Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 33 Permintaan Shila
Suami Yang Ku Benci (33)
Saat makan malam, suasana sangat hening. Tidak seperti biasanya karena Shaka dan Shila ikut neneknya dan menginap disana.
Sebenarnya itu memang rencana Anin agar anak dan menantunya punya waktu berdua.
" Sayang, ayo makan yang banyak,"
Makanan di atas piring Saphira masih banyak. Karena istrinya itu malah mengaduk-aduk makanan. Bukannya memakannya.
" Aku sudah selesai. Aku duluan ke kamar," Saphira langsung pergi mengabaikan panggilan suaminya.
Kaivan hanya menghela nafas. Menghadapi mood ibu hamil ternyata lebih sulit.
Akhirnya ia membereskan sisa makanannya. Setelah itu menyusul sang istri dengan membawa segelas susu hamil.
" Minum dulu,"
Saphira hanya menurut tanpa menolak sedikitpun.
" Masih marah?," tanya Kaivan.
Saphira hanya menggelengkan kepalanya. Ia kembali melihat ke luar jendela. Duduk memandangi langit malam.
Kaivan berjongkok dan mengelus perut buncit istrinya.
" Baby, bunda sedang marah. Ayo bujuk bunda supaya memaafkan ayah,"
Saphira tidak bisa menahan senyumnya melihat tingkah suaminya.
" Nah, gitu. Jangan cemberut terus. Senyum ya. Kamu cantik kalau senyum,"
Saphira langsung melotot. " Jadi,aku tidak cantik kalau tidak senyum,"
Astaghfirullah. Salah lagi. Batin Kaivan.
" Kamu cantik. Selalu cantik,"
Saphira hanya mencebik.
" Soal tadi, mas minta maaf ya. Mas tidak peka kalau Diva sengaja mencari perhatian mas," ucapnya tulus.
Kalau di pikir lagi, ucapannya ibunya memang benar.
" Hmm. Aku tidak mau mas bertemu dia lagi,"
Kaivan tersenyum. " Mas kan memang jarang bertemu. Tadi saja kita bertemu karena memenuhi ngidam kamu,"
" Jadi, ini salah aku?,"
Kaivan menggaruk kepalanya.
" Bukan salah kamu, sayang. Maaf ya."
Kaivan akhirnya tidak banyak bicara lagi. takut merusak mood istrinya kembali. Ia pun hanya sibuk menciumi perut sang istri dan mengajak calon anaknya berbicara.
" Mas, Baby nya lapar. Mau makan nasi Padang,"
Kaivan hanya tertawa mendengar suara manja sang istri.
" Ya, sudah ayo kita cari keluar," ajak Kaivan.
Kaivan tidak akan menolak atau menegur istrinya. Kalau tidak mau mood sang istri memburuk.
Ia harus berhati-hati dengan ucapannya. Apalagi tadi sang istri makannya sedikit sekali.
...******...
" Ini maksudnya apa, mas?," tanya Siska pada sang suami menunjukkan selembar kertas yang ia terima.
" Kamu seharusnya tahu tanpa bertanya lagi," jawab Hadi datar.
" Surat cerai? Maksudnya kamu mau menceraikan aku?"
" Hmm. Harusnya dari awal aku tidak mengkhianati istriku. Hidupku ternyata tidak semakin baik. Aku malah kehilangan segalanya," jelas Hadi lirih.
Menyesal? Tentu. Karena s3lingkuh, ia kehilangan segalanya. Istrinya, anaknya bahkan harta yang mereka kumpulkan.
Sejak hubungan terlarangnya, kondisi keuangannya menurun. Namun, ia tak sadar itu akibat perbuatannya dan malah menyalahkan Saphira.
Bahkan ia mulai membenci anak kandungnya sendiri. Setelah istrinya meninggal, ia malah menikahi Siska dan mengabaikan anaknya.
"Kamu menyesal menikah denganku?," Siska tidak terima.
" Ya, aku sangat menyesal."
Jeduarr
Siska tak menyangka jawaban itu yang akan suaminya katakan.
Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mas. Kamu tidak boleh melakukan itu padaku!!," Siska tidak terima. Ia tidak mau dicerai. Menjadi janda di usia tuanya tidak pernah ada dalam rencana hidupnya.
" Jangan banyak drama. Tanda tangani saja. Aku sudah lelah,"
" Aku tidak akan pernah menandatanganinya,"
Srakkk
Surat itu langsung di robek Siska.
Hadi hanya berdecih. " Terserah. Tapi, aku akan tetap menceraikan mu," tegas Hadi meninggalkan Siska yang emosi bahkan sampai membanting vas bunga karena panggilannya tak di gubris.
...******...
" Bu, ada apa?," tanya Nurma melihat sang ibu melamun.
Meja makan masih kosong. Padahal sudah waktunya makan malam.
"Ayah mana?,"
Siska hanya bungkam tak menjawab apapun. Hingga suara tangisnya terdengar.
" Hiks... Hiks .. Nur, ayahmu mau menceraikan ibu." ucapnya dengan air mata yang berderai.
" Apa?!!,"
" Dia menggugat cerai ibu. Sekalipun ibu tidak mau tanda tangan, ibu akan tetap di ceraikan,"
Nurma mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Hadi. Ingin memastikan ucapan ibunya.
" Bu, jangan bercanda."
" Katanya dia menyesal menikahi ibu. Hiks.. Hiks.."
Nurma menghela nafas panjang. Ia hanya mengusap punggung ibunya.
" Ada masalah apa? Tidak mungkin ayah tiba-tiba menceraikan ibu,"
Siska menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tidak tahu.
" Tolong bicara padanya. Ibu tidak mau bercerai,"
" Nurma usahakan, Bu," jawab Nurma tak yakin.
Hadi tidak lagi mendengarkan dirinya. Kebencian itu tergambar jelas dalam sorot matanya.
...******...
" Buna, ini baju untuk adik?," tanya Shila yang melihat ibunya sedang merapikan pakaian berukuran mini ke dalam tas.
" Iya, sayang." jawab Saphira tersenyum.
Persalinan semakin dekat jadi, ia sedang mempersiapkan apa yang ia butuhkan nanti.
Padahal Kaivan bilang untuk meminta pelayan saja, tapi Saphira menolak.
" Jadi, aku akan punya adik laki-laki?," tebak Shila melihat pakaian yang dibereskan Bundanya memang untuk laki-laki.
" Iya, sayang,"
Sejak tahu akan memiliki anak laki-laki lagi, Kaivan malah sibuk berbelanja sendiri kebutuhan yang dibutuhkan calon anaknya kelak.
Bahkan ia lebih antusias dibandingkan Saphira. Mungkin karena ia tidak bisa menyambut kelahiran si kembar dulu.
Jadi, semua pakaian calon adik si kembar kebanyakan dibeli oleh Kaivan.
" Ada adik perempuannya juga tidak, Bun?,"
" Hah? Maksudnya?,"
" Iya, dulu aku dan Abang ada di perut Buna bareng-bareng. Apa adik bayi juga begitu,?,"
Saphira tersenyum. "Kalau maksudnya kembar, sayangnya tidak. Di dalam perut Buna hanya ada satu adik bayi,"
Shila cemberut. Ia tak suka. Artinya hanya ada teman sang kakak kembar.
" Nanti minta Buna hamil lagi," celetuk Shaka membuat Saphira tersedak ludahnya sendiri.
" Ah iya. Abang benar. " Shila bersorak senang.
" Hamil lagi ya, Bun!!!," Shila menggoyangkan lengan ibunya.
Saphira hanya menggelengkan kepalanya. "Sayang, Buna tidak bisa hamil lagi secepat itu," Saphira tersenyum lembut.
Shila kesal. Ia hanya mencebik. Kaivan sendiri hanya tersenyum saat mendekat anak-anak dan istrinya.
" Lagi bahas apa sih? Kayaknya seru?," tanya Kaivan masuk ke kamarnya membantu Saphira.
" Shila minta Buna hamil lagi. Anak perempuan," jawab Shila dengan wajah polosnya. sementara Kaivan hanya membulatkan matanya.
" Maksudnya setelah melahirkan, kamu mau Buna hamil lagi dan kamu maunya bayi perempuan?,"
Shila mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mau adik permainan untuk ia ajak bermain.
Kaivan hanya menggaruk tengkuknya.
Ada-ada saja keinginan Shila. batin Kaivan.
"Iya ayah. Shila mau adik perempuan. Tidak mau laki-laki. Shila mau adik bermain boneka bukan bermain bola seperti Abang," keluhnya.
" Kenapa Buna tidak hamil kembar saja. Jadi kita langsung punya dua adik. Satu perempuan dan satu laki-laki,"
Kaivan terkekeh. Sementara Saphira hanya tersenyum.
" Kita tidak bisa memaksa, sayang. Itu tergantung Allah. Kita hanya bisa berdoa. Kalaupun kenyataannya tidak sesuai keinginan kita, kita syukuri saja ya. "
" Apa Shila harus berdoa agar Buna cepat hamil lagi? Adik perempuan?,"
TBC
lanjut thor