Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pecahnya bisul emak
"Kamu ngomong apa? Aku tidak sedang macam-macam di dalam sana!" jawab Abdul, memelankan suaranya.
Atun tersenyum getir, ia tahu Abdul hanya sedang berkilah. Mana mungkin seorang laki-laki berdiam diri saja di dalam rumah seorang wanita, janda pula!
"Aku akan memanggil pemilik rumah ini, biar jelas semuanya!" Atun menuju pintu gerbang tinggi tersebut, sudah tentu ia akan menggedor dan membuat keributan. Namun Abdul mencegahnya, menahan Atun dan menyeretnya menjauh.
"Jangan halangi aku Mas! Aku yakin kamu sedang bermain gila dengan perempuan itu!" teriak Atun.
Tanpa pikir panjang, Abdul membopong tubuh Atun.
"Lepas Mas!" teriak Atun, memukul dan menjambak rambut suaminya.
Abdul menjadi kesal, walupun pukulan Atun tidak seberapa. Tubuh Abdul yang besar itu sempat terhuyung, tapi masih bisa menahannya.
"Turun Mas,,, turunkan aku....!!!!" teriak Atun tak bisa di kendalikan lagi, ia sengaja berteriak-teriak agar suaminya segera menurunkan Atun.
"Abdul, Atun!" Rara dan Ammar keluar dari pagar rumahnya, berlari mendekati kedua suami istri yang sedang bertengkar, tapi main gendong-gendongan sambil berlari.
Abdul pun menurunkan istrinya itu.
"Dia Mbak!" tunjuk Atun kepada abdul.
"Kamu Tun!" jawab Abdul tak mau kalah.
"Halah! Kalian itu sama saja. Kamu juga, ngapain gendong Atun kayak karung beras?" kesal Rara kepada abdul.
"Dia ada di dalam rumah janda kaya itu! Dia selingkuh Mbak!" ucap Atun, suaranya berat menahan amarah. Niat hati, sedikit meminta pembelaan dari Rara.
Rara menatap Abdul dengan tak percaya, terbersit tanya di dalam hatinya. "Opo Iyo, Abdul selingkuh? Sekarang dia laku rek!"
Begitu ekspresi Rara melongo tanpa berkedip.
"Bohong Ra, aku sedang di minta untuk menjaga rumah atasan ku saja. Orangnya tidak ada kok." jawab Abdul.
"Ngapain kamu jaga rumah orang? Bukankah kamu bilang kalau kamu sudah di pecat? Terus kamu ngapain masih berhubungan sama dia?" tanya Atun, dadanya naik turun menahan emosi.
"Sudah ku bilang Tun, aku cuma dimintai menjaga rumahnya. Bu Wina nya sedang keluar kota!" ucap Abdul penuh penekanan, ia benci di salahkan Atun.
"Bohong! Tadi aku melihat ada perempuan paruh baya, pembantu di rumah itu ada kok. Kamu pasti cuma mencari alasan. Dan kamu tidak bisa membohongi aku lagi Mas, karena aku sudah sering melihat mobilmu wira-wiri datang ke komplek sini. Kamu pasti sudah berselingkuh sejak lama!"
"Dah lah, percuma ngomong sama kamu!" Abdul mengibaskan tangannya, ia memilih pergi saja.
"Kita belum selesai mas!" Atun menghadang Abdul.
"Kalau mau selesai, ayok kita pulang!" ajak Abdul.
"Aku mau tahu kamu berbohong atau tidak? Aku mau masuk ke rumah itu, aku mau tahu_"
"Ngapain masuk rumah orang?" kesal Abdul.
"Lha, kamu ngapain di rumah orang? Kamu ngapain Mas?" ulang Atun, ia benar-benar emosi, mendorong bahu Abdul lumayan keras.
"Sudah aku bilang aku cuma dimintai menjaga rumahnya. Itu saja Tun!" Abdul pun nampak geregetan.
"Kalau begitu ya tidak masalah jika kamu memperlihatkan padaku siapa dan ada apa di dalam sana?"
"Bisa nggak kamu itu mengerti sekali saja!" Bentak Abdul, ternyata dia lebih dulu terbakar emosi.
"Kamu Mas? Bisa tidak kamu buat aku percaya, mengerti aku sekali saja?" marah Atun.
Dan benar saja, sebuah pukulan melesat di wajah Atun. Abdul sudah tidak bisa menahan amarahnya, perempuan itu terpekik.
"Jangan kasar Dul!" Ammar mendorong Abdul, ia terlambat menghalangi pukulan tangan besar itu kepada Atun.
"Kamu tidak perlu ikut campur Ammar! Ini tidak ada hubungannya dengan kamu. Atau kamu sedang mengincar istriku?" ucap Abdul dengan senyum mengejek.
"Jaga mulut kamu Dul, aku sudah punya istri dan istriku adalah saudara istrimu. Aku kakaknya! Kakak iparmu juga!" marah Ammar.
"Halah, kamu pikir aku tidak tahu kalau sebenarnya kamu itu menaruh hati kepada Atun, bahkan sejak lama!" Abdul tersenyum menyeringai, ia merasa menang bisa membongkar rahasia hati sang kakak ipar.
Bugh!
Kini Ammar yang menghadiahkan bogem kepada abdul. "Itu hadiah, agar kamu menjaga mulutmu Dul." geram Ammar.
Namun tak tinggal diam, Abdul juga menghadiahkan bogem mentah kepada Ammar.
"Haduh, piye iki? Tolong....!" Rara berteriak bingung, ia meminta tolong kepada satpamnya, namun satpamnya itu masih kesulitan karena kedua adik iparnya itu sama-sama besar, tinggi dan gagah perkasa.
"Mas! Sudah Mas!" teriak Atun tak kalah khawatir.
"Emaaakkk.....!" teriak Rara pada akhirnya, ia benar-benar takut, sementara Bima sedang tak ada di rumah.
Pukul-pukulan dan dorong-dorongan masih berlanjut, bahkan satpam yang melerai mereka sudah terpental dengan hidung yang membiru.
"Aduh, ribut-ribut kenapa lagi!" pekik emak Rodiah baru saja keluar dengan wajah bengkaknya.
"Emak! Itu Mak! tolongin Mak!" tunjuk Rara kepada dua adik ipar yang berkelahi sangat seru.
"Owalah, kalian ini kok bisa gelud!" teriak emak, perempuan tua itu mendekati kedua menantunya, ia memanggil kedua menantunya itu bergantian namun seolah tak di dengar.
"Dul! Ammar! Berhenti.....!" teriak emak, sambil meringis menahan sakit di pipinya.
Namun keduanya tak peduli, bahkan semakin menjadi.
"Stop!"
Emak Rodiah berhasil mendapatkan celah diantara keduanya. Ia membentang tangan diantara Abdul dan Ammar.
Tapi tanpa di duga oleh Emak Rodiah, Sebuah pukulan maha dahsyat mendarat tepat di pipi bengkak sang ibu mertua.
Bugh!
Nginggg.......
Emak Rodiah jatuh tergeletak dengan sangat indah.
"Emaaaaakkkkkk......!!!"
Atun dan Rara berteriak bersamaan, perempuan tua itu tumbang tanpa bersuara, dengan bibir dan pipinya berdarah.
"Hah!" Ammar mematung, emosinya berhenti mendadak berganti dengan keterkejutan yang sungguh membuatnya takut.
"Emaaakkk! Bangun Mak!" teriak Rara begitu pula Atun.
"Emak!" gumam Abdul, ia juga tak kalah terkejut, bogem mentahnya malah membuat sang Emak pingsan.
Bukan hanya pingsan, tapi bisul yang selama ini sangat di sayangi sang emak telah pecah dengan darah bercampur nanah mengalir banyak sekali.
"Ini gimana rek? bisulnya pecah, emak pingsan!" ucap Rara, ia menepuk-nepuk wajah emak, namun tak ada respon sama sekali.
"Kalian kenapa diam saja? Ayo bawa emak ke dokter!" pekik Atun kepada dua laki-laki yang sejak tadi diam saja.
"Emak pingsan!" gumam Abdul.
"Ini gara-gara kamu Mas, kamu yang mukul Emak! Kamu yang harus bertanggung jawab, bawa Emak ke dokter sekarang!" bentak Atun.
"Kenapa aku?" tolak Abdul, ia melirik Ammar yang sibuk mengelap sudut bibirnya, sepertinya bibir pria itu pecah.
"Ya kamu! Kamu yang membuat keributan ini!" marah Atun lagi.
Tanpa bicara lagi, Ammar menggendong tubuh ibu mertuanya itu, lalu berjalan menuju mobil Abdul walaupun tanpa persetujuannya.
Tanpa bicara pula, Ammar meraih kunci mobil dari saku celana Abdul, ia mulai menyalakan mesin dan membawa emak.
"Gimana ya Mbak, emak nggak apa-apa kan?" tanya Atun.
"Ya ndak tahu Tun, semoga saja Emak tidak gegar otak dan meninggal." ketus Rara, ia membuang nafas kasar, menatap tajam Abdul juga Ammar bergantian.
Hingga tiba di klinik kesehatan yang dulu tempat Emak Rodiah berobat, Ammar kembali menggendong tubuh Emak Rodiah masuk kedalam sana.
"Ayo pulang!" ajak Abdul kepada Atun.
Atun mendesah berat, ia bingung melihat emaknya baru saja masuk ke dalam.
"Kalau tidak mau ya sudah, aku saja yang akan pulang!"
kasian tp mo ketawa, ketawa aja ahh
emak..emak cepet sembuh yah supaya bisa marah2 lg ..
dan kau Atun jgn plin plan gitu lah sama si Abdul..marah boleh tp logika jln terus../Shy//Shy/
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )