"Tapi mas..."
"Udah diam, kamu itu cuma bisa malu-maluin aku ya! nyesel aku nikah sama kamu!" Arzan berdiri dari sofa akan meninggalkan ruang televisi tapi di cegah oleh Ruby.
"Mas aku mau izin kerja sama Luli."
"Ya udah sana kerja! malah bagus kalau kamu kerja jadi kamu enggak numpang gratis dan jadi beban di sini!"
Ruby mulai meneteskan air matanya yang sudah dia tahan sedari tadi. Hatinya sakit mendengar semua perkataan yang di lontarkan oleh Arzan.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA MAN TEMAN! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
"Yah" ucap lemah ibu itu.
"Iya ada apa buk?"
"Minum yah"
"Ruby tolong ambilkan minum untuk istri saya" ucap Prambudi.
Ya laki-laki paruh baya itu adalah Prambudi sedangkan ibu-ibu yang di tolong oleh Ruby tadi adalah Tamara istri dari Prambudi. Ruby dengan cekatan mengambil botol minum yang berada di nakas dekatnya.
"Ini pak minumnya" Ruby menyerahkan botol minum itu ke Prambudi dan segera diambil olehnya.
"Ini sayang minumnya" Prambudi membuka botol minum lalu menaruh sedotan ke dalamnya dan memberikan ke Tamara.
Setelah minum dan tenggorokannya sudah lebih mendingan, Tamara mengarahkan pandangannya ke arah sebelahnya yang ada Ruby di sana. Tamara tersenyum memandang Ruby dan memegang sebelah tangan Ruby.
"Terima kasih ya nak karena kamu nolong saya nyawa saya bisa tertolong."
"Sayang kamu ngomongnya jangan aneh-aneh begitu dong."
"Hust...diam kamu! Ruby sekali lagi terima kasih" ucap Tamara terus tersenyum.
"Iya buk sama-sama, memangkan kita harus saling membantu sesama manusia saat dalam kesusahan. Kalau gitu saya pamit pulang ya buk, disini juga sudah ada pak Prambudi."
"Sebentar nak masa kita belum ngobrol kamu udah mau pulang aja sih, sekali lagi ibu ucapkan banyak terima kasih ibu bingung harus balas budi sama kamu dengan cara apa."
"Tenang sayang aku yang akan balas budi kepada Ruby. Ruby karena kamu menolong istri saya beberapa waktu lalu saya akan menaikkan gaji kamu dua kali lipat, gimana kamu setuju? atau kamu menginginkan hal lain maka katakan saja tidak perlu sungkan."
"Tidak perlu pak buk, saya menolong buk Tamara ikhlas tidak mengharapkan imbalan apa pun" ucap Ruby dengan tulus.
"Bentar, kamu mau naikin gaji Ruby? memang Ruby salah satu karyawan kamu?" tanya Tamara pada suaminya.
"Ya bisa dikatakan seperti itu."
"Kamu kerja di bagian apa nak?" tanya Tamara ke Ruby.
"Saya bekerja sebagai model yang dikontrak untuk pemotretan produk perusahaan pak Prambudi."
"Oh begitu, kamu sudah menikah nak?"
"Sudah buk" 'dengan anak ibu sendiri' lanjutnya dalam hati.
"Yah sayang banget, padahal ibu pengen menjadikan kamu seorang menantu untuk anak bungsuku. Tapi tidak papa aku bisa menganggap kamu anakku saja karena aku menginginkan seorang anak perempuan tetapi tidak kunjung di beri oleh tuhan, kamu enggak keberatan kan nak?"
"Sama sekali tidak keberatan ibu" ucap Ruby sambil kembali tersenyum.
"Sayang kalau kamu ingin anak perempuan kita bisa membuatnya" ucap Prambudi sedikit frontal.
Tama melotot mendengar perkataan Prambudi. "Kamu ini kalau ngomong dijaga dong, sudah tua tapi tidak bisa memfilter omongan memang kamu enggak malu sama Ruby? lagian aku sudah tua mana mungkin bisa mengandung kembali seharusnya anak-anak kita yang memberikan kita cucu tapi anak-anak nakal itu tidak bisa di harapkan" ucap Tamara sendu.
Ruby hanya diam mendengarkan perdebatan kedua orang tua itu, dia tidak berani menangapi sama sekali. Karena sudah terlalu lama di rumah sakit akhirnya Ruby berpamitan pulang.
"Ibu maaf, Ruby pamit pulang ya semoga ibu lekas sembuh."
"Iya sekali lagi terima kasih ya" Ruby mengangguk.
"Pak saya pamit" Prambudi hanya membalas dengan anggukan saja.
Sedangkan di sisi lain tepat sebelum kejadian kambuhnya penyakit jantung Tamara, saat sampai di kantor Arzan langsung dipanggil ayahnya untuk segera datang keruangannya. Tentu Arzan bertanya-tanya ada apa gerangan ayahnya memanggilnya keruangannya sendiri biasanya saja tidak pernah.
Sebelum masuk ke ruangan ayahnya dia sempat mengetuk pintu beberapa kali hingga di izinkan masuk. Sesudah membuka pintu Arzan langsung berpandangan dengan mata ayahnya yang terlihat ada kilatan amarah di dalamnya.
"Ada apa ayah memanggil Arzan? tidak biasanya begini."
"Duduk dulu, ada yang mau ayah tanyakan sama kamu" raut wajah Prambudi terlihat serius.
Arzan menurut, dia duduk di kursi depan meja kerja ayahnya. "Jawab ayah dengan jujur dan jangan bohong, ayah tidak suka dengan kebohongan."
"Sebenarnya ayah mau tanya apa sih kok sepertinya serius sekali?"
"Bagaimana tidak serius? saat seorang ayah mendengar anaknya sudah menikah sedangkan orang tuanya tidak tahu sama sekali sebenarnya kamu menganggap ayah dan ibu sebagai orang tua kamu tidak sih Arzan? apakah benar kamu sudah menikah?"
Arzan mengusap wajah dan menyugar rambutnya frustasi mendengar ayahnya tahu tentang pernikahannya. Dapat di pastikan orang yang telah memberitahu orang tuanya tentang pernikahannya adalah Arizal, dasar adiknya satu itu bermulut ember.
"Ayah tahu ini dari Arizal pasti?"
"Tidak penting ayah tahu darimana! cepat jawab pertanyaan ayah tadi jangan bertele-tele ayah tidak suka."
"Ayah sudah tahukan dari Arizal kenapa tanya Arzan kembali?"
"Berarti yang di katakan oleh Arizal benar kamu sudah menikah? ayah perlu konfirmasi dari kamu."
"Iya Arzan sudah menikah."
"Wah sudah hebat ya kamu sekarang menikah tidak memberitahu orang tuamu memang kamu tidak perlu restu dari kami?"
"Bukan begitu ayah, aku tidak memberitahu ayah tentang pernikahan ini karena aku tidak terlalu menganggap serius tentang pernikahanku."
"Santai sekali kamu ngomong begitu, jangan bilang kamu mempermainkan pernikahanmu? kamu jangan menjadi laki-laki brengsek ya Arzan! ayah tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu!"
"Tapi aku tidak mencintai perempuan itu ayah! aku terpaksa menikahinya!"
"Jangan bilang kamu menghamilinya? astaga Arzan rasa-rasanya ayah ingin menonjok wajah kamu hingga tidak berbentuk" Prambudi mulai geram sambil menahan emosi dengan menggelemetuk kan giginya.
"Aku tidak menghamilinya! gila saja, ayah kan tahu sendiri aku tidak suka dengan anak kecil makanya selama ini aku menjauhi pergaulan bebas karena aku tidak akan mau mempunyai anak dalam hidupku ini. Ayah tahu sendiri kan waktu Arizal kecil aku melakukan apa kepadanya?" Arzan tersenyum menyeringai.
"Terus kenapa kamu menikahi dia kalau tidak cinta dan tidak menghamilinya? lagian kamu kenapa sih dulu pas Arizal masih bayi kamu berusaha mencekiknya?"
"Aku mencekik Arizal karena dia terlalu berisik, dia menangis terus menerus dan itu mengganggu tidurku. Ayah ingin tahu kenapa aku menikah?" Prambudi mengangguk.
"Aku menikahinya karena sedang bertaruh dengan temanku, kalau aku bisa menikahi lalu mengambil keperawanannya dan menceraikan dia selama enam bulan pernikahan aku akan mendapatkan mansion dan mobil mewah. Bagaimana aku pintarkan."
"Kamu sungguh laki-laki brengsek!" Prambudi langsung menerjang anaknya lalu memberikan pukulan bertubi-tubi ke wajah Arzan hingga bonyok di mana-mana serta sudut bibirnya robek.
Prambudi terengah-engah setelah puas memukuli Arzan, saat mulai mengatur nafasnya teleponnya berbunyi yang ternyata telpon dari istrinya. Dia langsung menjawab, ternyata suara penelpon itu bukan istrinya.
Orang yang menelpon itu memberitahu istrinya sedang berada di rumah sakit. Mendengar itu tentu Prambudi kalang kabut, dia mengambil jas dan kunci mobil lalu pergi tanpa memperdulikan Arzan yang hampir sekarat di ruangannya.
Jangan lupa ya baca cerita author ya lain 🤗 see you next story 😉
Walau Aslan salah, tapi Aslan bersikap orang yg mencintai 👍👍
memberikan sepenuhnya rasa nyaman, kasih sayang, dan pengertian dengan membantu Ruby dan menyayangi Ano seperti keluarga nya sendiri 👍👍👍
Semoga nantinya Ruby tetap Jadinya sama Aslan yaa Thor ...
Jangan dipisahkan mereka 👍🙏🙏🙏