Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Banyak revisi di bab 32, jadi bisa dibaca ulang. Maaf ya guys 🙏
Hari ini, Aiden dibebaskan karena dia terbukti tidak bersalah. Pria itu punya alibi yang kuat jika saat penusukan terjadi, dia sedang bersama beberapa temannya di sebuah kafe. Pengacara Aiden bergerak sangat cepat, membawa bukti rekaman CCTV di kafe tersebut. Aiden memang langsung menghubungi papanya untuk minta bantuan, dan pengacara, langsung dikirim oleh papanya yang saat ini sedang ada di Bali.
Selain itu, Laura juga sudah sadar, cewek itu memberikan keterangan jika yang menusuknya adalah Delmar. Tak ada lagi alasan Aiden ditahan, cowok itu langsung bebas sebelum 24 jam di tangkap.
Naomi yang baru keluar dari gedung sekolah, dibuat syok melihat Aiden sudah menjemputnya dengan motor kesayangan. Takut penglihatannya salah, segera dia menghampiri cowok itu.
"Benerkan apa yang aku bilang. Aku gak bersalah, bukan aku pelakunya," ucap Aiden penuh percaya diri.
Naomi yang merasa sangat lega, juga bersalah karena kemarin sempat mencurigai cowok itu, langsung memeluknya. "Maafin aku."
Aiden terkekeh, dia biarkan saja Naomi tetap memeluknya, padahal kalau saja cewek itu tahu sekarang banyak yang melihat, dia pasti malu sekali.
"Yang, dilihatin Pak Bagus," bisik Aiden.
Kesadaran Naomi seketika pulih, dia langsung melepas pelukannya dan mengedarkan mata ke sekeliling. Wajahnya seketika merah padam saat tahu banyak yang melihat. Bisa-bisanya dia lupa kalau ini masih di area sekolah. Saking bahagianya Aiden bebas, dia sampai lupa segalanya.
"Ma-mana Pak Bagus?" Naomi masih celingukan.
"Ya di ruangannya," sahut Aiden sambil terkekeh.
"Jadi kamu bohongin aku?" Naomi mendelik kesal sambil memukul lengan Aiden. Pak Bagus adalah guru BK yang terkenal paling galak, gimana dia gak langsung takut saat nama guru itu disebut.
"Delmar, apa dia juga sudah bebas?" Naomi ganti memikirkan sahabatnya itu. Killa sedang hamil, dia sedang hamil, pasti sangat tertekan.
"Belum," Aiden menggeleng. Dia dan Delmar di tahan di kantor polisi yang sama, jadi dia tahu kondisi Delmar. "Laura sudah sadar. Dia memberi kesaksian jika Delmarlah orang yang telah menusuknya."
Naomi langsung menutup mulutnya yang menganga. Enggak, gak mungkin, gak mungkin Delmar sampai melakukan penusukan. Dia kenal Delmar sejak kecil, meski sedikit belangsak, urakan, cowok itu tak mungkin melakukan hal seperti itu.
"Kita jengukin dia ya," Naomi menarik lengan jaket Aiden. Dia perlu mendengar pengakuan Delmar. Laura adalah teman Sasa, bukankah biasanya hanya orang-orang yang memiliki karakter yang sama saja yang bisa betah dalam satu circle. Dia tak bisa percaya pada Laura.
Aiden langsung mengiyakan.
...----------------...
"Del." Naomi langsung memeluk Del setelah polisi meninggalkan mereka.
Aiden memutar bola matanya malas dan segera menarik cewek itu ke arahnya. "Gak usah pakai pelukan juga kali, Yang," protesnya dengan tampang kesalnya.
"Maaf kelepasan," jawab Naomi sambil nyengir .
"Gua gak nyangka lo bisa bebas secepat ini," Delmar menatap Aiden. Perasaan baru kemarin dia melihat Aiden dimasukkan kedalam sel, walaupun tak satu sel. Tapi hari ini, cowok itu sudah bisa menghirup udara bebas kembali.
"Karena gue emang gak salah. Gue gak ada sangkut pautnya dengan kasus ini. Hanya saja gue sial karena identitas gue dipakai oleh oknum gak bertanggung jawab untuk mendaftar sim card," sahut Aiden.
"Sabar ya Del, semuanya pasti akan segera terungkap," ujar Naomi. "Gue yakin, bukan lo pelakunya."
Delmar mengalihkan pandangan ke arah lain, diam-diam menyeka air mata. Dia sungguh tertekan berada di tempat ini, selain itu, kondisi Killa juga sedang hamil besar. Dia takut tak bisa menemani istrinya itu melahirkan.
"Den, apa kamu mencurigai seseorang? Kira-kira siapa yang menggunakan identitas lo buat daftar sim card?" Delmar kembali menatap ke arah Aiden. Kemungkinan hanya orang terdekat Aiden yang tahu tentang KTP cowok itu. Orang terdekatnya jelas Naomi, tapi tak mungkin Naomi melakukan itu.
"Gue... Gue gak tahu, Del." Sebenarnya ada yang dicurigai Aiden, tapi cowok itu masih belum yakin. Terlebih dia takut rahasianya terbongkar jika menyebut nama Sasa. Ya, dia curiga jika Sasa yang telah menyalah gunakan KTP nya. Sasa sering masuk kamarnya, sudah pasti cewek itu bisa mengetahui apapun tentangnya, bahkan dokumen pribadi yang memang ada di kamarnya. Dia juga ingat, kalau Sasa pernah membaca foto kopi KK nya yang kala itu tergeletak di atas meja setelah dia gunakan untuk kepentingan kuliah. Mungkin saja, diam-diam Sasa memfoto KTP dan KK nya, entah awalnya untuk tujuan apa.
"Siapa ya Ai kira kira?" Tanya Naomi sambil menatap netra Aiden.
"A, aku gak tahu, Yang," jawab Aiden gugup.
Del bukan orang bodoh seperti Naomi yang bucin. Dia bisa melihat gelagat aneh dari bahasa tubuh Aiden. Cowok itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Kalau memang Aiden mencurigai seseorang, kenapa dia tak mau mengatakan? Ada apa sebenarnya. Tiba-tiba saja, Delmar teringat pada Sasa yang tengah hamil.
"Apa kalian tahu, kalau Sasa hamil?" tanya Del.
"Hah." Gumam Aiden dengan raut aneh. Tak tampak terkejut, melainkan cemas.
"Ha, hamil?" Naomilah yang terlihat sangat terkejut disini.
Melihat raut cemas Aiden, Delmar semakin yakin jika Sasa hamil anak Aiden. Mungkinkah, orang yang menyalah gunakan KTP Aiden adalah Sasa?
"Dia gak hamil anak kamu kan, Ai?" Naomi menatap curiga ke arah Aiden.
"Apaan sih, Yang," Aiden buru-buru menyangkal. "Kenapa setiap ada yang hamil, kamu nuduh aku. Kemarin kamu nuduh aku menghamili Laura, sekarang Sasa, lalu siapa lagi?" Aiden membuang muka. Dia tak mau bertatapan mata dengan Naomi, takut jika kebohongannya terendus.
"Maaf, bukanya nuduh, cuma nanyak." Naomi tak mau kembali salah tuduh seperti kemarin.
"Sama aja," Aiden pura-pura kesal. "Pulang yuk." Dia tak bisa lama-lama disini jika membahas soal Sasa.
"Ya udah kita pulang dulu ya, Del. Semoga masalah ini cepat selesai. Habis ini gue mau ke RS jenguk Killa."
"Salam buat Killa ya, Nom. Bilangin, aku kangen banget sama dia. Suruh dia jangan khawatirin gue. Gue baik baik aja disini, dan sebentar lagi, gue yakin akan bebas." Delmar yang tak merasa melakukan kesalahan, yakin jika kebeneran akan segera terungkap. Saat ini, dia mulai mencurigai Sasa. Dia hanya harus mencari benang merah kasus ini. Jika memang Sasa pelakunya, apa motif cewek itu menusuk sahabatnya sendiri.
Sepanjang perjalanan pulang, Naomi tak bisa tenang, dia terus kepikiran Sasa yang sedang hamil.
"Ai," panggil Naomi yang saat ini berada di boncengan Aiden. "Sasa bukan hamil anak kamukan?"
Aiden berdecak kesal. Dia fikir masalah Sasa sudah selesai, kenapa masih saja dibahas. "Ok, aku pernah ngelakuin itu sama Sasa, tapi aku pakai pengaman, Yang, jadi mustahil Sasa hamil anak aku. Bisa saja dia hamil anak Miko. Sasa itu pe rek, gak hanya tidur dengan aku aja, tapi sama Miko juga."
"Aku takut, Ai," Naomi memeluk punggung Aiden dengan mata berkaca-kaca. "Gimana kalau itu anak kamu?"
Aiden menggenggam tangan Naomi. "Enggak, itu bukan anak aku. Percaya sama aku, Nom."
jadi nom nom
bagus aku suka, ditunggu karya barunya tor👍