Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jembatan Perdamaian
Walaupun di basecamp sebelumnya bersuasana tegang tapi sekarang begitu hangat karena ada bayi mungil diantara mereka.
Bayi itu masih saja tertidur dan para penghuni basecamp melakukan syukuran dengan makan-makan.
Setelah acara makan selesai, para anggota V pulang ke rumah mereka masing-masing.
Tertinggal anggota inti ditambah Fiona dan Dara.
Rencananya mereka akan tidur di sana karena bergantian menjaga bayi dan Fiona membantu Dara karena masa pemulihan.
"Kenapa asinya tidak mau keluar?" tanya Dara sambil meremas buah dadanya karena tidak mengeluarkan air susu.
"Itu normal," balas Fiona seraya memperlihatkan artikel yang dia baca. "Ada beberapa makanan yang bisa memperlancar asi, contohnya daun katuk! Aku besok akan mencarinya di pasar!"
"Memangnya kau bisa memasak?" tanya Dara.
"Tentu saja bisa, pokoknya kau harus cepat pulih supaya tidak ada yang curiga. Untuk sementara kita bisa menggunakan surat izin sakit untuk absen," jelas Fiona.
Dara tersenyum mendengarnya, ternyata Fiona mau menemaninya bahkan di kondisi terpuruk seperti sekarang.
"Dan satu hal yang harus kau ingat, Dara. Jangan setres karena itu bisa berpengaruh pada bayi dan asinya," tambah Fiona.
"Ngomong-ngomong, di mana Gema?" tanya Dara.
Gema saat ini bersama Galang, pemuda itu tengah belajar caranya mengganti popok. Apalagi Gema mulai pup di popoknya yang membuat Satria dan Morgan jadi ribut sebelumnya.
"Pakai tisu basah yang banyak," ucap Satria memberi instruksi.
"Jangan banyak juga, nanti kulitnya lecet," timpal Morgan.
Galang yang berkonsentrasi jadi merasa terganggu dengan instruksi kedua temannya itu. "Kalian diamlah! Aku sedang fokus membersihkan pupnya!"
Bayi itu masih kecil jadi Galang harus berhati-hati sekali.
Beberapa menit kemudian Galang selesai memasang popok, baru seperti itu saja rasanya melelahkan.
"Bayinya pasti lapar jadi untuk sementara pakai susu formula dulu," ucap Satria memberi saran.
"Biarkan aku yang membuatnya," Morgan mencoba mencari video tutorial membuat susu formula.
Ketiga pemuda itu begitu sibuk untuk mengurus Gema malam itu.
Walaupun tangan-tangan itu masih canggung dan kaku tapi Gema hanya menangis sesekali lalu tidur lagi.
Dara yang terbangun di tengah malam ingin melihat bayinya, gadis itu keluar dari kamar dan mendapati tiga laki-laki yang tertidur dengan bayi yang berada di tengah mereka.
"Bukankah ini berbahaya?" gumam Dara.
Memang seharusnya ada box bayi untuk tempat tidur Gema.
Pelan-pelan Dara berusaha menggendong bayinya, matanya tidak bisa lepas dari bayinya.
Sementara Adam yang berada di kediaman keluarga Bamantara sudah berhasil menguburkan ari-ari bayi Galang.
Sebelumnya dia mencuci bersih lalu dia taruh ke dalam wadah kendi untuk Adam kuburkan. Adam mencangkul tanah sendiri dan menguburkannya, dia berharap Gema akan cepat bisa pulang ke rumah itu.
Adam harus menjadi jembatan untuk Galang dan papanya supaya berdamai.
"Adam..." panggil Luna yang datang bersama Yoga. Mereka baru saja menghadiri pesta.
"Kau akan menginap?"
"Aku sudah lama tidak tidur di rumah ini," sahut Adam.
"Kebetulan sekali, papa ingin bicara denganmu," ucap Yoga. Dia meminta putra pertamanya itu untuk masuk ke ruang kerjanya.
Adam pikir kalau mereka akan membicarakan masalah Galang tapi Yoga justru memberinya beberapa profil gadis.
"Papa sudah menyelidiki latar belakang mereka, lakukan pendekatan satu persatu jika ada yang merasa membuatmu nyaman, cepat menikahlah!" pinta Yoga.
"Astaga, papa..." Adam tentu saja tidak setuju dengan ide papanya itu. "Biarkan aku memilih jodohku sendiri, lagipula kalau aku melakukannya akan terlihat seperti playboy!"
"Tidak apa-apa, yang penting saat kau menikah nanti kau bisa setia," balas Yoga dengan santai.
"Setia?" Adam tertawa hambar mengingat perlakuan papanya di belakang mamanya. "Jangan bercanda!"
"Kenapa papa selalu melihat status sosial seseorang?"
"Karena itu sangat penting untuk menjaga nama baik keluarga kita. Kau yang bisa aku andalkan, lihatlah adikmu yang tidak pulang selama berbulan-bulan. Mau jadi apa dia?" Yoga mulai membanding-bandingkan anaknya lagi.
"Semakin papa keras pada Galang, dia akan semakin melawan. Aku tidak mau menikah kalau hubungan keluarga kita masih berantakan seperti ini," ucap Adam tegas.
"Coba papa bujuk Galang dan rangkul dia," lanjutnya.
Yoga diam sejenak, dia sudah kehabisan cara untuk membuat Galang jadi anak penurut.
"Aku akan mendatangi anak itu di basecamp motornya besok," ucap Yoga kemudian.
"Besok?" gumam Adam jadi cemas. Kalau Yoga melakukannya pasti keberadaan Gema akan ketahuan.
Dengan kondisi Dara yang masih lemah akan berakhir buruk pada gadis itu.
"Aku akan mengatur makan malam untuk keluarga kita, kita harus membangun komunikasi yang lebih baik di jamuan itu," Adam memberi usul.
"Terserahmu saja, aku ingin melihat Galang yang bebal," balas Yoga setuju.