Dendam Dan Cinta Suami Cacat

Kepergian Vanes meninggalkan rasa sedih untuk Rere karena bagaimana pun Vanes telah membantunya menghancurkan Zeck.

Dan takdir sangat tidak adil untuk Vanes yang tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup yang lebih baik.

"Vanes, aku harap kamu bisa mendapatkan tempat yang lebih baik. Kamu orang baik terlepas dari apa yang telah kemu lalui selama beberapa tahun ini" Batin Rere sambil mengusap air matanya.

Dea melihat Rere yang terlihat sedih, dia sudah tahu semuanya dan untuk Rere dia juga sudah tahu Rere telah menikah dengan Edward.

"Sebelumnya Mas Zeck bilang dia sakit, dan aku rasa dia terkena peyakit kelamin sama seperti teman mu" Kata Dea membuka obrolan.

"Vanes bukan orang jahat, aku mohon maafkan teman ku" Rere meminta maaf atas nama Vanes.

Karena di masa hidupnya dulu Vanes selalu berharap untuk bisa merebut Zeck dari Dea dan anak-anak nya.

Dea melirik Rere, lalu menarik nafasnya panjang.

"Aku tak membenci nya, dia tak melakukan kesalahan apapun padaku. mas Zeck yang bersalah atas hancurnya banyak masa depan wanita, aku menyesal tidak mengetahui semua ini dari awal" Dea menjawab.

"Zeck memang otak dari semuanya" Rere membalas.

Dea mengangguk, untuk Zeck dia akan meminta orang lain untuk menguburkan mantan suaminya itu dengan layak.

Meski dia masih belum bisa memaafkan atas segala sakit yang dia dapatkan selama menjadi istri dari Zeck tapi Dea mencoba untuk berpikir lebih jernih..

Bisa saja dia meminta orang suruhan nya untuk membuang jenazah mantan suaminya itu ke tempat yang jauh dan terpencil, tapi Dea  tak melakukan hal itu karena dia tak mampu menjawab pertanyaan anak-anak nya nanti saat menanyakan kemana papa mereka, dan di kubur di mana papa mereka.

"Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaan mu, anak-anak mu membutuhkan mu" Ucap Rere sambil mengusap pundak Dea.

"Hem, aku akan fokus pada anak-anak ku. Terimakasih karena bantuan mu aku terbebas dari penyakit Zeck yang menjijikan" Kata Dea membalas.

Keduanya berpelukan hingga akhirnya Dea dan Rere sama-sama pergi dari rumah sakit.

Setelah mengetahui fakta meninggalnya Vanes Rere pun memilih menelpon suami nya.

"Halo".

"Vanes meninggal" Ucap Rere memberitahu.

"Bagaimana bisa?" Tanya Edward kaget.

Rere pun menjelaskan apa yang terjadi pada Vanes sesuai dengan keterangan dari dokter.

"Apa aku boleh minta tolong?" Tanya Rere.

"Hem, katakan" Balas Edward cepat.

"Tolong pinjamkan aku uang 100 juta, aku ingin menambahkan uang tabungan Vanes dan memberikan semua uang itu pada keluarganya" Rere mengatakan niatnya.

"Astaga, tidak ada pinjaman uang ku uang mu juga, aku akan menambahkan jumlah uang nya menjadi 200 juta" Sahut Edward lagi.

"Terimakasih" Rere merasa terharu dan senang.

"Hem, kirim kan saja nomor rekening nya, aku akan mengirimkan nya sekarang" Balas Edward.

Rere kembali mengatakan rasa terimakasih nya, setelah itu panggilan nya pun di matikan.

"Vanes, hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku tahu kamu merindukan keluarga mu" Gumam Rere sambil mengusap air matanya.

Setelah mengirimkan sejumlah uang Rere pun akhirnya memilih pulang, dia langsung jadi kembali karena merasa lengket.

Dan karena sudah berjanji Rere pun akhirnya mengantarkan makan siang ke kantor suaminya.

"Maaf" Ucap Rere karena dia menubruk seseorang.

"Kalau jalan pakai mata!" Bentak seorang pria.

Rere melihat pria itu, dia mengerutkan kening nya heran karena baru melihat pria itu di kantor.

"Saya sudah minta maaf, kenapa anda berbicara kasar!" Rere yang tidak Terima membalas.

"Kau pikir dengan minta maaf rasa sakit di tubuh ku akan hilang begitu saja, dasar wanita__" Ucap pria itu terpotong karena Rere menyela ucapan nya.

"Sakit di tubuh? Sakit apa? Kanker? Atau geger otak? Aduh kasihan sekali ya" Rere berkata dengan nada mengejek nya.

Membuat mata pria itu menatap horor ke arah Rere, tapi siapa perduli Rere malah acuh dan melengos pergi dengan rantang makanan di tangan nya.

Pria itu masih melihat ke arah Rere, dia merasa asing dengan Rere di perusahaan ini.

"Siapa dia, gadis yang unik" Gumam pria itu masih melihat ke arah Rere.

Sedangkan Rere dia yang sudah di dalam lift nampak terus menggerutu.

"Dasar pria nyebelin, lebay banget kesenggol dikit sampai sakit lebay kaya gitu" Rere menggerutu.

Hingga akhirnya pintu lift terbuka dan Rere langsung keluar, Rere melangkah cepat ke ruangan Edward dan saat di meja sekertaris Rere mengerutkan kening nya tidak melihat sekertaris suaminya yang baru.

"Aku merasa ada yang mencurigakan" Rere menatap tajam ke arah pintu.

Lalu perlahan Rere berjalan mendekati pintu, dia membuka pintu dengan pelan guna untuk mengintip semua yang terjadi di dalam ruangan suaminya.

Dan benar saja Rere melihat sekertaris suaminya yang sedang mencoba merayu Edward.

"Kurang ajar!" Rere mengepalkan tangan nya.

"Ini tidak bisa di biarkan" Lanjut Rere sambil membuka pintu lebar-lebar dan melangkah panjang ke dalam ruangan Edward.

Plakkk!!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi sekertaris baru itu.

"Beraninya kau menggoda suami ku, dasar wanita tidak tahu malu!" Rere menatap penuh marah pada sekertaris baru itu.

"Ini tidak seperti yang nona pikirkan, saya bisa menjelaskan semuanya" Sekertaris itu ketar ketir karena aksinya ketahuan.

"Masih bisa mengelak? Lihat kancing kemeja mu saja terbuka dua dan belahan dadamu terlihat! Apa itu yang di namakan tidak merayu hah" Rere berkata dengan menunjuk ke arah kemeja yang di kenakan sekertaris itu.

Dan membuat wanita itu gelagapan bingung harus menjelaskan seperti apa karena sudah ketahuan.

Bahkan dia ketahuan sebelum aksinya dia lakukan, padahal jika sudah mungkin dia masih akan mendapatkan kompensasi yang besar karena bisa menjebak bos nya dan memoroti uang nya.

"Sial!" Batin Maya.

"Mas, pecat dia" Ucap Rere kali ini melihat ke arah Edward.

"Baiklah" Balas Edward santai.

Apa!

"Tuan, nona saya mohon jangan lakukan itu, saya baru bekerja dua bulan saya masih punya banyak cicilan dan yang lain nya, saya mohon jangan pecat saya" Mohon Maya.

"Kamu pikir aku perduli,

Itu adalah akibat dari ulah mu sendiri, jadi nikmatilah apa yang kau tanam sekarang" balas Rere dengan wajah sinisnya.

"Tuan Saya mohon jangan pecat saya" Maya masih mencoba untuk memohon kepada Edward untuk tidak dipecat dari pekerjaannya saat ini.

Tapi tentu saja tidak dihiraukan oleh Edward yang malah acuh dan seperti tidak menghiraukan permohonan maafnya itu.

"Pergilah untuk apa kamu berada di sini lagi suamiku tidak akan tergoda oleh wanita sepertimu, pergi!" usir Rere dengan wajah garamnya.

Maya mengepalkan tangannya matanya nampak menatap tajam ke arah Rere yang tak kalah tajam juga menatap pada Maya.

"Aku tidak akan melupakan Kejadian ini, aku bersumpah akan membalas apa yang kalian lakukan padaku" ucap Maya dengan wajah marahnya.

"Silahkan saja, aku tidak takut pada mu" balas Rere yang malah menantang Maya.

Maya mendekati Rere dan tangannya berniat untuk menjambak rambut Rere tapi tangan nya dengan cepat ditahan oleh Edward, yang tentu tidak akan diam saja saat istrinya disakiti oleh orang lain.

"Pergi atau aku akan memanggil security untuk mengusir mu" ancam Edward sambil menepis tangan Maya dengan kasar.

Sekali lagi Maya mengepalkan tangannya dan menatap penuh kebencian kepada pasangan pasutri itu.

Tidak mau diusir dengan cara hina Maya pun akhirnya Pergi dari ruangan CEO, dan selain itu Maya juga pada akhirnya harus keluar secara tidak terhormat karena ketahuan sedang menggoda bosnya.

Kini di ruangan ber-ac itu tinggallah pasangan pasutri yang terlihat tidak saling menyapa, karena masih kesal dengan sang suami yang malah terkesan cuek saja setelah apa yang terjadi beberapa saat lalu di mana Maya Hampir aja menjadi orang ketiga di dalam hubungan mereka.

"Kamu nggak mau minta maaf?" tanya Rere pada akhirnya.

"Aku tidak bersalah" balas Edward dengan nada bicaranya yang masih santai.

"Kamu memang tidak salah tapi dia sudah merayumu dan kamu hanya diam saja bahkan aku tidak melihat penolakan sedikitpun dari mu" Rere memberikan tatapan marah nya kepada sang suami.

"Itu urusannya, yang jelas aku tidak membalas ataupun mengiyakan untuk dia menyentuhku bukan" Edward masih bersikap seolah dirinya tidak bersalah.

Dan hal itu semakin membuat Rere semakin bertambah kesal.

"Dasar egois!" Batin Rere jengkel.