pupuk pula!.
Genata hanya melongo. kenapa pula satu orang ini!.
"Tidak nampak kah kamu mas kalau di depanmu itu ada undakan!" bukannya merasa kasihan. Dirinya malah mencecar suaminya.
Genata sangat tahu, sang suami pasti sampai tersandung karena mendengar ucapan bapak mertuanya. Pasti, suaminya yang sekarang itu, sedang sangat kepo dengan kehidupan Amira. pasti saat mertuanya menyebut nama Arga pikiran suaminya sudah berkelana ke sana.
"Kamu juga jadi istri tidak becus! Suami jatuh bukannya di tolong malah diam saja!" kesal Reza
bapak Hardi hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kamarnya. Dirinya tidak menghiraukan anaknya yang terjatuh itu.
Reza yang melihat sang bapak tidak menghiraukannya hanya berdecak lidah. Menyebalkan!.
melirik istrinya yang malah fokus menonton televisi membuat Reza rasanya ingin menghancurkan televisi itu.
Reza bangkit sendiri dan kembali memanggul pupuk tadi untuk di bawanya ke gudang penyimpanan.
Keluar dari gudang Reza berjalan sambil memegangi pinggangnya yang terasa pegal akibat jatuh tadi.
"Kamu kenapa?"
"Habis jatuh bu!" membuat ekspresi se menyedihkan mungkin.
"Ohh..." Reza mendelik dengan jawaban ibunya. Apakah di rumah ini sudah tidak ada lagi yang peduli kepadanya?.
"Buu! Aku sedang jatuh loh, sakit pinggangku tahu!!" ibu Sulastri menghela nafasnya
"Lalu ibu harus bagaimana? Kamu bukan anak kecil lagi kan yang harus ibu gendong! Lagian juga kamu kan sudah beristri, tinggal suruh istri kamu itu memijat pinggangmu!"
Pusing sudah kepala Reza dengan semua orang di rumahnya ini. Genata saja acuh padanya,
Huuuh...Malang betul nasibnya!.
.
.
***
Arga dan istrinya sudah bersiap untuk tidur. Amira sengaja tidur membelakangi suaminya, dirinya sedikit kesal. karena setelah acara makan berdua di dalam kamar tadi Arga memperingatinya supaya jangan terlalu kasar kepada Khaira. Sebab, tidak enak kalau sampai Rendra mendengarnya.
Amira yang memang masih dalam mode senggol bacok! tidak menjawab suaminya. Melainkan langsung membersihkan piring kotor dan tidak menemui suaminya lagi. Dan sekarang dirinya baru berdua lagi dengan suaminya di atas ranjang untuk tidur.
"Sayang...kemari....!" Amira diam
"Sayang!" tetap diam, Arga menghela nafas pelan.
Bergeser dirinya mendekati sang istri. Di peluknya Amira dari belakang, mengendus aroma rambut dan beralih turun ke bahu. Di rasakan aroma yang selalu menenangkannya.
Arga tahu istrinya pasti masih kesal sebab, di peringati untuk tidak terlalu kasar kepada Khaira. Andai Amira tahu bahwa dirinya begitu mencintai istrinya itu. Arga melakukan semua itu semata mata agar istrinya tidak terlibat terlalu jauh obrolan tidak sedap dengan Khaira.
Arga sangat paham dengan tabiat keluarga Khaira. Mereka sangat manipulatif, bisa saja nanti Khaira mengadu macam macam dan berakibat Amira yang menjadi sasaran mereka. karena menurut mereka Amira telah menyakiti putrinya, walau kenyataannya itu kebalikan dari yang terjadi sekarang, Khaira lah yang masih ingin mendekatinya walaupun sudah tahu bahwa dirinya sudah beristri.
Pagi menjelang...
Amira membuka matanya, di lihatnya tangan kekar suaminya masih bertengger di pinggang. Amira membalikkan badan, suaminya terlelap dengan wajah tenang.
Suara Iqamah di masjid terdengar, tandanya ini sudah masuk waktu sholat subuh. Sebenarnya Amira sudah tahu alasan Arga mengingatkannya untuk jangan terlalu keras kepada si Khai Khai itu, Dina semalam menceritakan semuanya tentang bagaimana tabiat keluarga Khaira.
Amira memang sengaja semalam mendatangi kamar dedek bayi yang di beri nama Zahwa Azizah. Dina yang memang sudah paham betul apa yang terjadi antara dirinya dan si Khaira sedikit demi sedikit memberikan pengertian untuk kakak iparnya itu.
Tadi malam, Khaira mendatanginya, mengadu semua keluh kesahnya seperti di perlakukan tidak baik oleh Amira. Dina tahu bahwa cerita Khaira sedikit di lebih lebihkan. Sebab, tidak mungkin kakak iparnya itu bersifat sedemikian keras dengan menyertai gerakan fisik. Paling mentok pun hanya dengan mulut.
Amira sengaja semalam mendiami suaminya, kenapa pula suaminya tidak menceritakan yang sebenarnya saja kepadanya tentang tabiat keluarga Khaira.
Amira tersenyum tipis. tidak ada kegiatan ranjang semalam. Biasanya sang suami tidak bisa kalau tidak ada kegiatan ranjang, barang semalam.
.
.
Sarapan pagi sudah siap, Amira menatanya di meja makan keluarga. Hari ini, karena hanya ada keluarga inti saja. Jadi, mereka sarapan di meja makan.
"Kan sudah ada mbak Susi nak, tidak perlu kamu bangun pagi pagi sekali untuk membuat sarapan kita semua!" Amira tersenyum lembut
"Tidak masalah bu, Mira suka kok kalau orang rumah suka dengan masakan yang Mira buat" Ibu Latifah tersenyum hangat lalu menggenggam tangan menantunya.
"Tetaplah bersama Arga, apapun yang terjadi!" Amira mengangguk mantap.
"Ibu tenang saja, Mira akan selalu menjaga mas Arga dari para cicit cuit di luaran sana, Mira tidak ingin kalau sampai kecolongan untuk yang kedua kalinya bu!" Amira dan ibu Latifah tertawa bersama dengan pembahasan mereka.
"Apa yang kalian tertawakan!"
Arga datang dengan wajah yang di tekuk. Dirinya tidak mood hari ini. semalam tidak ada kegiatan ranjang dan saat dirinya bangun istrinya sudah tidak ada di sebelahnya, niat hati ingin merasakan olah raga ranjang pagi hari, tapi ini, minimal lah ciuman pagi hari. Itupun tidak ada! Kacau sudah bibir serta senjatanya.
"Tidak ada nak, ya sudah ayo kita sarapan bersama dulu! Mbak Susi tolong panggilkan Silvi dan yang lain!"
"Biar Mira yang panggil bu!" Ibu Latifah hanya mengangguk dan tersenyum.
beberapa saat kemudian, semua keluarga sudah berkumpul untuk sarapan bersama. Dina pun tak luput juga ikut nimbrung di meja makan. Zahwa dia titipkan kepada Mbak Susi.
"Bu, kebutuhan dapur sudah menipis. Biar Mira saja yang ke pasar bu, hari ini mbak Susi ijin menengok pamannya yang sedang sakit di desa sebelah!"
"Iya nak, tapi nanti biar suami kamu yang antar ya!" Amira mengangguk dan tersenyum.
Arga hanya diam sambil terus melanjutkan makannya.
Setelah membantu Mbak Susi membersihkan piring kotor di meja makan. Amira menuju ke kamarnya, terlihat sang suami yang sedang sibuk menelpon. Amira menunggu sampai selesai.
Arga yang melihat istrinya duduk di pinggiran ranjang menunggu dirinya, segera mematikan ponselnya.
"Ada apa sayang?"
"Kan tadi ibu menyuruh mas untuk mengantarku ke pasar!" Arga tersenyum
"Tidak marah lagi kan sama mas?"
"Kapan Mira marah!" Arga mengulum bibir, masa dirinya harus menjelaskan dari awal lagi sih, wanita memang tidak bisa di tebak suasana hatinya. Semalam marah paginya sudah tidak.
"Tidak kok, istri mas yang cantik ini tidak marah. Ya sudah ayo mas antar! Tapi sebelum itu boleh mas minta sesuatu!" Amira mengernyit
"Apa?"
tidak menjawab, Arga langsung mengukung tubuh istrinya. Membaringkannya dan langsung melumat bibir menggoda istrinya.
"Mas ingin ini dulu sayang, boleh ya!" Arga ingin meminta persetujuan istrinya dulu,
Amira menghela nafas kasar, dan mengangguk. masih minta ijin pula suaminya, tangannya saja sudah tidak bisa di kondisikan. Seharusnya kalaupun suaminya ingin meminta ijin harusnya sebelum mengukung nya seperti ini.
Dan kegiatan olah raga ranjang pagi pun tak terelakkan. Suara desahan dan erangan keduanya memenuhi ruangan kamar mereka. Niat hati ingin ke pasar malah tertunda dengan kegiatan mereka.
Jangan lupa like dan komennya ya sayang....!!