Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kriteria Calon Suami
Setelah mendapat izin dari kampus, ketiga gadis yang ingin memiliki cuan selain menimba ilmu merasa bahagia. Meminta izin tidak segampang yang dikira, butuh waktu minimal 5 hari untuk niat mereka diproses. Barulah tepat hari ini, Dila memulai pekerjaannya. Tidak habis pikir dengan keinginan gadis ini yang terkenal dengan ketekunannya di berbagai bidang seni.
Sudah bisa silat, main alat musik tradisional, bisa tari, bisa membatik dan bisa bernyanyi membuat Dila memiliki nilai plus untuk bekerja di studio penyiaran radio. Belum lagi dirinya mempunyai karakteristik sikap uniknya. Ramah tapi serius, penyayang tapi tegas, dan santai tapi disiplin.
Kembali ke Dila, dirinya sedang berdiri menyambut siapa saja yang akan memasuki studio ini. Tidak hanya menyambut dengan senyuman formal, dirinya juga tampak seperti CCTV berjalan. Tatapannya sangat tajam mengawasi siapa saja yang akan berbuat macam macam.
"Sepertinya kita salah menempatkan Dila di posisi ini Vir. Lihatlah, gimana laki laki gak takut mendekatinya kalau sosoknya seperti singa. Uhh berdamage banget sahabat gue"ucap pelan Caca yang melempar pandangannya ke arah Vira.
"Kita lihat dari sudut positifnya Ca. Dilanya kita tidak mungkin kena tipu daya laki laki buaya. Sahabat kita harus sama laki laki yang serius dalam cintanya dan yang terbaik menjadi pendampingnya. Kira kira siapakah yang bisa menaklukan hatinya Ca?"timpal Vira yang malah membuka suasana tebak tebakkan. Caca tampak berpikir keras dengan kalimat terakhirnya.
"Emh... Dia yang bercahaya seperti senyuman Dila bagaikan cerahnya matahari. Dia yang pastinya bagus adab dan ilmunya. Dia yang bisa menjaga pandangannya dan mengalahkan Dila si perempuan cool itu. Sejauh ini tidak ada laki laki yang cocok dengan Dila. Kecuali..."Caca menghentikan perkataannya.
"Kecuali apa?"tuntut Vira penasaran.
"Kita harus cari tahu sendiri Vir. Kalau bertanya sama orangnya, lo tau sendiri jawabannya apa"balas Caca. Mereka berdua menerawang mengingat perkataan Dila tempo hari.
Dengan tersenyum penuh kecintaan terhadap sesuatu Dila berkata "Sedikasihnya Allah aja yang penting dia mencintaiku dan bisa meluluhkan hatiku. Kalau Allah akan memberinya padaku, dia pasti bisa membuatku jatuh cinta setiap saat"begitulah perkataan Dila yang tidak Caca dan Vira bisa menebaknya. Siapakah laki laki beruntung itu yang bisa membuat Dila jatuh cinta setiap saat?
"Kalian sedang apa?"ucap seseorang disamping mereka.
"Tebak tebakan Mbak"kompak Caca dan Vira membuat Dinda mengerutkan keningnya.
"Tebak tebakan apa?"heran Dinda.
"Laki laki yang Allah kirim buat Dila"jawab Vira yang diiyakan oleh Caca.
Dinda pun terdiam, ada ada saja kegiatan mereka berdua. Bukankah kalau urusan itu hanya Allah yang tahu? Kok jadi mereka yang pusing sih. Tatapannya menoleh ke Dila, karyawan barunya sungguh luar biasa membuatnya kagum.
"Kalau dipikir pikir Dila punya inner beauty yang unik. Lihat dia menjadi CCTV berjalan saja, aku bisa kagum. Jadi kepikiran siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? Laki laki macam apa yang bisa membuat Dila tergila gila dan menjadi kucing yang manja. Haish, gadis itu memiliki tatapan yang tidak ramah bagi siapa saja yang mengusiknya. Kok jadi ikutan pusing mikirin hal itu"pikir Dinda menggelengkan kepalanya.
▪️▪️▪️▪️▪️
Lelah bekerja dan lelah menimba ilmu bagi Dila adalah sesuatu yang membuatnya berarti dalam hidup. Jika hanya berdiam diri saja, tubuhnya akan merasa pegal pegal. Tapi walau banyak kegiatan, ia harus selalu menjaga tubuhnya agar tetap sehat.
"Waktunya me time. Apa yang harus aku lakukan ya?"monolog Dila yang menekan tombol power pada laptopnya. Melihat waktu masih 2 jam menuju jam tidurnya, dirinya ingin menghibur diri dengan membuka laptop.
Ting..
Kakung
[Assalamualaikum nduk, ada waktu buat video conference? Ada seseorang yang akan kakung kenalkan padamu?]
Dila
[Waalaikumussalam, Ila ada waktu kok Kakung]
Kakung mengetik
Kakung
[Baguslah, ayahmu akan mengirim linknya nanti]
Tak lama, ayahnya pun mengirimnya link video conference. Sebelum bergabung, dirinya sempat me refresh laptop lalu menyalin link yang diberikan ayahnya tadi. Video conference terbuka dengan beberapa frame. Ada ayah dan Mbah kakungnya di satu frame yang sama, ada sepupunya dan satu frame yang tidak ia kenali wajahnya. Laki laki seumuran dengan Mbah Kakungnya tersenyum. Beruntung dirinya masih memakai kerudungnya dan aman untuk membuka kamera.
"Alhamdulillah, Nduk kenalin beliau ini sahabat Kakung yang waktu kecil kakung bicarakan"ucap Mbah Dahlan terdengar dan Dila pun mengganti ekspresi bingungnya menjadi tersenyum.
"Assalamualaikum Kakek"salam Dila yang membuat sosok yang dipanggil Kakek itu tersenyum tulus.
"Wa'alaikumussalam, Masyaallah cucu perempuanmu Dahlan"senyum bahagia Kakek tersebut. Mbah Dahlan, Ayah Ahmad dan Umay tersenyum juga. Sedangkan Dila kebingungan.
"Ada yang mau Kakek bicarakan denganku?"tanya Dila sangat to the point dengan terlihat penasaran antusias.
"Maaf mengganggu waktumu Dila. Kakek ada hal yang harus dikatakan denganmu. Ada seseorang yang mencalonkan dirinya untuk menjadi istri dari cucu laki laki kakek. Namun kakek bingung bagaimana caranya menentukan apakah dirinya cocok atau tidak. Jadi, Dila boleh bantu Kakek menjawab pertanyaan yang akan Kakek tanyakan dengan seseorang itu?"jelas Kakek tersebut. Mbah Dahlan tersenyum diam diam dengan aksi sahabatnya ini.
"Tentu saja untuk sahabatnya Kakung dan didampingi seperti ini, Dila akan menjawab sesuai pendapat sendiri"senyum Dila menyanggupi.
"Terimakasih. Baik.. Pertama, bagaimana ekspektasi kriteria laki laki untuk menjadi suamimu? Hal ini kakek tanyakan kepada seseorang itu, semata mata apakah cucu laki laki kakek pantas menjadi suaminya atau tidak"ucap kakek itu yang membuat Dila terdiam sesaat dan memikirkan jawabannya.
"Ekspektasi sebenarnya tidak ada Kek. Menurut Dila, jika dia telah mampu sesuai kriteria menjadi seorang suami dalam islam maka akan Dila terima. Dan untuk kriteria Dila secara pribadi, tidak banyak banyak. Yang penting dia mencintaiku dengan tulus dan menyayangiku seperti kedua orang tuaku. Tapi harus disertai restu keluarganya untuk menerima Dila. Jadi itu semua awalnya harus dibicarakan dengan pihak keluarga Kakek juga"jelas Dila yang diangguki oleh Kakek tersebut. Diam diam si kakek merekam suara tersebut menggunakan media lain agar Dila tidak menyadarinya.
"Pertanyaan kedua... Bagaimana kamu menyikapi kekurangan dari laki laki yang telah lolos dari kriteria yang disampaikan Dila tadi?"tanya Kakek itu.
"Dila saja punya kekurangan. Masa tidak menerima kekurangan dari pasangan. Kan pernikahan itu pelengkap Kek"jawab Dila membuat tawa kakek itu terdengar.
"Haha baiklah... Ini pertanyaan terakhir dari Kakek sebelum mengakhiri kepentingan kita malam ini... Cucu laki laki kakek ini adalah seseorang yang dikenal banyak orang dan memiliki kegiatan membagikan ilmu agama di berbagai daerah, gimana cara kamu mendukungnya untuk terus menyalurkan tenaganya agar semua orang tidak buta ilmu agama?"tanya Kakek itu yang membuat Dila terhenti sejenak.
"Cucu kakek pendakwah, seperti Ustadz Alfi?"tanya Dila membuat kakek tersebut menahan napas sekilas.
"Em... be_nar seperti itu. Bagaimana caramu mendukungnya? ... maksud kakek, bagaimana kamu mendukung cucu laki laki Kakek yang seorang pendakwah?"gugup laki laki tua itu.
"Dila akan mendukungnya Kek. Kegiatannya sangat mulia dan setahu Dila pasti ada rintangan yang mengiringi langkahnya. Itu semua harus didukung dari berbagai sisi. Cucu Kakek harus selalu didukung karena menghadapi banyak orang tentu sangat tidak mudah"jawab Dila yang mulai nampak mengantuk. Dirinya sedikit tidak fokus untuk menjawab.
"Jawabanmu luar biasa Dila dan sepertinya kamu sudah tidak fokus. Sebelum kita akhiri, kakek ucapkan terimakasih untuk waktunya yaa"ucap kakek itu yang hanya dibalas senyuman oleh Dila.
Akhirnya mereka mengakhirinya. Setelah laptop tertutup, Dila termenung sesaat dengan pemikirannya. Dengan menidurkan dirinya diranjang lalu bersiap untuk tidur, ia terlebih dahulu bertanya dalam pikiran.
"Sepertinya senyum kakek itu tidak asing yaa... Dilihat seperti seseorang, tapi apakah mungkin dia?? Mana aku lupa menanyakan namanya. Hahh sudahlah, kamu tuh udah ngantuk, tidurlah. Besok banyak kegiatan yang harus dijalani."pikir Dila yang memulai masuk ke alam mimpi setelah membaca doa terlebih dahulu.
Bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/