ISTRI RASA SIMPANAN

Dean dan juga Bela menyusul Raka yang pergi meninggalkan mereka. Raka kelihatan sangat kesal karena pertemuannya dengan Kevin. Raka masih tidak terima jika Elena masih menjalin hubungan bersama Kevin.

Dean menepuk pundak Raka yang tengah duduk di kantin kampus. "Raka... loe jangan marah begitu, Elena dan Kevin adalah sahabat kita."

Raka mengebrak meja, meluapkan segala amarahnya di dalam dada.

Braakkk... !

Raka mengepal tangan. "Loe gak lihat, bagaimana kondisi El saat di Villa. Loe gak lihat, wajah dan tubuh El yang memar dan lebam."

Bela duduk di samping Raka lalu mengelus lengan tangan Raka. "Kita... memang gak lihat kondisi Elena saat di Villa. Tapi Elena sudah menjadi istri Kevin. Tidak mudah untuk membuat mereka berpisah, apalagi Elena tengah hamil."

Raka menoleh ke arah Dean. "Dean... loe cinta sama El, kan?"

Dean mengangguk. "Gue cinta sama Elena."

Raka berkata lirih. "Lalu... kenapa kamu gak rebut El. Pisahkan Elena dari Kevin, bawa El jauh dari pria bren**k itu."

Dean mengusap wajahnya. "Gak semudah itu, Raka. Elena bukan pacaran sama Kevin tapi istri dari Kevin."

Raka menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Raka ingin Elena berpisah dari Kevin. Kevin sudah banyak menyakiti Elena dan itu membuat Raka sangat membenci Kevin.

*****

Elena dan Kevin telah sampai di dalam Apartemennya. Elena langsung saja masuk ke dalam kamar. Elena melempar tasnya ke sofa lalu merebahkan diri ke tempat tidur.

Selama hamil muda, Elena menjadi sangat suka untuk tidur. Baru saja kepalanya menyentuh bantal, matanya sudah mulai untuk terpejam. Kevin masuk ke dalam kamar tidur.

Kevin geleng-geleng kepala melihat Elena sudah terbaring di kasur. Elena bahkan tidak sempat membuka sepatunya. Kevin membuka sepatu dan kaus kaki Elena. Kevin duduk di tepi ranjang samping Elena.

Kevin mengusap lembut kepala El. "Elena... gak makan dulu?"

Elena tidak mendengar ucapan Kevin. Elena semakin mengeratkan guling di tubuhnya. Kevin tersenyum melihat tingkah El. Kevin mengecup kening Elena lalu beranjak keluar kamar.

Kevin beranjak pergi ke dapur. Kevin membuka kulkas dan mengambil beberapa buah. Kevin mengupas lalu memotong buah kecil-kecil. Kevin meletakan buah di piring tidak lupa Kevin membuatkan susu untuk El. Kevin meletakan buah dan susu di nampan.

Kevin membawa buah dan susu ke dalam kamar untuk Elena. Kevin meletakan nampan berisi buah dan susu di atas meja samping tempat tidur. Kevin meninggalkan catatan kecil di samping nampan.

Kevin pergi meninggalkan Elena sendiri di apartemen. Kevin mendapat chat dari Amel yang memintanya untuk bertemu. Kevin segera melajukan mobilnya menemui Amel. Kevin menekan bel apartemen milik Amel.

Amel membukakan pintu flatnya saat bel berbunyi. Amel tersenyum manis melihat Kevin di depannya. Amel memeluk tubuh Kevin tetapi Kevin melepasnya.

Amel kesal melihat Kevin yang berubah. "Kev... kamu kenapa sih?"

Kevin tersenyum sinis. "Jangan sok manis... loe udah tahu semua. Jadi buat apa lagi gue bersandiwara. Mulai sekarang hubungan kita putus."

Amel kaget mendengar kata putus dari Kevin. "Kamu jangan seenaknya, Kevin!"

Kevin mendekati Amel lalu mencekik lehernya. "Tiga tahun aku mendekati kamu hanya untuk satu buah video. Tetapi hasilnya nihil, sebenarnya di mana ayahmu menyimpan video yang asli."

Amel berusaha untuk melepas tangan Kevin. "Le-lepas Kev... !"

Amel terbata-bata bicara, Kevin melepas tangannya dari leher Amel. Amel terbatuk-batuk lalu mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. "Loe... gak akan pernah bisa dapetin video yang aslinya. Ingat... Elena bakal benci sama kamu jika melihat video itu."

Kevin menatap tajam Amel. "Awas loe... jika sampai Elena tahu video itu."

Amel tertawa. "Hahaha... bukan hanya Elena tapi Raka dan Dean juga benci sama kamu. Kamu itu sudah melakukan kejahatan Kevin. Demi teman kecilmu, kamu membunuh sahabat Elena."

Kevin menjepit kedua pipi Amel. "Dengar ini... aku tidak tahu jika mereka bersahabat."

Amel melepas tangan Kevin. Amel meringis sakit Kevin sudah mencekik leher dan menjepit pipinya. Pipi dan leher Amel sudah terlihat merah. "Tidak tahu... kamu jangan bohong. Kamu tahu segalanya Kevin."

"Aku memang tidak tahu, jika Derrel sahabat mereka. Aku baru tahu saat Elena menceritakan semua tentang Derrel. Dengar Amel... Derrel itu sekarat karena kecelakaan dan bukan karna diriku," tutur Kevin.

Amel tertawa. "Hahaha... jangan membodohiku. Aku sudah melihat semua video itu. Jika kamu menginginkan video itu, kembali padaku."

"Jangan harap!" bentak Kevin.

Kevin beranjak untuk pergi tapi suara teriakan Amel menghentikan langkahnya. "Kamu akan tahu akibatnya. Aku akan bongkar jika kamu telah mengambil nyawa Derrel hanya untuk April."

Setelah mendengar suara teriakan Amel. Kevin melanjutkan langkahnya keluar dari apartemen. Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil. Kevin menyalakan mesin mobil lalu berlalu dari sana.

Elena terbangun dari tidur lelapnya. Elena mengucek matanya agar terbuka sempurna. El melihat di sampingnya sudah ada buah, susu dan juga catatan kecil. Elena membaca pesan yang di tinggalkan oleh Kevin.

Elena... setelah kamu bangun dari tidurmu, cepat makan buah dan susunya. Kamu harus menghabiskan semuanya untuk calon anak kita, Kevin.

Elena tersenyum saat membaca pesan dari Kevin. Elena yakin Kevin sudah menerima janin yang ada di dalam perutnya. Elena memakan buah dan susu itu sampai habis. Selepas makan, Elena beranjak pergi membersihkan diri.

Ponsel milik Elena bergetar, Elena mengambil ponselnya di dalam tas. Elena mengernyit melihat nomor baru yang masuk. Ada sebuah pesan dari nomor baru itu.

~ Dulu... memang aku melepas kekasihku untuk orang lain, kali ini aku tidak akan melepasnya. Kamu yang akan menjadi penggantinya, from Mr. A.

Elena semakin bingung membaca pesan dari nomor baru itu. Dalam pikirannya bertanya-tanya siapa itu Mr. A. Elena tidak menghiraukan pesan dari nomor asing itu. Mungkin saja itu pesan nyasar yang masuk ke dalam ponselnya.

Elena meletakan kembali ponselnya di sofa. Elena tidak ingin gara-gara pesan nyasar dia menjadi pusing sendiri. Elena keluar dari kamar, tidak ada siapa pun hanya dia sendiri. Bel pintu apartemen berbunyi.

Elena heran siapa yang datang. "Siapa yah... kalau Kevin, kenapa gak langsung masuk saja," gumam Elena.

Elena langsung membuka pintu apartemen. Tidak ada siapa pun, hanya ada sebuah paket yang di letakan di depan pintu apartemen. Elena mengambil paket itu lalu membaca catatan paket.

Baru saja Elena ingin membuka catatan itu, Kevin datang merebutnya. Elena kaget tiba-tiba Kevin datang lalu merebut catatan itu. "Kev... aku ingin membacanya. Paket siapa ini?"

Kevin mengambil catatan dan juga paket dari tangan Elena. "Ini paket untukku, ayo masuk!"

Elena mengedikan bahu tidak ingin memikirkan hal itu. Elena dan Kevin masuk ke dalam apartemennya.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.