Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 ( Kedatangan tamu )
Pagi hari matahari menyorot dengan sinarnya yang sangat terang membuat tidur seorang gadis terusik, Bella mengerjapkan kedua matanya dan ingin bangkit. Akan tetapi, tubuhnya terasa berat seakan ada sesuatu yang menindihnya.
Benar saja Arrayan memeluk erat tubuh Bella membuat gadis itu hanya menarik napas dalam lalu di saat ia menghembuskan napas Arrayan merasakan hembusannya tepat di wajahnya lalu ia membuka matanya menatap Bella dengan tersenyum, tetapi Bella lagi-lagi mengacuhkannya.
Raut wajah Arrayan berubah datar ia langsung bangkit lalu mengangkat tangannya, Bella menutup kedua matanya dengan meremas selimut seakan takut jika Arrayan ingin memukulnya.”Syukurlah demamnya sudah turun,” ujar Arrayan yang menempelkan tangannya di dahi istrinya untuk mengetahui suhu tubuh Bella.
Bella membuka kedua matanya dan lagi-lagi ia melihat wajah Arrayan yang tersenyum manis tepat di depan wajahnya,”Kenapa dia sangat tampan? Jantung … jantung ku rasanya mau lompat dari tempatnya,” batin Bella menatap lekat pada Arrayan.
“kenapa kamu menutup mata, hm?” tutur Arrayan sangat lembut seraya mengusap pipi Bella yang bersemu merah.
Bella menjawab dengan gelengan kepalanya lalu ia mendorong Arrayan dan langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang sedari tadi ia pegang erat karena rasa takut dan khawatir jika Arrayan ingin memukulnya lagi seperti dulu.
Arrayan mengecup kening Bella sangat dalam seolah tau dipikiran istrinya dan juga ia sadar perlakuannya selama ini pada Bella. Memang dendamnya masih ada, tetapi entah kenapa saat Bella pergi dari rumahnya kemarin Arrayan seakan tidak rela jika Bella meninggalkannya.
Tok! Tok!
“Tuan, Ana membawakan pesanan makannya,” pekik Ana dari luar.
“Masuklah!” setelah mengatakan itu Arryan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Ana membuka pintu perlahan ia melangkah masuk tidak lupa menyapa Bella dengan tersenyum. Ana meletakkan satu persatu sarapan di meja kecil dekat sofa. Bella hanya menatap setiap piring yang sangat banyak,”Mba Ana, kenapa lauknya banyak sekali?” tanya Bella.
“Tuan tau kalau Nona belum makan dari kemarin, dan tidak boleh makan yang terlalu keras dulu, jadi saya di suruh membuat bubur, tidak lupa dengan lauknya agar Nona penuh gizi. Selain bubur dan lauk pauk untuk Nona, itu adalah sarapan pesanan Tuan. Selamat sarapan, Nona. Ana permisi dulu,” pamit Ana setelah menjelaskan pertanyaan Bella.
Tidak lama Arrayan keluar dari kamar mandi ia melihat Bella yang hanya memandangi makanan di atas meja,”Kenapa gak dimakan?” tanya Arrayan sembari memakai kemeja dan memakai dasi.
Bella hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap makanan yang ada di hadapannya,”Aku belum lapar,” sahut Bella.
Arrayan sudah bersiap dengan stelan jas nya ia duduk di sebelah sang istri lalu mengambil mangkuk bubur dan langsung menyuapi Bella,”Buka mulutnya,” pinta Arrayan yang menyodorkan sendok mendekat ke mulut Bella.
“Mas, aku belum lapar. Kau saja yang sarapan sebentar lagi kamu mau berangkat,” tolak Bella.
Arrayan meletakkan kembali mangkuk bubur itu lalu mendekat pada Bella membuat gadis itu merasa canggung,”Kamu masih marah sama aku? Kemarin hanya salah paham, Stella yang mendekatiku tepat saat kamu datang. Jadi ,…”
“Enggak apa-apa, Mas. Biar kalian lebih dekat,” lirih Bella.
Arrayan menaikan sebelah alisnya dan dahinya mengerut semakin dalam,”Apa maksudmu, Bella. Memangnya kamu rela aku dekat dengan Stella?” pekik Arrayan yang mulai emosi.
Gadis itu tidak menjawab, ia menggenggam erat dress nya karena takut dengan Arrayan yang berteriak di hadapannya. Arrayan melihat Bella gemetar dan langsung berusaha meredam amarahnya. Arrayan memilih bangkit melangkah keluar. Saat membuka pintu langkahnya terhenti sejenak dan berkata,
“Kalau kau masih mencintaiku jangan pernah mengatakan hal itu lagi! Aku tidak suka! Makanlah sarapan mu aku akan pulang cepat hari ini. Nanti siang jadwal control mu ke rumah sakit. Gak ada penolakan!” terang Arrayan lalu ia pergi dengan menggunakan kaca mata hitamnya tanpa menutup pintu.
Setelah Arrayan benar-benar pergi Bella meraih mangkuk bubur dan memakannya sedikit demi sedikit,”Karena aku terlalu mencintaimu, membuatku merasa gak pantas menjadi istrimu Mas,” gumam Bella berusaha menelan makannya yang terasa hambar.
*
*
“Kamu mau ke mana lagi, Stella? Jangan bilang kau ingin menemui Bella lagi!” decak Johan.
“Aku mau main sama Sofia, pah,” jawab Stella memutar bola matanya malas.
“Papa gak ijinin kamu keluar. Sekarang kau masuk lagi dalam kamar!” perintah Johan.
Stella tidak menuruti perintah Johan, ia langsung berlari keluar dengan hati yang sangat jengkel. Belum juga hilang rasa sakit bekas tamparan sang papa. Kini Johan kembali menyakitinya dengan melarang Stella untuk diam di rumah membuat ia tidak terima.”Lama-lama di rumah aku bisa gila. Dasar orang tua egois!” monolog Stella dengan bibirnya yang sudah mengerucut.
Daisy datang menghampiri suaminya yang sedari tadi mengoceh entah pada siapa karena Stella sudah pergi saat Daisy keluar dari kamarnya,”Ada apa, pah? Kamu gak ke kantor? Kok kamu malah marah-marah begitu,” Johan tidak menggubris pertanyaan Daisy karena dia dan putrinya sama-saja selalu membuatnya marah.
“Loh, kok aku dicuekin, sih,” gerutu Daisy menatap kepergian Johan tanpa pamit padanya.
Waktu pun bergulir dengan cepat, Arrayan yang tadinya disibukkan dengan pekerjaannya kini dia mulai beres-beres setelah melihat jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul dua belas siang. Toni, datang setelah Arrayan memanggilnya.
“Tuan mau pergi?” tanya Toni yang baru saja sampai di ruangan Arrayan.
Arrayan menganggukkan kepalanya dan meminta Toni untuk menghandle pekerjaannya sebantar. Siang ini Arrayan menepati janjinya untuk mengantar Bella control ke rumah sakit. Toni mengangguk mengerti dan Arrayan bergegas meninggalkan ruangannya.
Di kamar Bella sudah bersiap setelah menerima pesan dari suaminya yang akan menjemputnya. Bella menatap tongkat yang berada di sebelahnya, rasanya ia tidak sanggup untuk memakainya lagi rasa putus asa menyelimuti hatinya. Apalagi mengingat ancaman sang adik yang menginginkan suaminya.
Mau bagaimana lagi, inilah kehidupan yang harus Bella jalani. Setidaknya masih ada Arrayan yang masih membelanya, walaupun Bella tidak tau bagaimana perasaan Arrayan saat ini padanya, tetapi ia juga sangat senang melihat perubahan suaminya yang begitu lembut pada Bella bahkan suaminya menolak Stella dan memilih mempertahankan dirinya.
Di saat hatinya mulai resah seperti ini Bella memilih pergi ke taman untuk melihat tanaman bunga yang telah ia rawat sudah banyak yang bermekaran. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara bel rumah dan tidak ada yang membukanya. Bella beralih menuju pintu utama dan segera membukanya.
Ceklek.
Bella mematung melihat sosok wanita yang sangat cantik dan anggun serta modis berdiri di hadapannya dengan tersenyum,”Boleh aku bertemu dengan Arrayan?” tanya wanita itu.
“Ka-kau, siapa? Ada perlu apa?” ujar Bella.
“Aku …”
Ucapannya terpotong saat Arrayan memanggil namanya mereka pun menoleh ke arah pria yang sedang menghampiri keduanya,”kau sudah sampai?” tanya Arrayan.
“Baru saja,” sahut Arumi.
Ya, wanita itu Arumi, Bella tidak tau kalau wanita itu adalah wanita yang pernah ingin dijodohkan dengannya. Dia tiba-tiba datang dan disambut baik oleh Arrayan. Ingin sekali Bella bertanya, tetapi ia urung karena merasa ia bukan siapa-siapa di rumah itu hanya status istri bagi Arrayan.
Arrayan menghampiri sang istri yang sedari tadi diam. Ia langsung merangkul bahu Bella membuat Arumi merasa cemburu karena dia masih sangat mencintai Arrayan sejak mereka masih bersekolah dulu”Bella, ini Arumi sahabatku, kami bersahabat dari kecil dan … dia pernah ingin di jodoh kan denganku, tetapi gagal karena malam itu orang tua ku mengalami kecelakaan,” ujar Arrayan merubah tatapannya pada Bella dan gadis itu menyadari tatapan suaminya yang begitu sangat tajam padanya.
Tubuhnya Bella bergetar ketakutan dan itu dirasakan Arrayan membuatnya sadar dan langsung memeluk Bella guna meredam amarahnya. Arumi bingung dengan sikap Arrayan disatu sisi ia baru saja melihat amarah yang begitu sangat mengerikan saat pria itu membahas kecelakaan yang menimpa orang tuanya dan juga tatapannya berubah pada Bella. Di sisi lain seketika Arrayan berubah sikapnya saat Bella merasa ketakutan.
“Ada apa dengan Arrayan?” batin Arumi.
Arrayan melepaskan pelukannya,”Arumi aku akan pergi sebentar ke rumah sakit dengan istriku. Enggak apa-apa kan kalau aku tinggal,” ujar Arrayan.
“Enggak apa-apa kok tapi kamu sudah bilang pada istrimu kalau aku … mau menginap dua hari di sini?” ujar Arumi.
“Apa?!” pekik Bella.
*
*
Bersambung.
😅