"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengalaman Pertama
Cup.
Sebuah kecupan lembut menjadi penutup kegiatan di leher Aurora. Di pojok ruangan, di tempat itulah ia dijadikan santapan oleh Pangeran Felix.
Senyum penuh kepuasan terbit di wajah Vampir itu, seperti bayi yang sudah kenyang oleh asi ibunya.
Sedangkan Aurora, sudah bisa ditebak bagaimana ekspresi gadis itu. Hatinya mengumpati Pangeran Felix begitu kencang, sedangkan bibirnya hanya bungkam.
"Ayo ikut aku!" ucap Pangeran Felix memecahkan keheningan. Ia menarik tangan Aurora meninggalkan ruang baca.
Masih di area istana. Di sebuah kandang kuda. Pangeran Felix dan Aurora berhenti di sana.
"Kuda ini sangat sensitif, dia bisa merasakan aura jahat, jadi bersikap baiklah padanya!"
Pangeran Felix menyuruh seorang prajurit yang berjaga untuk membuka kadang kuda tersebut dan mengeluarkannya.
"Kamu pernah naik kuda?"
Aurora menggeleng pelan. Lantas, Pangeran Felix tiba-tiba saja memegang pinggang Aurora, mengangkat tubuh gadis itu hingga naik ke atas kuda. Tubuh Aurora terlihat begitu ringan di tangan Pangeran Felix.
"Diam! Jangan sampai tarik talinya!"
Dengan gerakan yang begitu cepat, Pangeran Felix kini sudah berada di belakang Aurora, tangan kanannya memegang tali kendali kuda, sementara tangan kirinya melingkar memeluk perut Aurora agar gadis itu tidak kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Pangeran Felix menghentakkan kedua kakinya sedikit ke arah perut kuda, sehingga kuda itu mulai berjalan dengan normal.
"Lain kali akan kuajarkan caranya, sekarang cukup nikmati saja!"
Tali kendali sedikit ditarik, kuda hitam yang tampak gagah itupun mempercepat langkahnya, mulai berlari dengan kecepatan normal.
Seiring dengan hentakan kaki kuda itu, jantung Aurora semakin berdebar kencang. Ia tidak lagi mempermasalahkan tangan Pangeran Felix yang melingkar di perutnya, justru ia bersyukur, jika bukan karena itu, mungkin Aurora sudah terjatuh karena tubuhnya tidak seimbang sejak tadi.
Huaaa.... Bukannya terasa menyenangkan, ini justru terasa sangat menegangkan!!
Aurora memejamkan matanya saat kuda tersebut mulai berlari kencang, "Tu-tuan, sudah! Saya mau turun!!"
Pangeran Felix sama sekali tidak menghiraukan ucapan Aurora, ia justru tersenyum dan mulai melonggarkan pelukannya pada perut Aurora.
Karena reflek, Aurora menahan tangan Pangeran Felix agar tangan kekar itu tetap berada di sana. Karena jika tidak, mungkin tubuh Aurora akan terpental jatuh ke tanah.
Mata Aurora terus tertutup sepanjang kuda itu berlari dengan sangat kencang, hingga beberapa saat setelah kuda itu mulai berlari normal, barulah Aurora membuka matanya.
Huh. Akhirnya.
Melihat ekspresi Aurora, Pangeran Felix tertawa mengejek. "Yakin masih mau belajar berkuda?"
Hening, tak ada jawaban. Aurora sendiri mulai ragu dengan keinginannya. Tapi karena tidak ingin Pangeran Felix mengejeknya, Aurora terpaksa menjawab, iya.
Kegiatan berkuda itu berakhir dengan Aurora yang terduduk lemas di atas rumput taman, kedua kakinya sampai bergetar saat turun dari kuda. Sungguh pengalaman pertama yang sangat amat berkesan dan cukup membuat Aurora trauma!
Huh! Dia benar-benar menyebalkan! Pasti dia sengaja membuat aku ketakutan! Lihatlah senyum kejam itu terus dia pamerkan ke semua orang!
Aurora mendengus kesal. Ingin rasanya ia menumpahkan kekesalannya pada Pangeran Felix, tapi jika sampai hal itu terjadi, mungkin saja umur Aurora sudah tidak lama lagi!
"Sampai kapan kamu mau duduk di sana?!"
Pangeran Felix melangkah mendekati Aurora yang masih terduduk lemas. Gadis itu membuang muka.
"Cepat bangun!" titah Pangeran Felix.
"Tuanku yang baik hati, tunggu sebentar lagi ya, pelayanmu ini masih tidak kuat untuk berjalan," ucap Aurora diakhiri oleh senyum terpaksa.
"Lama!"
Hap. Dalam sekali gerakan tubuh Aurora sudah berada di dalam gendongan Pangeran Felix, membuat gadis itu melotot tak percaya.
"Tuan, apa yang Anda lakukan?! Turun, 'kan saya!"
"Jangan bergerak, atau aku akan melemparmu ke dalam kandang kuda!"