Berawal dari sebuah mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut cerita itu mulai menjadi kenyataan. Satu persatu warga meninggal, mereka dibunuh, darah mereka diambil untuk kelangsungan hidup entitas lain yang mengancam kehidupan.
Beberapa remaja desa mulai mencari tahu tentang makhluk tersebut demi menghentikan tragedi mengerikan.
Makhluk itu ada diantara mereka, dia menyamar untuk memangsa.
*
Cerita ini karya orisinil author, mohon untuk tidak melakukan plagiat. Mari kita saling menghargai dan mendukung.
Jangan lupa ikuti ig @aca_0325
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Pintu terbuka dengan lebar hanya untuk melihat suatu pemandangan janggal. Nia diikat dalam keadaan berdiri diantara dua tiang besi yang berdiri kokoh, gadis itu sudah tidak memakai apa-apa hingga tubuh polosnya menjadi tontonan Anzan yang berdiri angkuh di depannya.
Melati mendekat walau sekujur tubuhnya juga gemetar, ia terus memaksa berjalan meskipun kedua tungkainya tak mampu menopang tubuhnya.
Byurrr
Satu ember air di siramkan pada Nia hingga membuat gadis itu menggigil kedinginan.
"Berhenti!!!!" Nia kembali memekik. matanya menatap sayu, ia butuh pertolongan, ia ingin dibebaskan dari rantai yang mengikatnya juga dari guyuran air dingin yang membuat sekujur tubuhnya menggigil.
"Tolong bebaskan dia." Melati memohon lirih dengan suaranya yang begetar. Ia dapat melihat bahwa ditangan Anzan ada pedang pendek dan tombak yang persis sama dengan yang ada pada patung. Ada lelehan darah yang menetes dari tangan Anzan, cairan merah pekat itu jatuh ke lantai.
"Jangan mengganggu proses pernikahan ini." Sentak Anzan menatap nyalang pada melati.
Pernikahan macam apa yang dilakukan dengan cara seperti itu. Apa yang dilakukan bukanlah sebuah pernikahan melainkan penghinaan terhadap wanita. Tidak ada pernikahan yang dilakukan tanpa pengantin pria, terlebih lagi dengan cara di siram dengan air. Ini jelas penyimpangan.
"He-hentikan, aku ingin menikah dengan bang asep." Ucap Nia lemah.
Melati tidak bisa membiarkan lagi, ia menguatkan tekad lalu menerjang Anzan. Kaki kanannya yang hampir mencapai pinggang Anzan segera ditangkap oleh pria itu, kemudian ia mendorong kuat melati hingga terbang ke dinding, menabrak beberapa kerangka tanpa kepala.
Krak.... krak.. kraakkk..
Beberapa kerangka patah lalu berhamburan di lantai, satu potongan kerangka mendarat di pipi sebelah kiri melati menciptakan luka goresan disana.
"Sudah terlambat. Tidak ada yang bisa menghentikan pernikahan yang telah diatur." Anzan kembali melanjutkan proses pernikahan yang tertunda. Kali ini ia memindahkan tombak ketangan kiri, sementara pedang pendek masih tergenggam erat di tangan kanannya. ia maju beberapa langkah ke depan, memperhatikan setiap inci tubuh Nia dalam jarak dekat.
Segaris senyum iblis terbit di wajahnya. Tangannya terlulur menyapukan mata pedang ke seluruh tubuh Nia, tidak melukai, namun menimbulkan rasa dingin yang begitu menakutkan.
Kepala Nia terkulai jatuh, rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya. Tubuhnya melemah seiring dengan rasa dingin yang kian merayat kedalam jiwanya.
"Tenanglah. Sebentar lagi akan selesai,"
Satu potongan kerangka terbang kearah Anzan, menuju kepala bagian belakangnya.
Pria itu dengan cekatan menghindar. Segera, ia berbalik, menatap tanpa berkedip pada melati yang telah melemparkan kerangka itu padanya.
"Kau jangan menggangguku." Anzan mendekat dengan wajah bengis, tangannya terulur mencekik leher melati.
"Bi-biadab! kau manusia biadab!" Damprat melati, nafasnya tersengal-sengal. ia tidak sempat mengindar, lehernya di cekik kuat. Melati jadi kesulitan bernafas, tapi ia tidak menyerah begitu saja, satu tangannya mencoba melepaskan cengkeraman kuat pada lehernya.
Sial. Tidak. Ia tidak boleh mati disini. Sekuat tenaga kakinya menendang milik pria itu.
Berhasil. Cengkeraman di lehernya terlepas, pria itu sedang meringis kesakitan sambil memegangi bagian bawah perutnya.
Selagi pria itu meringis kesakitan, melati mendekati tiang besi.
"Hei..Nia, apa kau pingsan?" Ditepuk pelan pipi Nia sembari mengawasi Anzan.
"Eum," Nia bergumam menandakan gadis itu masih sadar. Tak punya banyak waktu, melati berusaha membuka ikatan pada tangan Nia.
"Jangan harap kau bisa membawanya pergi." Anzan kembali mendekat, tangan besarnya berusaha meraih melati. Untung gadis itu cepat berpindah dua langkah ke samping. Sorot matanya menunjukan keberanian, ia tidak lagi ketakutan. Tentu, ia melakukan itu demi rasa kemanusiaan. Ia bisa saja pergi sejak tadi, namun nurani nya tidak tega untuk meninggalkan Nia sendirian disini. Segala kemungkinan terburuk mungkin akan terjadi jika ia pergi.
Dilihat nya Anzan tersenyum aneh. Kepalanya mengangguk seolah memberi isyarat pada seseorang. Lalu, sebuah pukulan keras mengenai kepala melati hingga membuat gadis itu jatuh pingsan. Tubuhnya menyentuh lantai dengan keras.
Satu sosok serba hitam muncul dari belakang. Dia memiliki wajah hitam mengkerut, matanya gelap seperti malam, cekungan dalam pada kedua rongga matanya membuat sosok itu terlihat menyeramkan. Tubuh kurus kering nya tersembunyi dalam pakaian hitam besarnya.
"Apa yang harus saya lakukan dengan gadis ini?" Sosok itu bertanya, suaranya bergema halus namun menghadirkan perasaan tak nyaman. Sepasang bola matanya yang berwarna hitam sesekali membelalak, wajahnya mendongak.
"Ikat dia disana!" Perintah Anzan menujuk pada tiang besi lainnya yang ada dalam ruangan itu.
Sosok itu langsung menjalankan perintah, dia menyeret melati kearah tiang kemudian mengikat kedua tangannya pada tiang besi.
*
Sementara di tempat lain, Sultan sedang kebingungan mencari melati. Temannya itu tidak ditemukan didalam rumah, ia juga sudah mencari di sekitar halaman, tapi, melati tidak ditemukan sama sekali.
" Dia tidak ada disini. Pasti mereka sudah pergi kerumah pernikahan,"ucap Alisa.
"Dimana rumah itu? kita harus pergi kesana untuk menolong melati dan Nia,"kata Sultan.
"Rumah itu sangat berbahaya,"
"Aku tidak peduli, Al. Kalau kau tidak ingin ikut, biar aku saja. katakan dimana rumah itu?"
"Ada di ujung desa."Alisa menghela nafas. Ia dengan berat hati membawa Sultan ke rumah itu.
Sambil berjalan ingatan Alisa kembali ke masa lalu. Rasanya baru kemarin ia melihat desa ini penuh kehidupan, masih utuh dalam ingatan nya dulu sekali pernah berlarian di sepanjang jalan setapak itu.
Mereka hidup dalam ketentraman, masa kecil adalah masa yang paling indah. Semua orang mengakui hal itu. bocah kecil yang hanya tahu cara bermain dan bermain, menyenangkan diri. Beranjak dewasa masa indah itu mulai berlalu, berganti dengan terpaan masalah menghantam diri yang belum siap.
Meski begitu masih ada kedamaian dan kebahagiaan yang tersisa. Yaa...sebelum tragedi mengerikan itu mengubah semuanya. Sebelum masa yang paling suram itu memporak-porandakan semua yang ada.
Mereka hampir sampai di ujung desa, rumah pernikahan sudah terlihat. Alisa diam-diam tersenyum miris, ingatan tentang masa lalu buyar, wajahnya kembali datar seraya menatap tajam pada rumah merah yang berdiri kokoh itu. Satu-satunya rumah yang tampak berbeda dari rumah lainnya.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaaa
follow IG @aca_0325
kenapa Nia tdk dibangkitkan seperti Dewi?
apakah Baron yg culik bayi sbg syarat buat hidupin Nia?
apakah mereka dr awal sdh mentargetkan melati?
desa ini, benarkah ada manusia nya?
selain Mahendra dan sultan, sekarang pun aku curiga melati jg sebenarnya bagian dr makhluk kegelapan, hanya blm.menyadari... Krn keluarga melati sendiri bagiku memcurigakan...
dan lagi Krn liat Baron dg mudah membangkitkan sosok yg dah terkubur demi membangkitkan kembali Nia...
knp hanya orang tua yg tau...
apakah Asep yg minta makhluk kegelapan buat bunuh manusia tp utk apa? merusak perjanjian?
tp siapa yg udah bawa Hendra ke pesta waktu itu ya?
kl melati dan sultan kan diajak sama Alisa..
ada rahasia apa di buku itu?
klpun ada yg nyulik apakah Asep ato suruhan Gideon buat mancing melati... hmmm🤔
btw, knp melati bs jd incaran Gideon jg ya selain Arion 🤔