"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami
"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo
"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan
.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelarian Di Pelukan Yang Salah
Asami berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Mata cokelatnya yang biasanya penuh kehidupan kini memancarkan kegelisahan. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berantakan. Pelan-pelan, ia berusaha tersenyum. Sebuah senyuman kecil yang terasa asing, namun perlahan, mulai terasa akrab.
“Ini aku. Aku bisa mengatasi ini,” bisiknya kepada dirinya sendiri, mencoba menyuntikkan keberanian ke dalam hatinya.
Asami tahu bahwa dirinya harus berubah, harus bisa mengontrol emosi dan perasaannya yang sering kali meledak-ledak. Sudah cukup lama ia merasa seperti kehilangan dirinya sendiri, terjebak dalam lingkaran ketergantungan pada Mateo—menanti perhatian, menanti sapaan, menanti kebersamaan.
Namun, semakin ia menunggu, semakin kosong pula hatinya. Ia harus bisa menjadi Asami yang dulu, yang kuat, yang ceria, yang penuh percaya diri. Meski itu bukan hal mudah, ia bertekad untuk mencoba.
Tapi ada satu hal yang masih belum bisa ia kendalikan sepenuhnya—kecenderungannya untuk mudah tertarik pada perhatian yang diberikan orang lain.
Sejak ia mulai dekat dengan Reynar, Asami merasakan sebuah kehangatan yang selama ini ia cari dari Mateo. Dalam banyak hal, Reynar mengingatkannya pada Mateo—cara bicaranya, senyum lepasnya, cara ia mengalihkan perhatian saat Asami merasa sedih. Tanpa sadar, Asami mulai melihat Reynar sebagai sosok yang bisa mengisi kekosongan itu. Sosok yang mungkin bisa menjadi Mateo yang ia dambakan.
Hari itu, Reynar mengirimkan pesan.
...----------------...
Reynar
Kak Asami, weekend ini kamu ada acara nggak?
Reynar
Gimana kalau kita nonton film bareng?
...----------------...
Asami membaca pesan itu dengan senyum kecil di bibirnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera membalas dengan semangat.
...----------------...
^^^Asakyuunn^^^
^^^Boleh banget! Kayaknya seru!^^^
Reynar
Mau nonton film apa? Kakak yang pilih ya
^^^Asakyuunn^^^
^^^Film horror aja gimana? Ada yang baru keluar^^^
Reynar
Boleh. Nanti aku jemput ya
^^^Asakyuunn^^^
^^^Oke!^^^
...----------------...
Hatinya berdebar-debar. Reynar selalu punya cara untuk membuatnya merasa diperhatikan, membuatnya merasa bahwa ia istimewa. Sesuatu yang ia rindukan dari Mateo tapi tak pernah ia dapatkan.
Dengan antusias, Asami mulai memilih pakaian, memikirkan gaya rambut, dan tak lupa, memposting rencananya itu di status WhatsApp dengan emoji senyum lebar dan kata-kata singkat.
[Movie date, excited!]
Namun, hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat status itu. Asami dengan sengaja mem-private Mateo dari statusnya. Ia tak ingin Mateo tahu, atau lebih tepatnya, ia takut dengan reaksi Mateo—takut hatinya semakin hancur jika Mateo hanya acuh seperti biasa.
Di tempat lain, Zayyan yang sedang membuka ponselnya melihat status Asami itu. Dia merasa ada yang aneh. Dia tahu betapa rentannya Asami sejak perubahan sikap Mateo, dan melihat Asami dengan cepat menerima ajakan Reynar membuatnya cemas. Ia khawatir Asami terburu-buru membuat keputusan hanya untuk melupakan rasa sakitnya.
Asami, kamu baik-baik saja? batin Zayyan.
Sebuah pesan langsung dia kirimkan ke ponsel Asami, mencoba memastikan apakah Asami benar-benar bahagia dengan pilihannya ini, atau hanya mencoba melarikan diri dari perasaan yang menghantuinya selama ini.
...----------------...
Human
Asami, kamu gapapa?
^^^Asakyuunn^^^
^^^Apanya? Aku sehat kok^^^
Human
Maksudku, tiba-tiba pergi dengan orang yang baru kamu kenal...
^^^Asakyuunn^^^
^^^Memang apa salahnya? Ini juga bukan urusanmu kan?^^^
...----------------...
Zayyan tertegun membaca pesan Asami. Mungkin ia hanya terlalu khawatir, tanpa memikirkan perasaan Asami yang mungkin sebenarnya baik-baik saja. Perasaan suka dan perhatiannya pada Asami, membuatnya jadi cemburu dan overprotektif tanpa ia sadari.
...----------------...
Human
Maaf, aku terlalu ikut campur
...----------------...
...ΩΩΩΩ...
Siang hari yang cerah, saat sedang jam istirahat, Asami memutuskan untuk bertemu dengan Zayyan di kursi taman gedung jurusan mesin, jurusannya Zayyan.
Zayyan menatap Asami yang duduk di depannya, wajah gadis itu tampak bercahaya saat bercerita. Sesekali, senyum kecil tersungging di bibirnya, dan mata cokelatnya yang sempat redup kini terlihat lebih hidup. Tapi Zayyan tahu, kegembiraan yang terlihat itu mungkin hanya sementara.
“Kamu tau, Yan,” Asami mulai bicara dengan nada yang ceria.
“Aku masih suka sama Mateo, tapi… entahlah, aku merasa capek nungguin dia terus. Dia udah jelas-jelas nggak peduli, dan aku nggak mau terus-terusan jadi orang bodoh.”
Zayyan mengangguk pelan, menanti Asami melanjutkan ceritanya. Ada perasaan nyelekit di hatinya mendengar pernyataan langsung dari mulut Asami, namun Zayyan harus bersabar.
“Dan soal Reynar,” lanjut Asami dengan semangat yang lebih tinggi, “Aku tau baru kenal dua minggu, tapi dia benar-benar beda lho, Yan. Dia bikin aku ngerasa dilihat, diperhatiin, dihargain. Sesuatu yang selama ini aku nggak pernah dapetin dari Mateo.”
Zayyan mengernyit, rasa khawatirnya semakin menguat. “Asami, aku ngerti perasaan kamu. Tapi… Reynar itu baru banget kamu kenal. Kamu belum tahu banyak soal dia, kan? Aku cuma takut kalau kamu terlalu cepat terbuka ke dia, nanti malah terluka lagi.”
Asami menatap Zayyan dengan sedikit bingung. “Apa maksudmu? Reynar itu baik, kok. Dia selalu ngajak aku ngobrol, selalu ada kalau aku butuh teman, dan… dia kayaknya tulus.”
Lalu selama ini aku di matamu itu tidak tulus ya? Pikir Zayyan, sedikit sakit hati mendengar ucapan Asami.
Zayyan menarik napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. “Aku bukan mau meragukan Reynar, tapi kita nggak tahu apa-apa tentang dia, Asami. Kamu sendiri bilang, baru kenal dua minggu. Kadang orang bisa terlihat baik di awal, tapi… bisa aja ada sesuatu di belakang yang kita nggak tahu.”
Asami menghela napas, kali ini tampak lebih defensif. “Zayyan, aku udah cukup capek buat mikirin yang aneh-aneh. Aku nggak mau berpikir buruk tentang orang lain hanya karena pengalaman burukku sama Mateo. Mungkin Reynar emang beda, dan aku cuma mau kasih kesempatan.”
Tapi kamu nggak pernah kasih kesempatan itu buat aku meskipun kamu tau aku masih suka sama kamu! Lagi, batin Zayyan berteriak.
Zayyan menghela napas kasar. Ia tahu bahwa Asami sedang mencoba untuk menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari, tapi hatinya masih gelisah.
“Asami, aku nggak ingin lihat kamu terluka lagi. Aku cuma ingin kamu lebih hati-hati. Jangan langsung percaya sepenuhnya sebelum kamu benar-benar tahu siapa Reynar sebenarnya.”
Asami mendengus kecil, merasa sedikit tersinggung. “Kamu nggak ngerti, Iyan. Kamu nggak tahu gimana rasanya berharap pada seseorang yang nggak pernah ngasih apa yang kamu mau. Reynar itu… aku tahu dia mungkin bukan yang sempurna, tapi dia ngasih perhatian yang selama ini aku butuhkan.”
Zayyan menatap Asami dengan mata yang penuh kekhawatiran, tapi ia memilih tidak memaksakan lebih jauh. Ia hanya ingin mengingatkan, tapi Asami sudah terlihat teguh dengan keputusannya.
“Oke, Asami. Kalau itu yang kamu rasakan, aku cuma minta kamu hati-hati. Itu aja.”
Asami mengangguk, meski jelas terlihat bahwa dia tidak akan mengubah pikirannya. “Iya, aku ngerti. Tapi sekarang, aku cuma mau menikmati apa yang ada di depan mata. Kalau nanti Reynar ternyata bukan seperti yang aku bayangkan… ya sudah. Setidaknya aku udah coba.”
Zayyan merasa ada sesuatu yang tenggelam dalam hatinya, sebuah rasa khawatir yang makin dalam. Namun, ia sadar bahwa Asami sudah memutuskan untuk mengikuti kata hatinya, bukan kata orang lain.
Di titik ini, Asami sudah tidak peduli lagi dengan Mateo. Ia memilih untuk memfokuskan perhatian pada Reynar yang bisa memberinya kebahagiaan instan yang selama ini ia cari, meski dalam hati kecil Zayyan, ia tahu bahwa ada risiko besar yang menanti di balik keputusan itu.
...ΩΩΩΩ...
Asami mengetuk layar ponselnya dengan gelisah. Pesan demi pesan ia kirimkan kepada Zayyan, seperti biasa, melaporkan setiap perkembangan kecil dalam hubungannya yang rumit dengan Reynar. Tangannya sedikit gemetar saat mengetik, ada perasaan was-was yang terus mengganggunya.
Zayyan membalas dengan cepat, seperti biasanya. Meski hanya dengan beberapa kalimat singkat, Asami bisa merasakan kekhawatiran di balik setiap kata-katanya.
...----------------...
Human
Apa dia baik-baik aja sama kamu hari ini?
...----------------...
Asami menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia menatap layar ponselnya, kemudian mulai mengetik.
...----------------...
^^^Asakyuunn^^^
^^^Iya, baik… tapi tadi sempat marah-marah lagi, Yan.^^^
...----------------...
Ia menggigit bibirnya, menunggu balasan dari Zayyan. Ia tahu, Zayyan akan mencoba menenangkannya, mungkin dengan kata-kata bijaknya seperti biasa. Namun, kali ini, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam percakapan mereka.
...----------------...
Human
Kenapa dia marah lagi? Ada masalah apa?
...----------------...
Asami menggulirkan layar, mengingat kejadian yang membuat Reynar tiba-tiba berubah menjadi sosok yang ia tidak kenal.
Hanya karena sebuah kesalahpahaman kecil—sesepele Asami tidak segera membalas pesannya—Reynar langsung menjadi temperamental. Ia berteriak di tengah keramaian, membuat Asami merasa malu dan takut pada saat yang bersamaan.
...----------------...
^^^Asakyuunn^^^
^^^Aku nggak tau, Zay. Dia… marah besar cuma karena aku telat balas pesannya. Kayaknya aku mulai lihat sisi lain dari dia yang aku nggak suka^^^
...----------------...
Asami akhirnya menulis, jujur pada Zayyan tentang ketakutannya yang perlahan muncul.
Zayyan membalas lebih lama kali ini, dan ketika pesan itu muncul, Asami bisa merasakan nada serius di balik kata-kata tersebut.
...----------------...
Human
Asami, kamu harus lebih hati-hati. Aku udah bilang dari awal, kamu nggak tahu banyak soal dia. Kalau dia mulai nunjukin tanda-tanda seperti itu, lebih baik kamu pikir-pikir lagi soal hubungan ini.
Human
Dari awal aku nggak percaya sama kata-katamu soal dia orang yang baik
...----------------...
Asami terdiam, menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu Zayyan benar, tetapi perasaannya pada Reynar tidak bisa semudah itu diabaikan. Ada perasaan ketertarikan yang kuat, namun kini bercampur dengan rasa takut dan ragu.
...----------------...
^^^Asakyuunn^^^
^^^Aku ngerti, Yan. Tapi… aku juga nggak mau sendiri. Dan kamu tahu, kan, cuma kamu yang bisa aku andalkan kalau ada apa-apa^^^
...----------------...
Zayyan membaca pesannya, dan ia bisa merasakan bagaimana Asami bergantung padanya. Ada rasa cemburu yang ia coba tekan dalam-dalam, karena ia tahu Asami butuh dukungan, bukan penilaian. Tapi di sisi lain, hatinya juga sakit melihat Asami terus terjebak dalam situasi yang berpotensi menyakitinya lebih dalam.
...----------------...
Human
Aku selalu ada buat kamu, Asami. Tapi tolong, jangan anggap enteng perasaanmu sendiri. Kalau kamu merasa ada yang nggak beres, segera keluar dari situasi itu
...----------------...
Zayyan mengepal tangan kuat-kuat. Merasa kesal karena tidak berdaya melihat orang yang ia sukai dibentak dan dilukai oleh orang lain namun ia tidak bisa melakukan apa-apa karena menghargai keputusan Asami.
Asami menghela napas lagi, kali ini lebih berat. Ia tahu Zayyan benar, ia selalu benar. Tapi meninggalkan Reynar begitu saja juga bukan pilihan yang mudah. Meski takut, Asami juga merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang masih ingin bertahan—sebuah harapan kecil bahwa Reynar mungkin bisa berubah, atau setidaknya, ia bisa mengubah Reynar.
Namun, Asami tahu, harapan seperti itu adalah hal yang rapuh, dan ia tidak yakin berapa lama lagi ia bisa menggantungkan perasaannya pada harapan yang kian pudar.
Dengan jari-jari gemetar, Asami mengetik balasan terakhir malam itu.
...----------------...
^^^Asakyuun^^^
^^^Aku akan coba lebih hati-hati, Yan. Makasih udah selalu ada buat aku^^^
...----------------...
Ia tahu Zayyan mengkhawatirkannya, dan meskipun Asami merasa bersalah karena terus bergantung padanya, ia juga sadar bahwa saat ini, Zayyan adalah satu-satunya yang bisa ia percayai.
Namun, di dalam hatinya, Asami mulai merasakan ketakutan yang semakin nyata, takut akan apa yang mungkin terjadi jika Reynar menunjukkan sisi yang lebih gelap lagi.
Dan di ujung ponsel, Zayyan duduk termenung. Ia tahu Asami butuh waktu, tapi ia juga tahu bahwa waktu mungkin saja tidak berpihak pada mereka.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah tetap berada di sisi Asami, siap menangkapnya jika ia terjatuh terlalu dalam atau mulai beraksi dengan merebut Asami sebelum semuanya terlambat.
...******...
Semangat ya🙂
pasti dia ngerasain hal itu tapi tetep berusaha buat nahan rasa sakitnya tanpa harus di luapkan.
Tak bisa berbicara juga tak ingin merasa sakit/Scowl/
semangat Zayyan kamu pasti bisa membuat Asami jatuh hati sama kamu. . .
masih jauh...saling support yaa
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
smgt thor💪