Sorry, I Hurt You

Mendengar permintaan Delia, Marcell dan Ingrid saling menatap, seolah sedang berdiskusi dengan tatapan mata mereka. Lalu keduanya sama-sama mengangguk kecil.

"Baiklah. Kamu kasih alamat kantor kamu sama papa, biar nanti papa carikan apartemen yang dekat dengan kantor Zico, sekaligus kantor kamu," ucap Marcell tersenyum hangat.

"Terima kasih, Pa, Ma," ucap Delia tersenyum cerah penuh rasa syukur. Delia benar-benar senang karena kedua mertuanya setuju ia dan Zico tinggal terpisah dari mertuanya.

"Hah? Papa beneran mengizinkan kami tinggal terpisah dari papa dan mama?" tanya Zico tak percaya.

"Tentu saja," sahut Marcell, kemudian menatap istrinya, "iya, 'kan, Sayang?" tanya Marcell pada istrinya.

"Tentu saja," sahut Ingrid tersenyum manis.

"Aku kemarin minta izin sama papa dan mama untuk tinggal terpisah dari papa dan mama, tapi papa dan mama langsung menolaknya. Sekarang saat Delia yang meminta izin, papa dan mama malah langsung menyetujuinya. Sebenarnya yang anak kandung mama dan papa itu aku atau Delia, sih?" tanya Zico terlihat kesal.

"Delia ingin tinggal terpisah karena memiliki tujuan yang baik, yaitu ingin memangkas waktu untuk perjalanan pulang dan pergi ke kantor. Sedangkan kamu bertujuan agar bisa bebas selingkuh dengan simpanan kamu itu," tandas Marcell.

"Talitha bukan simpanan ataupun selingkuhan aku, Pa. Meskipun kami menikah secara siri, dia tetaplah istri aku," ucap Zico menghela napas kasar.

"Setelah papa pikir-pikir, dia tidak bisa di sebut sebagai istri siri kamu, karena kamu menikah tanpa izin dari papa dan mama, terutama dari Delia yang merupakan istri sah kamu di mata hukum dan agama. Apa kamu nggak tahu, kalau Delia nggak terima dengan pernikahan kamu itu, maka Delia bisa menuntut kamu," tandas Marcell.

Zico hanya bisa menghela napas panjang mendengar perkataan papanya. Ia tak bisa lagi menjawab, apalagi membela diri.

"Di rumahku sendiri, aku malah tidak mendapatkan dukungan dari orang tua kandungku sendiri," gerutu Zico tak berdaya.

"Siapa yang mau mendukung orang yang salah?" pungkas Ingrid sinis.

Sedangkan Delia yang sejak tadi mendengar perdebatan antara suami dan mertuanya mati-matian menahan tawa.

"Ha..ha..ha..kasihan sekali Kak Zico," batin Delia merasa puas dan senang.

Mereka terus mengobrol, hingga akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Setelah masuk ke dalam kamar, Zico langsung memegang tangan Delia.

"Dimana rasa hormat kamu pada suamimu? Kenapa kamu mengambil keputusan tanpa bicara terlebih dulu sama aku?" tanya Zico menatap tajam pada Delia.

Delia malah tertawa tanpa suara karena pertanyaan Zico, "Apa kakak lupa kalau kita hanya sepasang suami-isteri di atas kertas? Lalu, wanita mana yang akan menghormati pria yang kasar pada dirinya?" tanya Delia menatap tangannya yang dipegang lumayan erat oleh Zico. Gadis itu melepaskan tangan Zico yang memegang tangannya.

"Tapi tetap saja kamu harus berdiskusi dengan aku, kalau masalahnya menyangkut soal kita berdua," ucap Zico tak terima.

"Aku melakukannya agar kita tidak merasa terkekang di rumah ini dan kakak tidak perlu berpura-pura bersikap baik sama aku di depan mama dan papa. Saat kita tinggal di apartemen nanti, kita jalanin kehidupan kita masing-masing tanpa saling menganggu. Setelah satu tahun usia pernikahan kita, aku akan menggugat cerai kakak sesuai keinginan kakak yang pernah kakak ucapkan di malam pertama pernikahan kita," ucap Delia dengan santai tanpa beban, lalu bergegas menuju kamar mandi.

Sedangkan Zico nampak tertegun mendengar perkataan Delia barusan. Entah mengapa Zico merasa tidak senang mendengar perkataan Delia barusan. Padahal waktu itu ia sendiri yang ingin berpisah dengan Delia setelah usia pernikahan mereka satu tahun. Tapi, kenapa sekarang merasa tak rela?

Zico tersadar dari lamunannya saat handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk. Setelah melihat siapa yang menelpon dirinya, Zico pun bergegas menerima panggilan masuk tersebut.

"Gimana?" tanya Zico to the point pada si penelpon yang tak lain adalah Davin.

"Setelah melihat gerak-gerik orang yang bernama Andri ini, aku bisa memastikan, seratus persen dia suka sama istri kamu. Sedangkan istri kamu sepertinya belum menyadari kalau pemuda itu menyukainya. Menurut isu yang beredar di kantor dia hari ini, dia tidak pernah dekat dengan seorang wanita pun. Delia adalah satu-satunya wanita yang dekat dengan Andri dan bisa membuat Andri tertawa. Ini benar-benar amazing, bro! Belum seminggu kalian menikah, tapi sudah ada orang yang mendekati istri kamu. Sepertinya mata pemuda bernama Andri ini lebih jeli, teliti dan lebih tajam dari pada kamu. Dia bisa melihat berlian yang tertutup lumpur," ucap Davin dari sambungan telepon.

"Berhenti meledek aku! Info apalagi yang kamu dapat?" tanya Zico terdengar kesal.

"Asisten Andri sepertinya juga menyimpan rasa sama Delia, tapi kelihatannya dia nggak mau saingan dengan Andri yang merupakan bosnya. Sepertinya kalau kamu menceraikan Delia, aku harus bersaing dengan orang yang bernama Andri dan Fandi ini. Kabari aku kalau kamu bercerai dengan Delia, agar aku bisa memulai start mendekati dia lebih dulu dari yang lain," pinta Davin tanpa dosa.

"Jangan mimpi! Aku nggak akan pernah menceraikan Delia," sergah Zico dengan suara berat dan dingin.

"Kok, aku mencium aroma cemburu, ya?" cetus Davin mengulum senyum.

"Siapa yang cemburu? Cinta aja enggak," kilah Zico.

"Lah, kalau nggak cemburu dan nggak cinta, ngapain kamu jadi sewot gitu, bro? Kamu itu peduli, dan merasa terusik, bahkan nggak suka hanya karena aku bilang aku harus bersaing untuk mendapatkan Delia setelah kalian bercerai. Apa artinya semua itu kalau bukan karena kamu suka sama dia? Kalau cinta ya, bilang cinta aja, nggak usah sok gengsi dan kamu tutup tutupi! Nanti kamu menyesal dan rugi sendiri. Urusan hati itu bukan masalah sepele, bro! Dampak dari hati kita yang tidak bahagia itu bisa berimbas pada semua aspek kehidupan yang kita jalani. Bisa memengaruhi segala hal. Karena itu, kamu harus hati-hati dengan hati!" ujar Davin.

"CK. Bicaramu seperti pujangga cinta aja. Nyatanya sampai sekarang juga masih jomblo," cibir Zico.

"Aku jomblo karena belum ketemu jodoh. Pdkt, pacaran dan bubaran udah pernah. Aku udah tahu gimana rasa pahit dan manisnya cinta. Jadi, walaupun sekarang aku jomblo, aku lebih berpengalaman daripada kamu. Beda level dari kamu yang nggak pernah deket, apalagi pacaran sama cewek, tapi tahu-tahu langsung punya istri dua. Mirisnya lagi, meskipun punya istri dua,, tapi belum pernah merasakan indahnya surga dunia saat bercinta. Miris .. miris.." ledek Davin menertawakan Zico.

"Kau.." geram Zico, kemudian mengakhiri panggilan dengan perasaan kesal setengah mati.

Ini salahnya juga, karena menceritakan masalah rumah tangganya pada orang lain, hingga akhirnya malah jadi bahan ledekan untuk dirinya. Seharusnya ia lebih bijaksana dan bisa memilah mana yang boleh di ceritakan pada orang luar dan mana yang harus disimpan dan di tutupnya rapat-rapat.

Sedangkan Davin yang melihat sambungan teleponnya sudah terputus malah tergelak. Ia senang sekali menggoda Zico. Namun Davin merasa kesal saat mengingat sahabatnya itu tak kunjung menyadari perasaan cintanya.

"Dasar Zico bodoh! Entah dia belum menyadari perasaan cintanya atau gengsi mengakui perasaannya. Tapi dua hal itu tak akan baik untuk hubungannya kelak. Aku tak tahu lagi harus bagaimana membuat dia mengakui perasaannya. Aku takut suatu saat ia akan menyesali sikapnya sendiri," gumam Davin menghela napas panjang.

Sedangkan di kamar Zico, usai menggosok giginya dan memakai skincare, Delia kembali bersiap untuk tidur di lantai seperti yang ia lakukan kemarin. Sedangkan Zico langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi.

"Aku memang merasa kesal saat melihat ada pria lain yang menyukai Delia. Aku kesal saat Delia bicara dengan nada lembut pada pria lain. Apa benar aku suka sama Delia?" gumam Zico yang kembali mengingat kata-kata Davin tadi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued