Antara Cinta Dan Cita-cita

merasa bosan di dalam ruangan kantor Agung keluar dari ruangan untuk melihat-lihat kinerja dari para karyawan.

sesuai dengan permintaan dari tuan Hendrik agar Agung bersedia untuk menertibkan karyawan di perusahaan Cemerlang Jaya.

Agung berjalan ke bawah dan berencana untuk nongkrong di kantin perusahaan, namun ketika dia berdiri di depan pintu perusahaan tiba-tiba sebuah mobil agiya parkir sembarangan di hadapannya.

"hei kamu Agung kan anak Smansa teman satu sekolahku dulu? by the way , di sini kerja sebagai apa? Pasti petugas kebersihan kan ?"

tentu Agung masih ingat siapa wanita yang berbicara dengannya, dia adalah Nina teman sekelasnya yang sejak dari SMA terkenal angkuh karena kebetulan orang tuanya dari kelas menengah.

"bukan aku hanya sekedar mampir karena jumpa teman tadi di sini?"

"oh temen kamu petugas kebersihan di kantor ini, ya sudah maaf ya saya tinggal dulu, karena kita tidak dilevel yang sama anggap saja kita GK kenal dan tolong jangan menyapa didepan orang lain ok, see you"ucap Nina dan dilanjutkannya

"ya , dasar miskin, biar otak bagus tapi rezeki tetap sekarat "

Nina akan masuk ke dalam perusahaan tetapi di berhenti ketika melihat gadis cantik berjalan kearah Agung.

"hei Nono Shilla kan ? gimana kabarnya?"

Nina menyapa Sheila jangan sangat sopan namun sela mengabaikan dan terus melangkah ke arah Agung.

"nona Sheila sedang nyari dia ?apa dia ada yang nyuri sesuatu ?, Dia dan keluarganya memang miskin jadi wajar aja kalau dia datang kemari untuk mencuri, sebaiknya panggil saja petugas keamanan untuk bawa dia ke kantor polisi"

Sheila menghentikan langkahnya dan mengurutkan keningnya mendengar ucapan dari Nina.

"maaf kamu siapa ya?"

melihat Sheila tidak mengenalinya dan tadi dia sudah bertingkah sok akrab pada Sheila, membuat Nina sedikit malu, namun dia tetap melanjutkan karena dia ingin mempermalukan Agung.

"mungkin nona Sheila lupa sama saya saya nina kawannya Cindy, dulu kita pernah duduk nongkrong di plaza"

Cindy memang teman Sheila dan mereka memang sering nongkrong, namun Sheila merasa tidak pernah melihat Nina namun bisa saja Sheila yang lupa mungkin saja memang benar mereka pernah nongkrong bersama Cindy.

"oh temannya Cindy ngapain? mau cari siapa?"

aku lagi nyari cowok aku yang kerja di sini dia punya jabatan bagus katanya kepala seksi di bagian pemasaran"

"oh namanya siapa?"

Agung menyela pembicaraan mereka sambil mengedipkan matanya pada Sheila, dan Sheila yang memiliki IQ di atas rata-rata tentu mengerti maksud dari kedipaan mata Agung padanya.

dia telah melihat sikap Nina yang meremehkan Agung dan dia memahami maksud Agung agar terus membiarkan Nina menunjukkan kesombongannya pada Agung.

"emangnya kamu siapa apa?kelas rendah seperti kamu layak bertanya tentang pejabat di perusahaan ini?"

"ya mana tahu kawanku yang di perusahaan ini kenal sama dia"

"kawanmu yang kerja sebagai petugas kebersihan di kantor ini? oh ya bisa saja mungkin kawanmu sering membersihkan ruangan pacarku, nah itu dia kebetulan muncul, sayang sini sayang.."

Nina melambaikan tangannya untuk memanggil seorang lelaki muda yang cukup tampan berjalan keluar dari pintu gedung, dan ketika dia melihat melihat lambaian tangan Nina pacarnya, dia langsung aberjalan kearah Nina.

"udah lama sayang? ternyata nona Shelly ada disini"

"sayang, dia gak percaya kalau jabatanmu bagus di kantor ini, dia bilang kamu hanya karyawan biasa "

Ucap Nina sambil memeluk tangan pacarnya dan menunjuk kearah Agung.

sebenarnya pacar Nina sungkan untuk menyombongkan diri, karena di sini ada nona Sheila, namun ketika dia melihat nona Sheila seperti tidak peduli, dan ketika perhatikan pakaian yang dikenakan oleh Agung, pacarnya Nina mulai bergaya.

"mungkin jabatanku tidak sehebat nona Sheila di perusahaan ini, tapi pasti jauh lebih hebat daripada orang-orang miskin yang harga pakaiannya saja mungkin hanya puluhan ribu, oh ya, kawan kalau kau datang kemari, kay bisa nanya sama siapapun, semua orang pasti kenal yang namanya pak Tommy kepala seksi bagian pemasaran, ya mana tahu kalau kekurangan uang untuk ongkos pulang jumpai saja saya"

"memangnya gaji kepala seksi di sini besar ya?"tanya Agung pura-pura kagum dengan penampilan Tommy.

"walah Gung ... biar tahu aja ya, setiap bulan dia ngasih duit sama saya itu setidaknya 10 juta dan kalau saya butuh sesuatu tinggal telpon dia lihat nih, kalungku saja dia yang belikan dan itu semua penghasilan Tommy sebagai kepala seksi"

"kalau penghasilan di perusahaan ini sebanyak itu semua orang mau kerja di sin,ai besok saya juga akan melamar di sini"

"memangnya kamu pantas ?emangnya bisa ngelamar langsung masuk kerja di sini? kalau nggak ada baking nggak bisa masuk kerja sini bro"

" bang Tommy pamannya di bagian personalia makanya dia bisa masuk kerja di sini... kalau mau kerja di sini paling lu bisa kerja jadi petugas kebersihan seperti kawan lu"

sedari tadi Sheila yang hanya diam menggelengkan kepalanya dia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Tommy.

dan Sheila juga tidak habis pikir ada orang seperti Nina yang begitu angkuh dan suka merendahkan orang lain.

"hai bro kau jangan sembarangan di sini, saya bisa mengusir kau dari sini"

"oh ya emangnya di perusahaan ini bisa mengusir orang sembarangan ya?"

tanya Agung pada Tommy yang menurutnya telah banyak melakukan pelanggaran di perusahaan termasuk menyalahkan wewenangnya.

"kalau cuman ngusir orang miskin kayak lo gampang lah keamanan kemarin sebentar"

Tommy memanggil seorang petugas keamanan yang berdiri di depan pintu kantor, melihat Tommy yang memiliki jabatan kepala seksi memanggilnya petugas keamanan berjalan ke arah Tommy

"Ada apa pak Tomi apa yang bisa saya bantu?"tanya si petugas keamanan dengan sopan pada Tommy

"tolong diusir orang miskin ini, mengganggu pandangan mata saja"

sahut Tommy sambil menunjuk ke arah Agung namun si petugas keamanan bukannya mengusir Agung malah kelihatan pucat dan ingin bersujud di depan Agung namun Agung memberikan kode untuk tetap berdiri di tempatnya.

"nona Sheila, tolong panggilkan pak Aswin dan manajer HRD sekarang Saya tunggu di sini"

"baik Tuan" ucap Sheilasambil membungkuk ke arah Agung, kemudian dia mengeluarkan hp-nya dan menelpon pak Aswin.

"halo pak Aswin ini pak Agung bilang tolong telepon manajer HRD dan suruh beliau ke depan pintu kantor dan pak Aswin juga supaya kemari sekarang ditunggu pak Agung,"

"pak Agung bilang mohon waktu 5 menit dia sedang menelpon manager HRD"

"sambungkan sekarang ke nomor pak Aswin"

Sheila menganggukkan kepalanya dan kembali menghubungi pak Aswin

"halo pak Aswin ini pak Agung mau bicara"

"Saya tunggu sekarang di depan pintu kantor jangan lewat dari 3 menit sampaikan sama manager HRD"

"memangnya lu? bisa nyuruh pak Aswin dan manajer HRD nemuin lo"

Nina masih terus menyombongkan dirinya dan menghina Agung , meskipun yang menelpon adalah Sheila, tapi dia tetap berpikir tidak mungkin Agung bisa menyuruh pak Aswin dan manajer HRD turun menemuinya.

melihat Agung hanya diam dan tidak menjawab Nina terus melancarkan aksinya

"sadar Gung lu bukan siapa-siapa nggak usah sok hebat orang miskin ya tetap miskin, disini dan di kampung tetap sama, makan aja susah masih suka belagu

sementara perasaan Tommy sudah mulai tidak enak, karena tidak mungkin Sheila mau mengikuti perintah Agung jika agung bukan siapa-siapa di perusahaan ini.

Tommy tahu posisi Sheila di kantor ini sebagai ajudan dari orang kepercayaan pak Hendrik yang baru hari ini masuk kantor

3 menit kemudian dua orang lelaki setengah baya yaitu pak Aswin dan manajer HRD berlari tergopoh-gopoh ke arah pintu kantor, mereka berdua langsung berlari ke arah Agung namun sebelum mereka berbicara dengan Agung Tommy menyela.

Dia Kini sangat yakin agung orang miskin karena sepertinya Agung tidak kenal dengan pak Aswin dan manajer HRD.

kecongkakan Tommy kembali muncul dia ingin mempermalukan Agung di depan pak Aswin dan manajer HRD.

"selamat siang pak Aswin selamat siang pak Ferry, bapak kenal ya sama gelandangan ini?"

manajer HRD dan pak Aswin saling memandang mereka bingung melihat Tommy yang mengatakan Agung sebagai seorang gelandangan.

"tenang aja pak saya sudah memanggil bapak ini untuk mengusirnya" lanjut Tommy sambil mengunjuk ke arah petugas keamanan petugas keamanan yang ditunjuk oleh Tommy terlihat meringis kesakitan karena dia baru tadi pagi menyaksikan Gilang rekannya dijemput polisi setelah menyinggung perasaan Agung.