Rafka william Adijaya. seorang CEO yang berstatus duda, sedang membawa anaknya jalan-jalan di sebuah taman bermain. Namun, karena ia sedang mengangkat telpon tidak sadar anaknya menghilang.
Karin Dewanti. seorang gadis yang sedang mengantri membeli minuman, ia tak sengaja melihat dua anak sedang menyeberang dan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi . Karin yang khawatir langsung berlari dan akhirnya ..
sreeett ... bruukk..
"ssshhh, aww." desisnya.
"kalian tidak apa-apa? apa ada yang terluka? apa ada yang sakit?" cecarnya .
hwaa.. hwaa.. hikss.. Daddy..
akankah Rafka menemukan anak kembarnya ?
yuk, ikuti terus ceritanya sampai habis :)
HAPPY READING ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
untuk yang sudah mampir, terimakasih sudah menyempatkan waktunya 🤗
tadinya udah hampir putus asa soalnya liat viewers sedikit jadinya mogok nulis karena pikirnya mungkin emang ceritanya kurang menarik, tapi berkat kakak-kakak yang mampir dan ngasih dukungan aku jadi semangat lagi ❤️
Happy reading .. 🌹🌹
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
setelah membuat kesepakatan Karin dan Rafka berbincang sebentar, ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam mereka tanpa sadar terlelap dengan posisi yang masih sama, Karin menyenderkan tubuhnya ke sofa sedangkan Rafka tetap tidur di paha Karin.
***
Reza terbangun saat merasakan tenggorokan nya kering, dia bangun dan melihat gelas di atas meja ternyata kosong. Reza dengan malasnya turun dari ranjang berjalan ke arah dapur, tak sengaja ia melihat pintu kamar kakaknya agak terbuka karena kamar Reza juga berada di atas di lantai 2 namun agak jauh dari kamar kakaknya, tapi jika ingin turun ke dapur dia harus melewati kamar si kembar dan Rafka. Reza menyembulkan kepalanya masuk takutnya kakaknya sedang merokok, karena dia tahu jika kakaknya sedang mempunyai masalah ia pasti melampiaskannya pada rokok bahkan Rafka bisa menghabiskan beberapa bungkus rokok bila tidak ada yang menghentikannya.
Reza masuk beberapa langkah, alangkah terkejutnya ia melihat pemandangan sang kakak dengan Karin tertidur dengan posisi yang dianggapnya romantis.
'pantas saja kamar ini tidak di penuhi asap, ternyata sudah ada pawang asapnya toh'
batin Reza.
Reza tersenyum melihat kakaknya seperti nyaman berada di pangkuan Karin, semenjak menikah dengan Cristin dari awal menikah sampai akhirnya bercerai, dia tak pernah melihat Rafka sedekat dan senyaman itu. dia pergi tanpa membangunkan kedua pasangan itu untuk merubah posisi, saat keluar tak lupa Reza menutup pintunya.
Dengan langkah malas Reza turun menyusuri tangga, suasana rumah itu gelap kalau malam hari, di jam segini pelayan sedang tidur kecuali penjaga di depan. samar-samar dengan tak sengaja ia menangkap satu sosok yang sedang berjalan pelan seperti maling, meskipun lampu di matikan tetap saja ada sedikit cahaya dari lampu hiasan yang tertata di dinding rumah dan meja. Reza bersembunyi, takutnya memang ada maling yang ingin merampok di rumah kakaknya.
"siapa orang itu? jangan-jangan maling lagi? gak bisa di biarin ini." ucap Reza waspada.
Dia mengendap-endap menghampiri sosok yang sedang berjalan pelan itu. dengan perlahan Reza mencekal lengan sosok itu, membuat orang itu kaget dan sedikit berteriak.
"aarrrgghhh ..." teriaknya.
"awas kau ya !! berani maling di rumah ini ? heh, jangan harap!!" tegas Reza.
"siapa kau? jangan sembarangan kalau ngomong, aku ini wanita baik-baik mana mungkin aku mau nyuri? meskipun aku miskin itu jauh lebih baik." jawabnya dengan kesal.
'hah?wanita?' batin Reza bertanya-tanya.
"siapa kau?" tanya Reza yang tak bisa melihat manusia di hadapannya karena gelap.
"aku Raisa" jawab Raisa cemberut.
Reza lupa kalau Raisa menginap disini bersama Karin dan juga Kiki. Reza langsung berjalan mencari saklar lampu agar bisa melihat Raisa dengan jelas, setelah lampu menyala ia mengajak Raisa duduk di kursi ruang tamu.
"ngapain kamu tengah malam disini? dan juga kenapa jalan kamu pelan-pelan, kayak maling tau." ucap Reza.
"ish kau ini kak, aku sedang mencari Karin dari tadi gak balik-balik ke kamar. oh ya, tadi aku jalan pelan karena gelap dan juga gak tau letak saklar lampunya dimana, karena takut terbentur, terjungkal, terpeleset dan terter lainnya." jawab Raisa dengan cemberut.
Reza yang melihat Raisa cemberut langsung meraup mulut Raisa dengan tangannya karena gemas.
"biasa aja kali tuh bibir, ga usah di monyongin kayak gitu jelek tau" ledek Reza.
Raisa mencebikkan bibirnya kesal, Reza semakin gemas dengan tingkah Raisa.
kalau boleh nih ya, Reza pengen banget itu nyomot bibir Raisa.
'aduh itu bibir gemes banget, jadi pengen nyosor deh. Aiihhh' batin Reza.
"eh aku baru inget. apa Karin teman mu itu orang yang sama dengan Karin yang nolongin si kembar yang kecelakaan?" tanya Reza kepo.
"kata Karin sih iya" jawab Raisa.
" aku baru tau sekarang, tak kirain bukan Karin yang ini? sejak aku nganterin kamu ke rumahnya, aku gak pernah ketemu lagi sama kamu."
" ngapain juga ketemu, mau nagih uang yang pas di restoran itu?" tanya Raisa.
"apa aku semiskin itu sampai minta ganti?" ucap Reza heran.
"meskipun kau kaya, tetap saja aku berhutang padamu kak dan itu harus di bayar. aku gak mau nanti pas di akhirat di tanyain hutang yang pernah aku pinjam saat makan di dunia, kan gak lucu" jelas Raisa.
"jadi kau tetap mau membayar hutangmu itu?" tanya Reza tersenyum smirk.
Raisa yang melihat senyuman yang Reza tampilkan entah mengapa membuat perutnya mendadak mulas.
"tentu saja, memangnya berapa hutangku kak?"
"6 juta 300 ribu, dan satu lagi kau berhutang Budi padaku karena aku telah menolongmu dari bandot mu itu" ucap Reza santai seraya melipat kedua tangannya di dada.
Raisa melongo mendengar harga makanannya saat di restoran Tempo hari, ia menelan ludahnya kasar.
"ya Allah ya Tuhanku, apa gak salah cuma makan steak Sama jus jeruk doang segitu harganya? gaji ku saja belum ada setengahnya dari hutangku." ucapnya tak percaya.
'sudah kuduga, kena kau kelinci manis' batin Reza tersenyum tipis.
entah apa yang di rencanakan Reza pada Raisa, yang pastinya dia ingin tau lebih jauh lagi tentang Raisa.
"karena kau ingin membayarnya maka aku akan memberikanmu tempo, dan 2 Minggu lagi kau harus membayarnya."
"APA? 2 MINGGU?" tubuh Raisa langsung lemas mendengarnya.
sedangkan Reza menahan tawanya melihat reaksi Raisa, sebenarnya uang segitu tidak ada apa-apa nya bagi Reza. namun, karena Raisa itu lain daripada wanita yang pernah dia temui, dia juga kaget saat Raisa datang bersama Karin. Raisa adalah seorang yang sangat ingin ia temui, bahkan selalu muncul di benaknya.
Selain terkejut Reza juga terkesima melihat penampilan Raisa yang anggun juga sangat cantik di matanya, tidak seperti saat pertama bertemu dia melihat Raisa memakai Hoodie, kacamata hitam dan celana jeans sobek-sobek kaya preman pikirnya. Dia menyembunyikan rasa deg-degan dan juga ekspresi terkesimanya pada Raisa, dia berusaha sekuat tenaga menyembunyikannya terutama dari Mama Ayu, karena jika dia tau Reza menyukai Raisa bisa-bisa dia di paksa ke KUA. Reza sudah tau betul sifat ibunya yang ngebet anak bungsunya menikah, sedangkan Reza ingin menikah dengan orang yang benar-benar tulus mencintainya, cukup hanya sampai Rafka saja yang gagal mempertahankan pernikahannya, jangan sampai dia bernasib sama karena menurutnya satu wanita saja cukup dan juga menikah sekali seumur hidup.
" sudahlah Raisa, nanti di bahas lagi. sekarang kau tidur sudah semakin larut, dan juga Karin ada di kamar si kembar tadi aku tak sengaja melihatnya." ucap Reza dengan bumbu kebohongan karena tidak mungkin dia bilang pada Raisa kali Karin di kamar Rafka.
Raisa mengiyakan ucapan Reza , dia langsung bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke kamar tamu, tempat dimana Dia dan Karin yang seharusnya juga tidur bersamanya.