Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 - Tanggung Jawab
Berani berbuat, maka harus siap juga bertanggung jawab. Prinsip hidup Keyvan sejak dahulu, setelah membuat istrinya menderita tadi malam pria itu memilih untuk tetap di rumah hari ini.
Pagi-pagi dia sudah direpotkan untuk membersihkan tubuh istrinya, ya meskipun alasannya hanya membantu akan tetapi sama halnya dengan mandi berdua. Mikhayla yang masih gelagapan dan belum terbiasa melihat pemandangan yang membuatnya geli itu terpaksa menerima. Bukan karena dia tidak menolak, akan tetapi Keyvan yang tidak menerima penolakan.
Hal itu dia lakukan tak lepas karena merasa kasihan, dia juga keterlaluan sebenarnya. Mikhayla yang memang sudah mengeluh sejak awal bangun nyatanya mengalami hal yang tidak biasa dan itu sukses membuat Keyvan ketar-ketir.
Beberapa kali Keyvan pastikan namun Mikhayla menjawab jika hal semacam itu mungkin saja terjadi padanya yang baru pertama kali berhubungan hingga dia hanya meminta pembalut setelah mandi. Aneh sekali, padahal sebelum mereka memulainya justru sang istri yang berkali-kali takut pendarahan setelahnya, kini justru dia yang seakan memahami keadaan setelahnya.
"Aku tidak percaya, kita ke dokter saja." Keyvan merasa ini bukanlah hal biasa, dia yang khawatir segera membawa Mikhayla ke dokter dengan tergesa.
Tempat tidur yang berantakan dengan noda merah di sprei belum dia pedulikan, yang ada di otaknya sekarang takut jika istrinya kenapa-kenapa. Hanya sempat sarapan sebentar, itupun susu dan selembar roti demi mengganjal perut Mikhayla. Sementara dirinya tidak begitu peduli karena tidak lapar untuk saat ini.
"Hati-hati, ini bukan ambulance," tutur Mikhayla memegang erat sabuk pengaman lantaran sedang merasa uji nyali, dia memang sedikit lemas dan merasakan perih di pusat kehidupannya.
Pertama kali Keyvan membawa sang istri keluar dari sangkar emasnya, udara pagi hari di ibu kota sungguh dia rindukan. Keyvan yang kini panik tidak peduli ucapan Mikhayla hingga dia kembali mempercepat laju kendaraannya.
Hati Mikhayla teriris kala melihat Universitas kebanggaannya, kurang lebih satu minggu lalu dia berdiri di halte depan kampus untuk menunggu sang kekasih, Alka.
"Ck, pelan sedikit."
Mikhayla sebal lantaran Keyvan membawa mobil persis seperti tengah membawa korban kecelakaan. Kampus sebesar itu hanya bisa Khayla nikmati selama beberapa detik, memang Keyvan adalah pria tidak terbantahkan yang pernah ada.
Waktu yang seharusnya biasa Mikhayla tempuh 30 menit, ditangan Keyvan perjalanan itu cukup ditaklukan selama 10 menit saja.
"Diam di sini," titah Keyvan dan turun lebih dulu, pria itu kemudian mengitari bagian depan mobil untuk membukakan pintu.
Tidak hanya sebatas membukakan pintu melainkan membopong sang istri dengan sigapnya, pria itu berjalan cepat dengan mata yang terfokus ke depan. Mikhayla memandangi wajah itu, tampan dan begitu sempurna sebenarnya. Sayang sekali, pria ini tidak tertebak dan meninggalkan kesan tidak baik ketika pertemuan pertama mereka.
.
.
.
"Adik atau ...."
"Istri, Dokter."
Baru saja masuk, Keyvan sudah mendapat pertanyaan semacam itu dari Diana, dokter yang dia kenal sejak menikah dengan Liora.
Terkejut, Diana menatap Mikhayla dari begitu teliti. Masih sangat muda dan wajahnya masih cocok dikatakan anak SMA, hatinya menyimpan tanda tanya besar namun tidak dia ungkapkan demi menghargai privasi pasiennya.
Dia mendengarkan keluhan pasien dengan seksama, meski sempat dibuat bingung lantaran Keyvan turut bicara pada akhirnya Diana memahami apa yang terjadi sesungguhnya.
"Perempuan yang baru pertama kali melakukan hubungan intiim juga memiliki kemungkinan mengalami perdarahan dari vagi-na. Ini karena lipatan kecil kulit vagi-na yang dikenal dengan selaput dara meregang dan putus. Anda tak perlu khawatir karena perdarahan kecil ini hanya berlangsung selama 1-2 hari."
Mikhayla memerah, wajahnya yang sejak tadi pucat tiba-tiba persis kepiting rebus. Sudah dia katakan itu normal dan Keyvan tetap keras kepala membawanya ke dokter pagi itu.
"Yakin, Dokter? Apa tidak sebaiknya diperiksa dulu dengan benar? Bagaimana kalau sampai luka dan rahimnya kenapa-kenapa?"
Ketika bersama Liora dia tidak menemukan hal semacam ini, Keyvan juga tidak mencaritahu lebih karena dia percaya tidak semua wanita perrawan akan mengeluarkan darah ketika melakukan hal semacam itu.
"Tenang saja, Evan ... ini tidak bahaya, untuk sekarang saya sarankan istrimu mencukupi kebutuhan cairan, hindari penggunaan produk perawatan wanita yang mengandung pewangi. Oh iya, untukmu jangan lupa gunakan pengaman saat melakukan hubungan intiim, dan yang terpenting lakukan secara perlahan bila terasa sakit."
Penjelasan itu membuat Keyvan terdiam sesaat, dia membeku dan mendadak tidak suka mendengarnya. Jika masalah perlahan dalam melakukannya bisa dia lakukan, akan tetapi untuk yang sebelum itu dia berat sekali.
Gunakan pengaman? Yang benar saja, apa dokter itu berpikir miliknya tajam hingga bisa melukai organ inttim Mikhayla, pikir Keyvan seraya mengusap wajahnya kasar.
"Apa saran yang ketiga itu diharuskan sampai nanti?" tanya Keyvan masih berharap jawabannya akan berbeda.
"Tentu saja tidak, kamu bisa melakukannya tanpa pengaman jika kondisi istrimu sudah benar-benar baik," jawab wanita itu dengan senyum hangat di wajahnya, bukan kali pertama pasangan datang dengan keluhan seperti ini. Akan tetapi, baru kali ini ada suami yang membantah perkara pengaman.
- To Be Continue -
Sumber :
https:www.alodokter.com
https://sehatq.com
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘