NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Babak Baru di Kehidupan Rheina

Rheina duduk di ruang persidangan dengan tenang. Wajahnya menunjukkan ketegaran meski hati kecilnya penuh luka. Ia tahu, hari ini adalah hari penting untuk mengungkapkan semua kebenaran tentang rumah tangganya yang sudah retak.

Ketua hakim membuka persidangan dan memanggil Rheina ke depan. “Ibu Rheina, silakan ceritakan kepada kami bagaimana kondisi rumah tangga Anda.”

Rheina menarik napas dalam-dalam sebelum memulai, “Yang Mulia, rumah tangga kami sudah tidak sehat lagi. Adnan, suami saya, terjerat judi online. Saat saya mengetahui hal itu, dia mengusir saya dari rumah. Padahal saat itu saya berusaha membantu untuk menawarkan solusi.”

Adnan yang duduk di kursi terdakwa hanya bisa menunduk lesu. Ia tidak berani menatap wajah Rheina. Rasa cintanya yang besar pada istri yang kini berdiri sebagai tergugat, membuatnya terpojok. Namun, perintah dari maminya memaksanya untuk tetap di sana.

Hakim lalu memanggil Adnan untuk memberikan tanggapan, “Tuan Adnan, apakah benar apa yang disampaikan oleh istri Anda?”

Adnan mengangkat wajahnya dengan berat, “Iya, Yang Mulia. Tapi saya tidak ingin bercerai, saya masih sangat mencintai Rheina. Saya terpaksa menggugatnya karena perintah mami saya.”

Rheina menatap Adnan dengan air mata yang mulai menggenang, “Adnan, aku tidak bisa terus hidup dalam kebohongan dan ketidakpastian. Aku sudah lelah selalu ditekan oleh mami kamu, Adnan. Kita sudah mencoba, tapi semuanya semakin buruk. Aku juga mencintaimu, tapi cinta saja tidak cukup untuk memperbaiki semuanya.”

Semua terdengar aneh di sini. Adnan sebagai penggugat justru mengatakan kalau ia tidak mau bercerai. Sementara, Rheina yang digugat menunjukkan ketegarannya dan siap untuk berpisah dengan Adnan. Mami Adnan yang menjadi dalang dari lerceraian mereka, menatap dingin pada putranya yang tampak lemah di depan hakim.

Hakim mengetuk palu, “Selanjutnya, kita akan mendengarkan saksi-saksi.”

Satu per satu saksi dipanggil. Saksi dari pihak Adnan, yang jelas-jelas dibayar oleh mamanya, tidak memberikan kesaksian yang berarti. Mereka hanya tetangga yang tidak terlalu mengenal Rheina dengan baik. Sedangkan saksi dari pihak Rheina memberikan kesaksian yang jujur tentang keburukan Adnan dan bagaimana Rheina diperlakukan oleh mertuanya.

Adnan semakin tertunduk. Ia merasa semakin terpojok. Maminya yang duduk di belakang terus memberi tatapan tajam. Sementara itu, Rheina tetap tegar, meski hatinya menangis.

Setelah semua saksi memberikan kesaksian, hakim kembali berbicara, “Setelah mendengar semua keterangan, saya akan mengambil keputusan dalam waktu dekat. Persidangan hari ini selesai.”

Adnan berdiri dan mencoba mendekati Rheina. “Rheina, aku mohon... beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan berubah, aku janji.”

Rheina menatap Adnan dengan mata penuh air mata, “Adnan, bukannya kamu yang menggugat aku? Kesempatan apa yang kamu minta lagi, Adnan? Bahkan, sebelum hal ini terjadi pun, aku masih berusaha untuk membantumu. Aku sudah memberimu banyak kesempatan. Kita harus merelakan ini semua demi kebaikan kita berdua.”

Adnan hanya bisa menunduk dan menangis. Ia tahu, cinta saja memang tidak cukup. Apalagi dia tidak begitu kuat untuk melindungi Rheina dari maminya.

Setelah kepergian Rheina, Desti mendekati putranya. Ia sangat kesal melihat perlakuan Rheina kepada Adnan yang dianggapnya sombong.

"Kamu lihat sesombong apa istrimu itu, kan?" ujarnya sinis.

"Ini yang mami inginkan, kan?" Adnan melangkah meninggalkan wanita yang telah melahirkannya itu, tanpa mempedulikan Desti yang berteriak-teriak memanggil namanya. Ia sangat kecewa dengan apa yang terjadi saat ini. Hidupnya bagaikan memakan buah simalakama.

--

Beberapa minggu telah berlalu. Persidangan demi persidangan pun telah dilalui oleh Rheina. Ia merasa letih dengan semua yang terjadi di hidupnya belakangan inin. Rheina menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, merenungkan hidupnya yang baru saja berubah. Ruangan pengadilan telah menjadi saksi bisu atas akhir dari pernikahannya dengan Adnan. Dia merasa campur aduk; ada rasa lega karena bebas dari hubungan yang tidak sehat, tetapi juga ada kekosongan karena pria yang dulu sangat dicintainya kini bukan lagi suaminya.

Pak Ramli--papanya, duduk di sebelah Rheina dengan tatapan penuh kepedulian. "Bagaimana perasaanmu, Nak?" tanya Pak Ramli dengan suara lembut.

Rheina menggeleng perlahan. "Rheina tidak tahu, Pa. Rasanya ... aneh. Rheina tidak bisa membayangkan hidup tanpa Adnan, tapi sekaligus lega juga karena terbebas dari dia."

Pak Ramli mengangguk mengerti. "Ini pasti tidak mudah, tapi yang penting, kamu telah melangkah maju untuk kehidupan yang lebih baik. Dan Zahid butuh kamu sekarang lebih dari sebelumnya."

Rheina menatap putranya yang sedang asyik bermain dengan mainan bersama Mbak Herlin di sudut ruangan. "Ya, Pa. Zahid adalah alasan Rheina untuk tetap kuat."

--

Beberapa hari kemudian, Rheina duduk di ruang tamu sambil menatap tumpukan dokumen yang harus dia urus. Suasana di rumah terasa hening setelah perpisahan yang rumit itu. Dia mengingat kata-kata pengacaranya tentang proses yang harus dijalani setelah perceraian. Sebuah pesan singkat masuk di ponselnya dari Pak Ramli.

"Nak, jangan lupa makan siang. Papa sudah masakkan makanan favoritmu."

Rheina tersenyum. Papanya selalu tahu bagaimana membuatnya merasa dihargai.

--

Hari berlalu dengan cepat, dan Rheina semakin terbiasa dengan kehidupan barunya. Namun, keberadaan Adnan tidak sepenuhnya hilang dari pikirannya. Dia masih sering berpikir tentang masa lalu, tentang mimpi-mimpi yang mereka bangun bersama dulu.

Suatu sore, sambil membaca surat dari pengadilan, Rheina melihat sebuah foto lama di dalam laci meja. Foto itu adalah mereka berdua, tersenyum bahagia di pantai saat liburan beberapa tahun yang lalu. Matanya berkaca-kaca. Dia mengingat saat-saat indah itu, tetapi juga ingat betapa sulitnya saat mereka berdua berada di ujung pernikahan mereka.

"Maafkan mama, Zahid," gumam Rheina sambil menghapus air matanya. "Mama harus kuat untukmu."

--

Sore itu, Rheina duduk di teras rumahnya, menikmati angin sepoi-sepoi. Suara riuh rendah dari televisi di dalam rumah menambah ketenangan suasana. Pak Ramli keluar dengan secangkir teh hangat di tangan.

"Kenapa duduk sendiri di sini, Nak?" tanya Pak Ramli sambil duduk di kursi sebelahnya.

Rheina tersenyum lemah. "Hanya merenung, Pa. Tentang hidup, tentang masa depan."

Pak Ramli mengangguk mengerti. "Kamu sudah melangkah maju, Rheina. Dan papa yakin, masa depanmu bersama Zahid akan cerah."

"Terima kasih, Pa," kata Rheina dengan tulus.

Mereka duduk bersama dalam keheningan yang nyaman, menikmati momen kebersamaan mereka. Rumah yang dulu pernah ditinggalkannya saat menjadi istri Adnan kini kembali menjadi istananya bersama sang papa walaupun tanpa kehadiran mamanya lagi.

"Sore, Mama!" seru Zahid sambil melompat ke pangkuannya. Anak itu baru saja selesaikan dimandikan oleh Mbak Herlin.

Rheina tersenyum lebar, mencium pipi kecil putranya. "Sore, sayang. Kamu sudah siap untuk bermain?"

Zahid mengangguk antusias. "Iya! Ayo, Mama!"

Rheina menurunkan Zahid dari pangkuannya dan menggandeng anak laki-laki tersebut. Mereka berdua tertawa riang saat mereka berjalan menuju taman yang tidak jauh dari rumahnya. Matahari sore itu bersinar cerah di atas kepala mereka, memberikan harapan baru bagi Rheina untuk masa depannya.

"Terima kasih, Zahid," bisik Rheina pelan, tetapi dalam hati. "Karena kamu, mama belajar untuk bahagia lagi.

Di kejauhan, sebuah gambaran harmonis Rheina dan Zahid bermain di taman, disaksikan oleh Pak Ramli yang tersenyum bangga dari teras rumah. Hidup berlanjut, dengan cerita baru yang penuh harapan untuk Rheina dan putranya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!