✰REKOMENDASI CERITA INTROSPEKSI✰
"Hati yang Terluka, Jiwa yang Kuat" adalah sebuah kisah mendalam dan emosional tentang kekuatan dan ketahanan di tengah badai kehidupan. Di tengah konflik pernikahan yang menghancurkan, Lula berjuang untuk menemukan kekuatan baru setelah dikhianati oleh suami dan sahabatnya.
Di sisi lain, putrinya, Puja, berhadapan dengan tekanan di sekolah, menghadapi dinamika persahabatan yang rumit, dan berjuang untuk mempertahankan integritasnya dalam dunia yang penuh dengan pengkhianatan. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Lula dan Puja menghadapi tantangan besar, saling mendukung dalam perjalanan mereka menuju penemuan diri dan keadilan.
Temukan kekuatan hati yang tulus dan hubungan yang menginspirasi dalam cerita ini, di mana setiap langkah mereka menuju kebahagiaan dan kebenaran adalah perjuangan yang layak diikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir dari Penghianat 1
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
"Masalah keluarga atau tidak, kekerasan bukanlah jawabannya. Kita bisa bicara baik-baik tanpa harus menyakiti."
"Puja dia lah penyebab akar dari masalah mu itu!" Pratama emosi dan mengungkapkan nya.
Ketika Puja mendengar nya dia terdiam kaget.
Selanjutnya.
Puja tak menyangka bahwa ibu tirinya, Rina, yang menyebarkan video dan berita bohong tentang dirinya di media sosial. Setelah mendengar berita ini, Puja menarik napas dalam-dalam dan mencoba tetap tenang. la meminta bukti dari ayahnya, Pratama, namun Pratama hanya terdiam tanpa jawaban.
Puja menarik napas dalam-dalam, "Ayah, aku ingin tahu kebenarannya. Apa benar Ibu Rina yang menyebarkan video itu?"
Pratama terdiam, tak menjawab.
Puja, dengan suara tegas. "Ayah, jawab aku. Apa benar Ibu Rina pelakunya?"
Pratama terdiam, tidak berani menatap mata putrinya. Puja merasa marah, tetapi ia menahan diri.
Puja, "Ayah, aku butuh jawaban. Apa ibu tiri yang melakukan semua ini?"
Pratama menghindari tatapan Puja, "Puja... Ayah..."
Melihat reaksi ayahnya, Puja semakin yakin bahwa apa yang baru saja keluar dari mulut ayahnya itu benar.
Puja dengan tegas mengambil ponsel Rina dan memaksa Rina untuk membuka password-nya. "Ibu, buka ponsel ini sekarang."
Rina menjadi gugup. "Apa? Kenapa aku harus—"
Puja memaksa Rina. "Buka ponselnya! Kalau Ibu tidak bersalah, kenapa takut?"
Rina dengan gemetar, akhirnya membuka ponsel. "Baiklah..."
Ketika Puja melihat isi ponsel tersebut, terbukti bahwa Rina adalah pelakunya.
Puja melihat bukti di ponsel, "Jadi benar, ini semua perbuatan Ibu. Kenapa Ibu membenciku seperti ini? Apa salahku?"
Rina, dengan nada marah. "Karena kamu! Kamu telah menghancurkan hidupku, Puja. Kamu membunuh anakku dan merebut Pratama dari aku!"
Puja tersenyum pahit, "Bagaimana aku bisa melakukan itu? Aku bahkan tidak pernah menginginkan ini terjadi. Ayah, ini semua salah Ibu Rina!"
Pratama mencoba menenangkan, "Puja, Rina... ini semua hanya kesalahpahaman. Rina, Puja tidak bersalah."
Rina, "Tidak, Pratama! Ini semua karena kamu hanya peduli pada Puja dan Lula. Kamu yang menghancurkan semuanya!"
Merasa geram, Puja memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia menghubungi Iqbal, kakak kelasnya, agar ayah Iqbal yang seorang polisi menangkap Rina.
Meski Iqbal terkejut dan belum sempat bertanya lebih banyak, Puja segera mengirimkan lokasi mereka dan meminta bantuan.Iqbal menjawab telepon dengan suara penuh kebingungan, "Puja, apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba begini?"
"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan, Kak. Tolong segera hubungi ayahmu dan datang ke sini sekarang," pinta Puja dengan suara tegas dan mendesak.
Rina dan Pratama terkejut dengan tindakan Puja. Setelah menutup telepon, Puja menegaskan kepada Rina bahwa ia akan dihukum sesuai hukum yang berlaku.
"Ibu, aku tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Hukum harus ditegakkan," ujar Puja dengan mata berkilat.
Pratama, dengan suara gemetar, bertanya, "Puja, kamu yakin ingin membawa masalah ini ke polisi?"
Puja mengangguk tegas. "Apa ada yang keberatan? Ayah, kenapa?"
"Apa ayah mencintai ibu seperti Rina?"
Pratama tetap terdiam ketika Puja bertanya apakah ayahnya sangat mencintai Rina.
Puja memberikan pilihan terakhir, "Jika ayah mencintai Rina, ubahlah dia menjadi wanita baik dan bawa dia jauh dari hidupku."
Rina mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Puja, namun polisi segera datang. Meskipun Rina sempat lepas, Iqbal menghadang dan menangkapnya.Rina berteriak putus asa, "Pratama, lepaskan aku! Pilih aku!"
Namun, Pratama tetap terdiam, kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa. Puja menatap ayahnya dengan kecewa, lalu berbalik pergi meninggalkan, air mata mengalir di pipinya.
Polisi datang dengan cepat dan membawa Rina ke untuk kedalam mobil.
Iqbal menatap Puja dengan penuh simpati. "Puja, aku tahu ini sulit, tapi kamu melakukan hal yang benar."
Puja mengangguk lemah, merasa beban berat telah terangkat dari pundaknya. "Terima kasih, Kak Iqbal. Aku hanya ingin keadilan."
Pratama, yang masih berdiri terpaku, akhirnya berbisik, "Puja, maafkan ayah. Ayah tidak tahu harus bagaimana."
Puja berhenti sejenak, menatap ayahnya dengan mata penuh luka. "Ayah, yang aku butuhkan sekarang adalah dukungan. Jangan biarkan ini terjadi lagi."
Dengan itu, Puja meninggalkan ayahnya berjalan, hatinya terasa hancur tetapi juga sedikit lega. Ia tahu perjalanan ke depannya tidak akan mudah, namun ia bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun menginjak-injak martabatnya lagi.
Kini, suara sirene polisi terdengar semakin menjauh, membawa pergi kepalsuan dan kebencian yang selama ini menghantui hidupnya. Puja berdiri melihat nya menjauh dari bayangan, Puja kini menatap langit malam mulai jingga, namun kali ini, ia merasa sedikit harapan mulai menyinari hidupnya.
Ketika Iqbal hendak mengantarkan Puja pulang, ibu Lula datang dan memeluknya erat. Ibu Lula yang tidak tahu semua kejadian ini sangat terkejut atas keberanian anaknya.
"Puja, apa yang terjadi? Kenapa seperti ini nak?" tanya ibu Lula dengan suara cemas.
Puja mencoba menenangkan ibunya, "Ibu, tidak perlu khawatir lagi. Ibu Rina sudah ditangkap polisi. Tidak akan ada lagi yang meneror ibu saat malam, dan tidak ada yang akan mengganggu kita lagi."
Ibu Lula menghela napas lega, air mata berlinang di pipinya. "Kamu benar-benar anak yang kuat dan berani, Puja. Ibu bangga padamu."Puja tersenyum, merasa sedikit lega meski hatinya masih berat.
"Terima kasih, Bu. Aku hanya ingin kita hidup tenang tanpa ancaman dan kebohongan lagi."
Iqbal mengangguk, "Mari, Puja. Aku antar kamu pulang. Kamu butuh istirahat."
Puja dan ibu Lula berjalan beriringan menuju mobil Iqbal, meninggalkan semua drama dan kepahitan di belakang mereka.
Meski perjalanan ke depan masih penuh tantangan, Puja merasa siap menghadapinya dengan dukungan orang-orang terdekatnya.Di dalam mobil, Puja menatap ke luar jendela, melihat bintang-bintang yang mulai bersinar di langit malam. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa ada harapan untuk hari esok yang lebih baik.
...***...
Setelah kejadian itu, banyak berita yang beredar tentang keberanian Puja, hal itu sampai di telinga Ratu.
"Keberanian Remaja Ungkap Kejahatan: Puja Buktikan Kebenaran Ibu Tirinya"
"Remaja Berani Lawan Kebohongan: Puja Ungkap Dalang di Balik Teror Keluarganya"
"Puja, Pahlawan Keluarga: Mengungkap Kebohongan dan Melawan Teror"
"Aksi Berani Remaja: Puja Seret Ibu Tiri ke Jalur Hukum"
"Keberanian Luar Biasa: Remaja Ini Ungkap Kejahatan Ibu Tirinya"
"Menyingkap Kebenaran: Remaja Bongkar Aksi Jahat Ibu Tirinya"
"Puja, Sang Pemberani: Menghadapi dan Mengalahkan Teror di Keluarga"
"Mengungkap Dalang di Balik Teror: Aksi Berani Puja Menangkap Ibu Tirinya"
"Remaja Ini Tak Gentar: Puja Lawan Kebohongan dan Ungkap Kebenaran"
"Puja, Remaja Pemberani: Menyibak Kebohongan dan Melawan Ketidakadilan"
Ratu hanya tertawa terbahak-bahak saat membaca berita-berita tersebut. Ia berbicara dalam hatinya, "Sungguh, Puja, kamu tidak tahu siapa yang akan kamu hadapi selanjutnya. Queen of King."
Berita yang Menggemparkan dan Reaksi Ratu
Keberanian Puja dalam mengungkap kejahatan ibu tirinya menarik perhatian media dan masyarakat luas. Banyak berita yang mengulas tentang tindakan heroik Puja, menyebutnya sebagai remaja pemberani yang tak gentar melawan ketidakadilan. Setiap artikel dan laporan berita menyoroti keberanian Puja, yang akhirnya membawa kedamaian bagi keluarganya.