NovelToon NovelToon
Become The Duke'S Adopted Daughter

Become The Duke'S Adopted Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:74.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atiiqah Alysia Hudzaifah

Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.

Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.

Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana

Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?

Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?

Semua keanehan ini..

Tidak masuk akal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33 | Putra mahkota

Setelah kejadian itu, semua sesi perkenalan ulang yang tidak ditunjukkan, dan kesimpulan yang diambil adalah, Gricella yang merupakan Lidya tidak mengingatnya, membuat anak 15 tahun itu banyak diam.

Apa kalian sudah menebak siapa anak laki-laki itu?

Anak laki-laki yang memiliki kekuasaan terkuat setelah kaisar dan permaisuri.

Ya, dia adalah putra mahkota kita, Kaysen de Carvil.

Disinilah mereka sekarang, disebuah taman dengan cangkir teh menemani. Entah ada angin apa, anak yang semula cerewet berubah menjadi pendiam. Lidya menatap heran Kaysen didepannya, tiba tiba diam sekali. Suasana pun berubah menjadi canggung.

"Jadi benar kau tak mengingatku?"

Lidya tersentak "begitulah"

Kaysen menghela nafas "hahh kenapa aku bisa ketinggalan sesuatu sebesar ini?"

"Maksud anda?"

"Selama ini aku selalu mencari informasi dan kabar tentangmu dan tidak pernah sekalipun aku mendengar persoalan tentang ingatanmu yang hilang." Jelasnya

H e n i n g 

Mengingat sesuatu, Kaysen kembali bertanya "apa ini berhubungan dengan kejadian itu?" Gumamnya tidak jelas

Meski kecil, Lidya masih bisa mendengarnya "jika yang anda maksud adalah kejadian yang mana berhubungan dengan para pelayan, berarti itu benar."

Kaysen mendesah kesal "jadi itu benarrr.."

Lidya menyeruput tehnya lalu mengangkat bahunya acuh "kenapa, apa itu menganggu anda?" Tanyanya yang mana saat itu juga Lidya merasakan tatapan tidak enak dari laki-laki didepannya.

Lidya mendongak, dia mengkerut bingung dengan raut keras itu

"Tentu saja!" Sentaknya marah. Lidya cukup terkejut karena itu.

Kaysen terbatuk pelan menyadari intonasinya yang terlampau tinggi. Dia lalu menjelaskan dengan tenang meski wajahnya masih mengeras "Selama ini kau selalu mengunjungi ku diistana, bermain bersamaku dan terkadang menggangguku. Namun secara tiba-tiba kau tidak pernah lagi melakukan hal itu. Berbulan-bulan tanpa ada kabar dan baru saat ini aku mengetahui kenyataannya." Lidya masih diam, dia mencoba memahami maksud dari laki-laki dihadapannya.

"Jujur saja... Aku merindukanmu, Ella." Ucapnya dalam hati. Entah kenapa Kaysen malu untuk mengucapkan hal itu

"Aku khawatir padamu karena kau sama sekali tidak memberiku kabar, karena itu aku kemari" dia tersenyum "tapi syukurlah kau baik baik saja, terlepas dari hilangnya ingatanmu, aku senang kau sehat seperti sekarang." Kaysen menatapnya dalam yang mana membuat Lidya kurang nyaman dengan itu.

Lidya berdehem canggung "ya, mungkin begitu"

"Oh iya, bisakah kau ceritakan padaku apa yang terjadi saat itu? Aku bahkan gagal mendapat informasi sepenting itu, jadi beritahu aku informasi yang masih belum ku ketahui tentangmu."

Lidya menggaruk tengkuknya canggung 'tapi aku malas menceritakannya'

"Yang mulia, kejadian itu sudah berlalu. Bagaimana kalau kita tidak usah membahasnya-"

"Tidak! Aku ingin mendengar langsung darimu, ini perintah!" Ujar Kaysen tajam

Anak anj*ng!! Umpatnya kesal

Kekuasaan sialan!

Pada akhirnya Lidya menceritakan semua yang ia tau, tapi tak menceritakan masalah pemenggalan itu. Lagipula dia pasti sudah tau, akan sangat tidak mungkin seorang putra mahkota ketinggalan informasi sebesar itu.

"Jadi karena siksaan para pelayanmu itu membuatmu sakit lalu tanpa sadar sebagian ingatanmu hilang?"

Lidya mengangguk "mungkin seperti itu, karena disaat tertentu beberapa pelayan akan mencoba membenturkan kepalaku pada sesuatu, ntah itu lantai meja atau yang lainnya. Dan mungkin karena hal itu, ada beberapa jaringan dalam otakku yang terputus atau rusak dan menyebabkan aku kehilangan sebagian ingatan ini."

Kaysen mangut mangut "masuk akal, lalu apakah saat itu duke tau masalahmu?"

"Tidak, tidak ada yang tau hal itu kecuali para pekerja dikediaman, termasuk koku, pelayan dan kesatria. Mereka kompak merahasiakan hal ini demi kepentingan bersama."

Kaysen bergumam "Jadi karena itu duke sangat murka saat mengetahuinya"

"Ya, anda pasti pernah mendengar mengenai hukumannya bukan?"

Dia mengangguk "seluruh negeri bahkan sudah tau hal itu. Pemecatan besar besaran dikediaman Duke Velvord menjadi berita panas di Kekaisaran, mereka semua saling bertanya-tanya alasan dibalik semua itu. Tapi setelah penjelasan duke waktu itu, semuanya menjadi jelas. Ayahmu itu selalu saja heboh jika memberi peringatan"

Tanpa ragu Lidya mengangguk sombong "ya, sesayang itu duke padaku"

Kaysen tergelak. Jawaban itu benar-benar tak terduga baginya "ya, ya, ya dia memang terlihat sangat menyayangimu. Bahkan ketika aku meminta izin bertemu denganmu pun dia hampir membunuhku" Lanjutnya dalam hati

Lidya mengambil cookies kesukaannya "apa anda kemari hanya ingin bertanya hal itu?" Lidya memasukkan cookies itu perlahan ke mulutnya lalu mengunyahnya

"Tidak juga, ada satu hal yang ingin kupastikan darimu"

Lidya mengambil cangkir tehnya lalu kembali menatapnya

Kaysen tertegun

"Ehemm"

'Sadarlah, fokus pada tujuanmu kali ini!'

Dia memalingkan wajahnya yang sedikit merona "itu.. aku hanya ingin tau apa kau diundang untuk menghadiri acara di butik yang saat ini sedang terkenal atau tidak."

Lidya mengangkat sebelah alisnya 'butik yang terkenal? Kan itu butik milikku.' Rasanya Lidya ingin tertawa sombong. Tapi ditahannya

"Mungkin ayahku mendapatkannya" ujar Lidya memalingkan muka. Menyembunyikan senyum sombongnya barusan

'Takkan kuberitahu kebenarannya, bisa hancur rencanaku nanti'

Kaysen mangut mangut mengerti. Melirik Lidya sekali lagi lalu kembali berbicara "keluargaku juga diundang ke acara itu, kudengar setiap bangsawan yang memiliki undangan, bebas biaya masuk nanti"

Lidya mengangguk "saya juga begitu"

Kaysen kembali melirik Lidya "bagaimana... kalau kau pergi bersamaku?"

Lidya diam, kemudian mendongak menatapnya "kenapa harus?"

"Seperti yang kau tau, keluargaku adalah keluarga kerajaan dan undangan itu diberikan khusus pada keluargaku. Karena hal itu, keluargaku bebas membeli gaun apapun dengan potongan harga tujuh puluh persen. Dan dengan kau pergi bersamaku, kau juga bisa mendapatkan potongan harga segitu"

Lidya mengangkat alisnya 'Sebagai pemilik dan pencetusnya aku bahkan baru tau bisa begitu. Tapi rasanya jelas sekali di undangan itu, hanya keluarga Kekaisaran yang bisa mendapatkannya.'

"Bagaimana, kau mau?"

Lidya meringis dalam hati

'Buat apa aku mendapatkan diskon, kan aku pemiliknya. Dan lagi bila aku ikut denganmu, rencanaku bisa gagal nanti.. Ditambah lagi, rumor buruk tentangku akan semakin meluas karena datang bersamanya. Dan aku tidak mau hal itu terjadi!'

Lidya menghela nafasnya lelah "maaf harus mengatakan ini yang mulia, tetapi sepertinya saya harus menolak ajakan anda"

Kaysen terlihat kecewa "kenapa?"

"Saya tidak bisa membiarkan ayah saya datang sendirian kesana" jawabnya

"Kan ada Hendrick"

"Mereka bukan kekasih" Balas Lidya memutar mata

"Bersama keluarga kerajaan, tidak mau?"

"Duke keluarga sekaligus ayah saya"

"Ada potongan tujuh puluh persen lhoo"

"Saya tidak kekurangan uang"

"Aku menawarinya sekali. Kalau kau menolaknya, aku akan pergi dengan gadis lain"

"Kalau begitu bagus"

Kaysen mendengus kesal, dia kalah telak sekarang. Tak lama, senyum miring terbit bibirnya "Jika kau lupa, aku seorang putra mahkota dan kau baru saja menolakku barusan."

Lidya mengangkat bahunya tidak peduli "Terimakasih sudah mengingatkan, sekarang saya semakin yakin harus menolak anda"

Kaysen berdecak sebal "kau tidak sopan sekali padaku"

"Anda sendiri yang memulainya, yang mulia"

"Aku hanya mengajakmu."

"Dan saya hanya menolak. Anda saja yang tidak terima" Jawab Lidya yang kelewat santai.

Kaysen memejamkan matanya terlihat kesal. "Hahh baiklah kalau begitu. Tapi bisakah kau tidak memanggilku seformal itu? Kita biasanya saling memanggil dengan akrab!"

"Jadi anda ingin saya panggil apa?" Tanya Lidya malas. Entah kenapa rasanya ini sedikit terasa dejavu

"Panggil saja namaku"

"Yang mulia Kaysen."

"Hanya nama!!"

"Baik, Kaysen."

"Bagus" Kaysen mengangguk puas

Dia sekarang semakin menyebalkan!

Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu. Kaysen nampak tenang, begitu pula Lidya dengan pikirannya.

"Baiklah, sepertinya aku sudah banyak menghabiskan waktu disini. Kuharap aku tidak begitu mengganggumu"

'Tidak, kau jelas menggangguku'

Kaysen bangkit "Ini sudah waktunya aku kembali, kuharap kita bisa bertemu di acara itu tiga hari lagi" Dia menunduk, mengambil telapak tangannya lalu menciumnya.

Jika ditanya apa Lidya risih? Jujur saja, iya.Tapi mau bagaimana lagi, etika nya memang seperti ini disini. Justru akan tidak sopan jika menarik tangan yang sedang dicium oleh seseorang karena itu dianggap tidak menghargai.

Lidya hanya diam membiarkan, selagi masih dalam batas wajar tidak apa. Ia turut bangkit "kuharap juga begitu, hati hati dijalan, Kaysen"

Dia tersenyum "terimakasih" ketika ia hendak berbalik, dia berhenti. Lidya menatapnya penuh tanya

"Ngomong ngomong aku suka kejutan pertemuan tadi. Kau terlihat cantik saat bermain piano, dan... aku suka." Lalu dia pergi sepenuhnya. Lidya menatap kepergiannya dengan raut jelek.

Astaga, aku melupakan soal piano itu

"Erick, kita kembali"

Erick yang sedang mengobrol dengan Meylin pun tersentak, begitu pula dengan Meylin yang kemudian menunduk hormat.

"Baik yang mulia"

...-oOo-...

Tuk tak

Tuk tak

"Yang mulia"

Kaysen menoleh "ada apa?"

"Bagaimana dengan ajakan anda tadi, apakah berhasil?"

Kaysen kembali mengalihkan perhatiannya pada pemandangan diluar jendela, posisi mereka saat ini adalah didalam kereta kuda dengan Kaysen dan Erick, asistennya yang saling berhadapan

"Tidak, aku gagal." Jawabnya acuh

Erick tersentak "maksud anda, anda ditolak?" segera ia tersadar atas ucapannya "Oh maaf maksud saya-"

"Kau benar, aku ditolak."

Erick menatapnya tidak percaya "saya tidak salah dengar kan?"

Kaysen terkekeh pelan "tidak, lebih tepatnya aku ditolak berkali-kali" dia tersenyum "luar biasa kan?"

Erick masih diam tidak menjawab, dalam hati ia tidak percaya tuannya yang merupakan putra mahkota, pangeran sekaligus calon kaisar dimasa depan ditolak, dan lagi, oleh perempuan! Luar biasa.

"Aku sempat bertanya padamu, bagaimana caranya mengajak perempuan untuk.. yahh apapun itu, dan kau bilang perempuan senang berbelanja. Dengan undangan itu aku bisa memanfaatkannya sebagai potongan harga, wanita mana yang tidak suka pengeluaran mereka berkurang. Bukan begitu?"

Erick tidak menjawab dan hanya mengangguk saja

"Dengan potongan 70% dan dengan gelarku sebagai putra mahkota, kurasa aku bisa mengajaknya pergi. Wanita mana yang mau menolak pesonaku. Tapi, ternyata dugaanku salah" dia terkekeh "dia sama sekali tidak tertarik"

"Benar benar tidak tertarik?" Tanya Erick tidak percaya

"Ya, kau akan terkejut bila mendengar jawabannya tadi. Aku bahkan tidak habis pikir." Dia menatap pemandangan dari kejauhan dan kembali melanjutkan

"Kau akan terkejut melihat perubahannya, Erick" gumamnya yang masih bisa terdengar.

Erick bertanya ragu "apa ada sesuatu yang terlewat yang mulia?"

"Dia kehilangan sebagian ingatannya"

Mata Erick membola "karena kejadian itu?"

"Benar" Kaysen menyangga kepalanya "ternyata kejadian itu jauh lebih parah dari yang kita duga, dan aku tidak menyadarinya. Sahabat macam apa aku ini..." Tatapannya meredup

"Apa separah itu hingga membuat Lady Gricella kehilangan ingatannya?"

"Dari cerita dan pengakuan yang kudengar seperti itu, bahkan Duke sampai menghilangkan beberapa nyawa karenanya." Kaysen menunduk sesaat. Dia terdiam mengingat sesuatu, lalu mendongak "aku ingin tau, apa hilang ingatan dapat membuat kepribadian dan perasaan seseorang berubah?" Tanyanya

Erick mengernyit bingung "kepribadian berubah? Saya juga baru mendengarnya yang mulia"

Kaysen mendesah kecewa "jadi begitu.."

"Apa yang akan anda lakukan kedepannya?"

Kaysen mengangkat bahunya acuh "apa lagi? Tentu saja membuatnya kembali menyukaiku"

Erick mengangkat sebelah alisnya "bukankah sifatnya telah berubah, yang mulia? Kalau begitu apa yang anda suka darinya?"

Senyum Kaysen merekah "aku suka pertanyaanmu"

"Tapi aku tidak bisa memberitahumu"

Erick mendengus mendengarnya "pada akhirnya kalau anda membutuhkan bantuan, pasti akan bercerita pada saya"

Kaysen tergelak "hahaha itu benar, karena itu. Biarlah kau bertemu dengannya terlebih dahulu. Kau pasti akan menyukai perubahannya."

"Dia semakin pintar dan mempesona. Auranya yang berbeda membuatku tidak bisa mengalihkan mataku darinya. Aku merasa, dia, seperti orang yang berbeda."

"Dan aku menyukainya" Seringaian terbit dibibirnya

"Tidak, lebih tepatnya, semakin menyukainya"

Erick menatap tuannya ngeri 'apa yang mulia...' meski ragu, dia menggeleng 'tidak, pasti belum begitu, aku hanya berharap yang terbaik untuknya'

Kaysen menyangga kepalanya seraya berfikir 'Kupikir aku bisa mengajaknya pergi bersama pada acara itu, dengan begitu bangsawan lain akan mengetahui kedekatan kami. Terlepas dari bisa atau tidaknya memberikan potongan harga tujuh puluh persen, bagiku itu mudah. Aku bisa meminta mereka berpura-pura menurunkan harga untuknya, dan akan kusuruh pelayanku diam-diam membayarnya ketika kami kembali'

'Tapi rupanya rencanaku sia-sia, dia semakin pintar dan aku tidak menduganya. Oh ya, sebenarnya sejak kapan dia bisa bermain musik?'

Kaysen kembali tegap, dia lalu menatap Erick didepannya "Erick aku ingin kau melakukan sesuatu, dan ini rahasia.."

...-oOo-...

Malamnya, beberapa jam setelah kepergian Kaysen

"Nona, nona anda tidak apa apa kan? Pangeran itu tidak melakukan sesuatu pada anda kan?" Jerit Meylin entah karena apa

"Apa yang kau khawatirkan, aku baik baik saja. Orang itu tidak melakukan apa apa terhadapku." Jawab Lidya bingung "sebenarnya apa yang kau takutkan? Dari awal kulihat kedatangannya, kau seperti sangat tidak menyukainya"

Meylin tersentak "ahh ituu tidak apa nona, saya hanya tidak menyukai mereka karena salalu memanfaatkan gelar mereka demi mendapat apa yang mereka inginkan."

Lidya terdiam karena mengingat sesuatu.

'Ini perintah!'

Ia mendengus "aku setuju denganmu, mereka memang seperti itu"

Meykin mengangguk cepat "benarkan?! Apa saya bilang"

Lidya mengedarkan matanya menatap dekorasi tempat lokasi diadakannya Fashion show beberapa tiga hari lagi.

Semua sudah terpasang rapi, gaun-gaun juga telah disiapkan, para model juga tengah bersiap. Dan ia sudah tidak sabar untuk acara itu. Saat itu adalah langkaj awal tujuannya menjadi kaya didunia ini.

Tiga hari lagi adalah waktu bagi dirinya memperkenalkan diri sebagai pemilik dari butik ini. Butiknya sangat luas dan besar. Tidak, sangat besar! Dengan bantuan kecerdasannya dimasa lalu dan tentunya karena di modalkan duke hehehe

"Ella"

Lidya menoleh "ya?"

Olivia tersenyum "selamat ya, persiapannya sudah hampir selesai. Kudengar para bangsawan sudah tak sabar untuk hari itu."

Lidya tersenyum "terima kasih, aku juga berharap acara ini akan berjalan lancar. Dan ini semua terjadi berkat bantuan dari Madam"

Olivia mengibaskan tangannya "aduhh jangan merendah seperti itu, juga jangan memanggilku dengan sebutan Madam, kita tidak sedang dalam hubungan guru dan murid. Panggil aku dengan namaku, aku lebih nyaman dengan itu. Padahal kau biasanya memanggilku dengan namaku

Lidya tertawa kecil "Baiklah baiklah. Olivia, sudah kan?"

Lantas Olivia sedikit tertawa "ya, oh ngomong-ngomong aku senang karena rumor buruk tentangmu hampir sepenuhnya menghilang dan berganti tentang hal baik tentangmu"

Lidya tersenyum mendengarnya "ya, aku juga merasa begitu. Akhirnya setelah beberapa situasi tak mengenakkan, aku bisa melewatinya sampai saat ini"

Olivia menepuk kepalanya "ya, kau hebat, Ella. Aku sebagai gurumu sangat bangga atas pencapaianmu."

"Oh ya, aku juga dengar katanya kau mulai belajar bermain musik?"

Lidya tersentak "ah iya, itu benar. Mulai sekarang selain pelajaran dari anda, aku juga akan belajar mengenai musik"

Olivia mengangguk semangat "itu bagus! Kuharap kau juga bisa cepat belajar, sama seperti kau belajar denganku selama ini. Lalu buktikan pada mereka bahwa kau bisa melakukannya, aku benar-benar kesal mendengar gosip yang beredar akhir-akhir ini"

"Keterlaluan sekali mereka mengatakan kalau rumor tentangmu terlalu dilebih-lebihkan, padahal mereka tidak tau seberapa cerdasnya dirimu, Gricella" geramnya

Lidya tersenyum simpul "anda tenang saja soal itu, aku sudah menyiapkan semuanya. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat"

Olivia mengangguk puas "seperti yang diharapkan dari muridku ini ya~" mereka kembali tertawa bersama.

"Oh iya, tiga hari lagi anda akan datang bukan?"

Olivia menatapnya tidak percaya "apa maksudmu? Tentu saja aku akan datang! Lagipula akulah yang telah menyebar undangan itu, akan lucu bila yang mengundang justru tidak datang."

Lidya tergelak "hahaha iya juga, aku hanya memastikan anda ikut. Lagipula sangat disayangkan bila anda tidak hadir."

"Kenapa?"

"Rasanya akan kurang bila sang ratu gosip justru tidak hadir. Siapa yang akan menyebarkan gosip baik tentang butikku nantinya."

Olivia mendengus "kau memanfaatkanku rupanya"

"Aku bercanda" Lidya semakin tergelak

Olivia menggeleng pelan. Ia benar benar berharap yang terbaik untuk muridnya ini, dari yang ia dengar muridnya cukup menderita saat itu, dan ia pantas bahagia kedepannya.

"Kuperhatikan wajahmu semakin cerah dari hari ke hari."

"Oh, begitu ya? Aku tak begitu memperhatikannya" Lidya celingak celinguk mencari cermin terdekat

"Ya, kau bahkan terlihat sangat berseri-seri, seolah-olah kau telah melepaskan beban yang sangat berat dari pundakmu."

Lidya tertegun, ia tersenyum miris 'jadi begitu..' Kemudian memasang senyum ceria "tidak apa, mungkin itu terjadi lantaran aku sangat senang karena acara yang telah ku persiapkan selama ini akan segera terlaksana"

"Begitu?" Olivia memasang wajah ragu "kalau kau merasa canggung bila bercerita pada ayahmu, kau bisa bercerita padaku. Aku akan mendengarkan"

"Tidak apa, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku" Lidya tersenyum menenangkan yang mana membuat Olivia turut mengembangkan senyumnya

"Baiklah kalau begitu, setidaknya aku bisa sedikit lega,"

"Ah iya, aku pergi kesana dulu ya, ada beberapa hal yang harus ku urus" ucap Lidya pamit

Setelah diizinkan, Lidya pergi kearah yang berlawanan dari saat mereka mengobrol tadi. Dia memilih keluar dan menuju ke jembatan sungai yang jaraknya terletak tidak jauh dari tokonya tersebut.

Dia berdiri tepat dipembatas jembatan, menikmati semilar angin yang menerpa wajahnya. Udara malam hari disini sangat segar. Lidya menghirup dalam oksigen di sekitarnya.

"Fuhh... aku merasa sedikit lega"

Merasa ini tempat yang cocok untuknya, tidak ada orang disekitarnya membuatnya tenang. Kemudian ia teringat percakapannya dengan Olivia.

"Sebenarnya apa yang membuatku seperti ini?"

Lidya tersenyum miris ketika mengingatnya " apa rasa kecewa ku inilah yang membuatku menjadi menyedihkan begini?"

"Lo itu bukan siapa-siapa gue, bukan ayah gue, bukan ibu gue, lo itu cuma kakak bagi gue yang selalu tak ada saat di butuhkan. Bisa di bilang, lo gak beda jauh dari pajangan. Gak berguna!"

Lidya memejamkan matanya. Dia lalu menatap pemandangan indah didepannya dengan datar. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun. Pemandangan indah didepannya sama sekali tidak menyentuh hatinya yang mulai membeku.

Lidya menatap langit hitam diatasnya "Lo pasti lagi bahagia kan disana? Kakak gak berguna lo udah gak ada, lo bisa bebas melakukan semua hal yang lo mau. Gue cuma berharap, lo gak bakal nyusahin paman Ron disana. Kasihan dia belum nikah udah direpotin sama lo."

"Lo bahagia, gue juga harus bahagia."

Lidya masih terlarut dengan lamunannya dan sama sekali tidak menyadari bahwa seorang pria berambut perak sejak tadi tengah berdiri menatapnya dari atas atap.

Lelaki itu tertawa geli mendengar ucapan Lidya sejak awal "Bahagia?" Ejeknya

"Apa dia pikir adiknya sedang berbahagia atas kematiannya? Yang ada selama berbulan-bulan, adiknya selalu menangisi kepergiannya setiap malam."

Pria berambut perak itu bersandar disalah satu bangunan yang tingginya tidak rata "Kira-kira jika dia tau kebenarannya, bagaimana reaksinya ya..?"

Pria itu terkekeh sinis "Aku penasaran dan ingin segera menghampirinya"

Dia lalu tegak dan berniat turun mendekati Lidya. Tapi kemudian dia berhenti, dia berpikir sejenak lalu menyeringai "tunggu... Ini belum waktunya."

Mata birunya menyala "Mari kita lihat sejauh apa kemampuanmu sebenarnya. Aku sangat menunggu kejutan dari mu, Maulidya."

Sedangkan Lidya yang saat ini masih melamun merasakan perasaan aneh. Sesuatu sedang mengintainya, instingnya berkata begitu. Dia menoleh cepat kearah atap salah satu bangunan.

Kosong

Tidak ada apa-apa

Tapi Lidya yakin, seseorang masih memperhatikannya saat ini. Dia lalu memasang posisi waspada. Meski tubuh ini lemah, Lidya masih bisa mengakalinya. Hanya saja gaunnya cukup merepotkan. Tapi tidak apa, untuk urusan membela diri, gaun ini masih bisa digunakan.

Seringai pria itu semakin lebar. Dia tidak melakukan apapun dan hanya menatap Lidya dibawah sana.

Apa dia hanya menduga-duga, atau dia benar-benar menyadari kehadirannya.

Ahh Pria itu semakin penasaran dengannya

'Masih, dia masih disini. Tapi dimana dia.' Batin Lidya dengan mata mengedar

Lidya lantas berteriak "KELUAR! JANGAN HANYA BERSEMBUNYI DAN TUNJUKKAN DIRIMU..!"

Tanpa disangka, tawa keras terdengar namun tidak terlihat batang hidung seseorang disana.

"HAHA.. ASTAGA, KAU BENAR-BENAR MENYADARI KU RUPANYA. TENANG SAJA.. AKU PASTI KELUAR SAAT WAKTUNYA TIBA. TAK PERLU TERBURU-BURU, MAULIDYA~"

Lidya melotot "kau--"

"YA, AKU MENGETAHUI SEMUA TENTANGMU. JANGAN TERKEJUT DAN KITA PASTI AKAN BERTEMU LAGI. SELAMAT TINGGAL~"

Itu dia, Lidya melihatnya!

Di atas atap, seorang pria berambut perak keluar dan tersenyum miring menatapnya. Tak lama, dia terpecah menjadi butiran-butiran kecil lalu menghilang meninggalkan Lidya dengan semua pertanyaan dalam benaknya.

Tangan Lidya mengepal "rambut perak." Geramnya

"Sebenarnya siapa dia sebenarnya."

.

.

.

To be continued_

Selamat menebak

1
Saulia Aulia
ck ck kesian kesian/Facepalm/
Saulia Aulia
Ahahaha
Saulia Aulia
🤣🤣🤣🤣
Ririn Santi
pict: "tidak terimakasih"
hahaha....apa apaan muka seperti itu, dapat dimana Thor?/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ririn Santi
ya ampun spiritnya di tendang macam bola kaki hahahaha....
Wulansari Fiona Serhalawan
ya ampun thor,lama banget upnya,aku tungguin smpe mau jamuran loh thor😩! aku smpe hampir amnesia krna author kelamaan up. double up donk thor atau klu nggk tenble up deh sklian thor,bener nggk sih nulisnya🤔🤣! dalam hati author "nih pembaca gue 1 ini maruk bener ya,udh protesnya bejibun malah minta up tenble lagi. kaga tau apa gue mikir jln critanya ampe nggk tidur sma mkn yg bener" bener nggk sih thor,maaf klu salah🤣🤣🤣
Lylysifah
cepet sembuh thor yaa.. cerita mu akan selalu kutunggu
sansan
semoga cepat sehat ya thorr... bisa update lagi... ak mau otw baca.. Nemu novel ini langsung baca info penting dulu... 🤭🤭 takutnya Hiatus apa gimana gt...
Ita Xiaomi
Maaf kk klo bs jgn gunakan kata ini. Kasar banget.
akyyaa_
Biasa
Viona Syafazea
bener banget.. 🤣🤣🤣
Nadine Wulans
ku tunggu up nya kak yg panyang biar puasss lanjutt🌹
Dewi Ansyari
Season 2 jadi penasaran deh 🤔
Dewi Ansyari
AQuarium di bilang laut dalam kotak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣Lucu banget Leo namanya
Dewi Ansyari
Wah luar biasa rancangan baju-bajunya benar bagus dan cantik
Dewi Ansyari
Wow nama Ella sudah di sebut hebat .semuanya pasti terkejut hingga ingin muntah darah🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Ansyari
siapa sebenarnya laki2 berambut perak itu jadi penasaran deh 🤔
Dearest
semoga lekas sembuh ya othor yang imut²...
gak sabar baca ceritanya lagi.

tapi tolong banget nih untuk konfliknya gak usah terlalu banyak n ribet karna aq bakal skip kalo udah terlalu kompleks konfliknya.

get well soon ya bebep
Chauli Maulidiah
isabela itu sp thor? koq aku lupa ya..

btw, cepet sembuh ya thor. biar bs liat aksi si lidya lagi..
Dewi Ansyari
Gracella di lawan 🤣🤣🤣🤣 dasar Isabella bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!