NovelToon NovelToon
Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:31.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

"Bisakah kita segera menikah? Aku hamil." ucap Shea Marlove dengan kegugupan ia berusaha mengatakan hal itu.
Tak ada suara selain hembusan nafas, sampai akhirnya pria itu berani berucap.
"Jangan lahirkan bayinya, lagipula kita masih muda. Aku cukup mencintaimu tanpa perlu hadirnya bayi dalam kehidupan kita. Besok aku temani ke rumah sakit, lalu buang saja bayinya." balas pria dengan nama Aslan Maverick itu.
Seketika itu juga tangan Shea terkepal, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelum ia gugup mengatakan soal kehamilannya.
"Bajingan kau Aslan! Ini bayi kita, calon Anak kita!" tegas Shea.
"Ya, tapi aku hanya cukup kau dalam hidupku bukan bayi!" ucapnya. Shea melangkah mundur, ia menjauh dari Aslan.
Mungkin jika ia tak bertemu dengan Aslan maka ia akan baik-baik saja, sayangnya takdir hidupnya cukup jahat. ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Sinar cahaya yang masuk membuat Shea membuka matanya dengan pelan, sebuah tangan mungil terasa hangat di pipi Shea.

“Mengatakan aku seperti Anak kecil, tapi Mommy yang selalu membuat aku cemas. Lihat saat ini, menjaga diri sendiri saja Mommy tak bisa.” ucapnya.

Shea mengerjap kaget mendengar suara Sean. Jelas Shea masih di Los Angeles, bagaimana ia tak terkejut akan hal itu.

“Sean.” kaget Shea langsung duduk.

Sean berdecak pelan.

“Hmm, ini aku Mom. Bukan mimpi tapi nyata.” balas Sean.

Tubuh kecil itu langsung ditarik oleh Shea masuk ke pelukannya, Shea rindu sekali pada Putranya itu.

“Apa yang terjadi? Kenapa Sean jadi menemui Mommy dan…”

“Mommy membuatku cemas.” jawab Sean sebelum Shea selesai berucap.

Sebentar, apa yang terjadi? Bukankah tadi malam Matthew yang membawanya pulang? Shea masih ingat tubuh Matthew yang menggendongnya dan Shea sangat yakin untuk itu.

“Sayang, jangan cemas tentang Mommy tapi dimana Aunty Jane?” tanya Shea.

Bagaimanapun Shea harus bertanya dengan Jane.

Tampak pintu terbuka sebelum Sean menjawab.

Jane terlihat membawa nampan berisi sandwich dan segelas susu.

“Shea, akhirnya kau bangun juga. Aku bawakan sarapan untukmu. Aku dan Sean sudah sarapan lebih dulu.” ucap Jane meletakan nampan itu kepangkuan Shea.

Shea membalas dengan anggukan.

“Jane.” ucap Shea saat melihat Jane memangku Sean.

“Hmm? Ada apa?” balas Jane.

“Bagaimana bisa aku berakhir disini? Dan kenapa kau membawa Sean ke Los Angeles?” tanya Shea.

Jane menghela nafasnya pelan.

“Mau bagaimana lagi, aku tak tahu kabar tentangmu dan Matthew. Karena Sean merindukanmu makanya aku menghubungi ponsel Matthew, namun yang kudapatkan malah kabar buruk.” ucap Jane.

Shea menatap mata indah milik Sean yang terus menatapnya.

“Soal itu, maafkan aku Jane. Aku…”

“Lupakan tentang itu, kita bicara nanti saja Shea. Lanjutkanlah sarapanmu.” ucap Jane.

Sean menyentuh tangan Shea.

“Mom, makanlah. Jangan sakit.” ucap Sean membuat Shea tersenyum.

“Baiklah sayang.” balas Shea.

Shea menurut, ia makan sarapan itu dengan baik.

***

Terlihat Shea dan Jane duduk berdampingan, saat ini Sean tak disisi mereka.

“Aku mengalami hal yang sama saat aku tak meminum obat depresi yang dianjurkan oleh Dokter. Aku kehilangan beberapa ingatanku dan aku malah mengingat kisah lamaku dengan Aslan saja, mungkin ia akan menyadari keanehanku, Jane.” ucap Shea bercerita.

“Maksudmu kau akan ketergantungan dengan obat itu? Shea, itu tak baik. Bagaimana kalau akhirnya kau malah melupakan segalanya? Sejak awal ada baiknya kau tak mengkonsumsi obat itu dan lihat sekarang, pasti Aslan akan mengambil kesempatan untuk mendapatkanmu lagi. Aku juga tak akan rela kalau Aslan mengetahui tentang Sean! Aku sangat ingat bagaimana dia menolak kehamilanmu dimasa lalu Shea.” ucap Jane beremosi.

Shea menggenggam tangannya sendiri, suara Shea tak bisa terucap.

“Aku mau kau berobat ulang Shea! Kau tak bisa terus mengonsumsi obat yang seperti itu, apalagi sekarang Matthew masih dirawat dalam keadaan koma. Untuk sementara waktu aku akan menjagamu dan Sean.” ucap Jane.

Tiba-tiba Shea terkejut pada ucapan Jane.

“Apa? Matthew masih dirawat? Bukankah yang membawaku kembali tadi malam adalah Matthew?” tanya Shea dengan raut wajah terkejut.

“Ya? Matthew?” tanya Jane membuat Shea mengangguk dengan yakin.

“Shea, tadi malam kau pulang bersama Digo. Aku menyerah mencarimu, jadi aku minta bantuan Digo untuk mencarimu. Dia menemukanmu tertidur didepan sebuah minimarket.” ucap Jane bercerita.

Shea segera menggeleng.

“Tidak. Itu tak benar, aku pergi dari kediaman Aslan lalu di tengah jalan kota tiba-tiba saja aku menabrak tubuh seseorang dan… itu Matthew, aku yakin.” ucap Shea tak menceritakan secara mendetail.

Jane mengernyitkan dahinya.

“Shea, aku rasa obat itu semakin membuatmu…”

“Jane, aku tak bohong. Matthew bahkan memasukan obat ke mulutku, dia menggendongku dan aku bersandar di dadanya. Aku pulang dengan Matthew, aku sangat mengingat wangi parfum itu. Itu wangi Matthew.” ucap Shea.

Jane memberikan tatapan yang membuat Shea kesal.

“Kau tak percaya padaku?” tanya Shea.

Jane menyentuh tangan Shea, lalu ia genggam.

“Shea, kita ke rumah sakit saja kalau kau ingin melihat keadaan Matthew.” ucap Jane.

“Kau benar-benar tak mempercayaiku Jane, aku sangat yakin bahwa Matthew yang menggendongku. Dia juga yang meminumkan aku obat.” ucap Shea lagi.

Jane hanya bisa menghela nafas dengan pelan.

***

~Rumah sakit.

Shea terdiam memikirkan dirinya sendiri saat menatap Matthew ternyata masih terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, lalu siapa yang tadi malam menolong Shea? Shea sangat yakin sekali kalau yang tadi malam itu Matthew! Shea mengingatnya dengan jelas.

“Bagaimana? Apa kau masih meyakini tentang tadi malam itu adalah Matthew? Lalu siapa yang terbaring ini Shea?” tanya Jane.

Tak lama pintu terbuka, ada Digo yang menggendong Sean.

Jane langsung berucap pada Digo.

“Digo, kenapa kau membawa Sean kesini? Aku kan sudah bilang agar Sean tetap menunggu di mobil.” ucap Jane.

Bukan Digo yang menjawab tapi Sean.

“Aunty, aku mau lihat Daddy.” ucapnya minta diturunkan dari gendongan Digo.

Sean melangkahkan kakinya, ia mendekati Shea.

“Daddy sedang sakit.” ucap Shea membuat Sean menatap ke arah ranjang dimana Matthew terbaring lemah disana.

Sean tak mengatakan apapun, dia hanya diam saja.

Shea berjongkok menyentuh lembut pipi Sean.

“Tak apa. Daddy akan segera pulih dan berkumpul lagi bersama kita, sayang.” ucap Shea.

Mata Sean masih menatap Matthew sampai suaranya terdengar pelan.

“Mom, aku mau keluar sebentar.” ucap Sean.

“Biar Mommy temani.” ucap Shea yang langsung menggendong Sean.

Sean menunjuk ke arah pintu luar.

“Aku menginginkan es krim, Daddy selalu mengatakan bahwa Anak laki-laki tidak boleh menangis. Untuk saat ini aku mau makan es krim, aku tak mau menangisi Daddy karena Daddy akan baik-baik saja. Aku benar kan?” tanya Sean.

“Hmm.” balas Shea seraya mengecup singkat pipi Sean.

Shea menoleh pada Jane.

“Aku tinggal sebentar Jane.” ucap Shea.

“Iya, Hati-hati.” balas Jane.

Shea mengangguk, ia segera membawa Sean keluar dari ruang rawat Matthew.

***

Shea menatap Putranya yang menikmati es krim, sesekali Sean menoleh pada Shea.

“Kapan Daddy akan bangun, Mom?” tanya Sean membuat Shea tersenyum.

“Secepatnya, Daddy hanya tidur sementara saja.” ucap Shea menahan rasa sesak di dadanya. Bukankah saat ini Sean hanya berusaha tak menangis? Itulah yang Shea pikirkan tentang perasaan Putranya.

“Apa yang terjadi jika Daddy dan Mommy meninggalkanku?” tanya Sean lagi.

Es krim itu sudah tak lagi Sean makan.

“Sean, apa yang kau bicarakan? Kami tak akan meninggalkanmu. Kau terlalu kecil dan…”

“Makanya aku akan selalu kecil agar Mommy tak meninggalkanku.” ucap Sean membuat air mata Shea terjatuh.

Shea segera mengusap air matanya, setelahnya Anak itu menghampiri Shea lalu memeluk Shea.

“Aku tak suka Mommy sakit! Sehatlah terus, setidaknya rawat aku yang kecil ini. Aku tak mau besar agar aku terus di sisi Mommy.” ucap Sean.

Setelah mengatakan itu tampak m melepaskan pelukan itu, ia menatap Shea yang semakin meneteskan air matanya.

“Ck! Mommy jelek kalau sedang menangis, pergilah ke kamar kecil untuk mencuci muka Mommy. Aku akan menunggu Mommy disini sambil menyelesaikan makan es krimnya.” ucap Sean membuat Shea tersenyum gemas.

Shea berikan kecupan beberapa kali di kening Sean.

“Tidak, Mommy tak mau meninggalkanmu disini seorang diri. Ayo kita masuk bersama dan…”

“Mommy, apa Mommy berpikir bahwa aku akan kabur? Aku ini takut kehilangan Mommy, mana mungkin aku hilang dengan sendirinya. Toiletnya dekat, itu Mom.” tunjuknya.

Shea menoleh, memang dekat tapi rasanya tak penting buat Shea mencuci wajahnya.

“Kita masuk ke dalam saja Sean, Mommy…”

“Mom, cucilah mukanya sebentar saja. Aku tak suka air mata Mommy masih disana.” ucap Sean lagi.

Shea menghela nafasnya saat Sean kembali duduk seraya menikmati es krim itu lagi.

“Baiklah, Mommy hanya sebentar.” ucap Shea menyerah.

Sean mengangguk kecil.

Seperginya Shea, Sean menoleh ke arah bangunan rumah sakit itu. Sean segera turun dari duduknya, ia berlari membawa es krim itu masuk kembali ke rumah sakit.

***

Bruk!

Tubuh kecil Sean terbanting usai menabrak tubuh besar pria bersetelan jas ditemani bawahannya.

Dia adalah Aslan Maverick, tatapannya dingin melihat Anak kecil yang kini terduduk di lantai.

“Setidaknya, kau memiliki orang tua di sampingmu.” ucap Aslan menatap Sean.

Es krimnya sudah dinikmati oleh lantai.

Aslan berjongkok di depan Anak laki-laki dengan sorot mata yang tak kalah dingin sepertinya.

Oh Tuhan, bagaimana bisa wajah itu mirip dengannya? Aslan menyadari itu, tapi ia tak terlalu peduli.

Didunia terkadang memang begitu kan? Terkadang siapapun bisa memiliki kemiripan dengan siapa saja. Begitulah pikir Aslan.

“Jangan menghinaku, aku memiliki orang tua yang lengkap!” balas Sean.

Sean sempat tertegun menatap wajah Aslan namun seperdetik setelahnya ia menampilkan wajah kesal.

“Mommy ku membenci orang yang tak bisa mengatakan kata maaf, sekalipun aku tak sengaja tapi Uncle lah yang membuat aku terjatuh. Mommy ku tak suka kalau aku terluka, jika Uncle bertemu dengan Mommy ku maka dia akan memarahimu.” ucap Sean segera bangkit dari posisinya.

Aslan malah mengukir senyum, Anak laki-laki itu cukup lucu.

Selembar dolar Aslan keluarkan lalu ia berikan di tangan mungil Sean.

“Aku terlalu sibuk hanya untuk bertemu dengan Mommy mu. Sampaikan saja salamku pada Mommy mu itu, katakan padanya bahwa dia sangat hebat dalam mendidik Putranya untuk bicara berani pada seorang yang lebih tua.” balas Aslan.

Setelah mengatakan itu Aslan pergi meninggalkan Sean seorang diri, Sean hanya diam menatap punggung Aslan yang makin jauh. Di tangan kecilnya ada uang pemberian dari Aslan.

‘Dia pria yang payah.’ ucap Sean membatin.

Perlahan Sean melangkah lagi, ia harus kembali sebelum Shea keluar dari toilet.

'Aku tak salah kan? Aku memang sempat melihat wajahnya tadi, dia mirip denganku tapi dia terlalu menyebalkan! Dia kasar, dia tak punya sikap yang baik pada Anak kecil.' ucap Sean kembali duduk memegang selembar uang dolar pemberian Aslan.

"Sayang, ayo sini Mommy gendong." ucap Shea yang kembali datang.

Sangat jauh berbeda! Shea itu lembut dan Aslan... Ah tak bisa dideskripsikan! Aslan terlalu buruk!

Bersambung…

1
Bandar Jayalampung
aku jd bingung . klo Mathew anaknya athur artinya shie sodara kandung sama matew ya 🙏
Bandar Jayalampung
smga shea slmt
Bandar Jayalampung
hRusnya kalian sadar she hanya untuk aslan
Lee Mba Young
lanjutt
Epijaya
pasti mommy Aslan yg memintak penjahat td utk mencelakankan Shea dgn memfitnah Aslan.
muna aprilia
lanjut
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!