NovelToon NovelToon
The Shadow Of Doubt (Gracella)

The Shadow Of Doubt (Gracella)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Anak Kembar / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Afizah C_Rmd

Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.

Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.

- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 10

"Grace" panggil Genta dengan nada sedikit tidak suka. Ia tidak menyukai tatapan dan tingkah adiknya itu pada Shanka.

"El, nanti lagi ya ngobrol nya sama kak Ela, kak Ela mau pulang dulu istirahat begitu juga kamu gak papa kan" bujuk Genta yang tak ingin berlama-lama di sini.

"Eh, nggak mau El masih mau sama Kak Ela udah lama gak ketemu sama kak Ela," tolak El "kak Ela kita pulang sama sama ya" pinta El dengan mata puple eyesnya yang membuatnya tampak menggemaskan. Membuat hati Grace bergemuruh tak bisa menolak, tetapi ia ragu dan menatap ke arah Genta.

"Boleh, kak Ela sama bang Genta naik mobil kalo kamu di izinin kamu bisa ikut kita" sahut Genta merasa di tatap Grace seakan minta persetujuan nya dan tau keraguannya.

"Wah asik, bang zian, bang kara boleh kan" dengan tatapan puple eyesnya sekali lagi, Shanka dan Al tak bisa menolak kalo sudah begini, tapi sebelum sempat menjawab Dewa lebih dulu menjawab.

"Tidak, untuk apa El ikut mereka lebih baik bareng kami tidak ada bantahan ikut aku" Sahut Dewa dengan dinginnya dan menatap Grace tajam. Grace merasakan jantungnya berdebar kencang saat Dewa menatapnya dengan tajam. Ia merasa ada aura dingin yang menusuk tulang.

"Kenapa sih Dewa?" Al protes dengan sedikit kesal, melihat sikap Dewa terlalu berlebihan.

"Dia kan mau pulang sama Grace." Devin menambahkan dengan nada sedikit khawatir.

"Tidak ada bantahan!" Dewa menjawab dengan tegas, lalu menaggendong El tanpa memperhatikan sekitar, tidak peduli dengan reaksi yang lain.

"Dewa, lo apa apain sih?" Genta menggeram marah.

"Kenapa kamu selalu cari masalah?" Gilang menambahkan.

"Kalian gak usah ikut campur." Dewa menjawab dengan dingin. "terserah gue, gue mau cuman gak suka lihat kalian dekat dengan adik kesayangan gue, terutama lo dan dia" Dewa menambahkan dengan tatapan tajam ke arah Genta dan tunjuknya ke arah Grace.

Grace merasa takut sekaligus bingung 'siapa dia? Apa salah ku! Di tatap kaya gitu buat takut aja' batin Grace. "kok, kayaknya benci banget sama gue, apa pada pemilik tubuh ini ya" Grace bergumam pelan, merasa bingung, Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Kak Shanka" Teriakan seorang perempuan memecah keheningan. Laura, teman dekat Genta dan Shanka, tiba-tiba muncul dengan wajah polos dan lembut khasnya, bersama Kella dan Sania, teman-temannya.

Laura tidak tahu situasi sebelumnya. Ia melihat suasana yang tidak menyenangkan dan tidak tahu bagaimana harus bersikap. Ia hanya tersenyum polos kepada semua orang dan bertanya, "Eh, kenapa nih? Kok kalian kayak musuhan sih kan aku udah pernah bilang jangan musuhan gak baik tau."

Shanka menatap Laura dengan tajam dan berbisik, "Diam dan ikut aku." Laura hanya mengangguk, merasa sedikit takut dengan nada bicara Shanka. Ia menyadari nada tidak suka Shanka dan hanya bertanya dalam hati 'sial, apa yang terjadi'. Laura mengikuti Shanka ke motornya, ingin bertanya, tapi tidak berani.

Genta dan teman temannya menggeram marah pada Shanka dan inti gengnya terutama pada Dewa yang selalu menyulut emosi mereka ingin menghajar nya tapi di tahan Genta dan Axton.

Shanka dan yang lain hanya diam dan memilih pergi mengambil kendaraan masing masing dan pergi mengikuti mobil Dewa yang sudah melaju.

El sendiri hanya diam mendengar sahutan dingin Dewa merasa takut dan ingin menangis mendengar penolakan Dewa yang tidak dapat di bantah, ingin memberontak tetapi tidak berani.

...****************...

"Dewa ngajak bos balapan" ucap Gilang, suaranya bersemangat. Mereka semua berkumpul di ruang tengah rumah Genta, suasana hangat dan nyaman menyelimuti ruangan yang dihiasi dengan sofa kulit empuk dan meja kopi yang terbuat dari kayu jati. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan abstrak dan foto-foto Genta dan teman-temannya saat mereka beraksi di trek balap.

"Cih, nggak ada bosan-bosannya apa ngajak bos balapan," sahut Lingga dengan nada malas, sambil bersandar di sofa dan memainkan game di ponselnya.

"Namanya juga bocah b**st," sahut Javas pedas, matanya menyipit tajam, sambil menyeruput kopi hitam dari cangkir kesukaannya.

"Udahlah, biarin aja. Dia cuma cari gara-gara," kata Axton, berusaha menenangkan suasana, sambil mengelus kucing peliharaan Genta yang sedang tidur di pangkuannya. "Lagian, kita nggak perlu takut sama dia."

"Iya, kita nggak perlu takut sama dia. Tapi, kita juga nggak boleh lengah," kata Genta, suaranya dingin dan penuh tekad, sambil berdiri dan menatap keluar jendela, memandang taman yang sedikit terbengkalai di belakang rumahnya. "Kita harus siap menghadapi tantangannya."

"Oke, kita siap!" seru Gilang, Lingga, dan Javas serempak. Mereka semua menatap Genta dengan penuh semangat.

"Dewa ngajak balapan di trek baru, katanya trek paling berbahaya di kota ini," kata Gilang, matanya berbinar-binar.

"Trek baru? Di mana?" tanya Genta, keingintahuan muncul di matanya.

"Di daerah pinggiran kota, dekat hutan. Katanya treknya sempit dan berkelok-kelok, banyak tikungan tajam, dan ada beberapa jurang," jawab Gilang.

"Wah, seru nih!" kata Lingga, suaranya bersemangat.

"Berbahaya, tapi seru," kata Javas, senyum licik muncul di sudut bibirnya.

"Oke, kita terima tantangannya," kata Genta, suaranya tegas. "Kita akan tunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di kota ini."

Genta dan teman-temannya bergegas menuju garasi mereka. Mereka mengeluarkan motor balap terbaik mereka, motor-motor yang telah dimodifikasi dan siap untuk beraksi.

Pov Genta and geng

...----------------...

"Dewa, kau yakin dengan ini?" tanya Shanka, suaranya dingin dan penuh teka-teki. Mereka semua berkumpul di ruang belakang bengkel milik Dewa, suasana dingin dan mencekam menyelimuti ruangan yang dipenuhi dengan peralatan bengkel dan senjata.

Dinding-dindingnya dihiasi dengan poster-poster motor balap dan foto-foto Dewa dan teman-temannya saat mereka beraksi di trek balap. Bau oli dan bensin menyengat di udara, bercampur dengan aroma minuman keras yang tercium samar-samar.

"Tentu saja," jawab Dewa, wajahnya dingin dan penuh tantangan. "Aku sudah menunggu momen ini untuk mengalahkan Genta."

"Tapi, trek baru itu sangat berbahaya," kata Al, wajahnya penuh dengan ketegangan. "Banyak tikungan tajam dan jurang."

"Tidak masalah," jawab Dewa, suaranya dingin dan penuh keyakinan. "Aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan ini."

"Aku harap kau benar," kata Devin, wajahnya penuh dengan kekhawatiran. "Genta dan gengnya tidak akan mudah dikalahkan, apa lagi kau sering kali kalah dengan Genta."

"Jangan khawatir," jawab Dewa, suaranya dingin dan penuh keyakinan. "Kali ini aku akan mengalahkannya."

"Jangan sampai kau kehilangan kendali," kata Devin

"Kau harus berhati-hati," peringat Shanka dingin, tetapi ada sedikit kekhawatiran. "Genta dan gengnya tidak akan segan-segan untuk menyingkirkanmu."

"Aku tahu," jawab Dewa, wajahnya dingin dan penuh teka-teki. "Tapi, aku tidak akan membiarkan mereka menghentikan ku."

"Oke, kita berangkat," kata Dewa, wajahnya dingin dan penuh tantangan. "Kita akan tunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di kota ini."

Mereka semua bergegas menuju garasi mereka yang terletak di bagian belakang bengkel. Mereka mengeluarkan motor balap terbaik mereka, motor-motor yang telah dimodifikasi dan siap untuk beraksi.

Sementara itu, di lantai atas bengkel, El sedang asyik bermain game di konsol game terbaru milik Agus, salah satu anggota geng Dewa. Agus duduk di sampingnya, menonton El bermain dengan penuh kekaguman.

"Kau hebat sekali, El," kata Agus, suaranya penuh kekaguman. "Aku tidak pernah melihat orang yang bermain game secepat dan semulus kau."

"Ah, biasa saja," jawab El, sambil tersenyum malu-malu. "Aku memang suka bermain game."

El tidak menyadari bahwa Dewa dan teman-temannya sedang bersiap untuk balapan. Jika dia tahu, pasti dia akan marah besar. Dia tidak suka melihat Dewa dan teman-temannya terlibat dalam hal-hal berbahaya seperti balapan liar.

...****************...

1
Anonymous
n
Mehayo official
Aku jadi bener-bener terhibur ketika membaca cerital ini, terima kasih THOR!
Afizah_Rmd: sama sama senang rasanya cerita ku ini bisa menghibur mu..../Smile/
total 1 replies
grr_bb23
Ngangenin deh ceritanya.
Afizah_Rmd: makasih kak, maaf kalo ada yang salah kasih tau..../Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!