sekuel dari SELEPAS TALAK TIGA
Dirga Wijaya, seorang pebisnis sukses.Memiliki keluarga yang bahagia dari pernikahannya yang kedua. hingga sebuah kecelakaan menewaskan istri dan kedua mertuanya.
Hanya sang putri yang selamat, tetapi mengalami trauma yang sangat hebat sehingga memaksa Dirga untuk melakukan hipnoterapi agar putrinya tetap bisa hidup dengan normal.
setelah kecelakaan Dirga yang mengetahui bahwa ternyata Sang Putri berada dalam bahaya akibat incaran dari musuh, terpaksa menyembunyikan putrinya dan membuat sang putri hidup dalam penyamaran.
Tiga tahun kemudian, Dirga bertemu kembali dengan mantan istrinya yang juga sudah menjadi seorang janda. benih-benih Cinta dalam hati Dirga kembali berbunga.
tetapi sayangnya, bunga yang semakin berkembang harus dicabut paksa, saat Dirga mengetahui bahwa sang putri dan putra dari mantan istrinya saling mencintai.
lalu jalan apa yang akan ditempuh Dirga? apakah dia akan dengan egois meraih kembali cintanya, atau mundur demi Putrinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Ya Allah, Tuan Muda Ega..., Simbok beneran seperti melihat Tuan Besar saja!" ucap Bibi pelayan ketika Ega menghampiri dan bersalim mencium tangannya.
wajah Ega memang persis seperti Agung. hanya saja Ega lebih putih dan lebih tinggi besar karena membawa gen keluarga Iskandar.
"Apa kabar Mbok.?!" tanya Ega yang tanpa segan membawa Bibi pelayan dalam pelukannya. Bibi pelayan sudah seperti nenek bagi Ega.
"Simbok baik Tuan Muda..?!" Bibi menjawab sambil menghapus air matanya. para pelayan yang ikut menyambut pun ikut menitikkan air mata. Bibi memang yang membantu merawat Ega sejak bayi. Karena saat Ega berusia satu tahun, babysitter pamit undur diri karena menikah.
setelah itu Mila tak lagi menggunakan jasa babysitter, karena melihat Ega begitu nyaman saat diasuh oleh Bibi. Hingga kemudian Bibi seolah menjadi ibu kedua bagi Ega. karena itulah Bibi diperlakukan sama seperti keluarga sendiri oleh Ega.
Bukan berarti pelayan yang lain diperlukan berbeda. Tidak. Ega benar benar mewarisi sifat Agung yang tidak pandang kasta. semua pelayan di anggap sebagai keluarga sendiri. Hanya saja yang lain tentu tak selancang itu untuk berpelukan dengan Tuan Muda nya.
***
Ega menelan makanan yang melewati kerongkongan nya dengan susah payah . semua yang terhidang di meja didominasi makanan kesukaan dia dan Bintang. pasti Mamanya telah dengan susah payah menyiapkan ini semua sejak pagi.
Tapi sekarang semua sia sia. bahkan Bintang tidak berada di antara mereka. Satu tanda tanya muncul di benak Ega. kalau Bintang, bisa saja tidak berada disana karena dia pulang dengan membawa Valencia. Tapi kenapa Om Dirga juga tidak ikut mengantar dia pulang. bukankah seharusnya calon ayah sambungnya itu sedang bermanis manis padanya.
Sekilas pandang Ega melirik ke arah om Toni. kenapa jadi beliau yang ada di sini. apakah hubungan om Dirga dan Mamanya telah kandas. apakah Om Toni adalah salah satu penyebabnya.
suasana di meja makan terasa begitu kaku. hanya ada suara Valencia yang bermanja pada Ega dan sesekali mencoba berakrab akrab dengan Jameela, serta suara Toni yang sedang berperan sebagai calon suami yang baik.
"Haahhh...!" Toni mendesah, "aku seperti sedang masuk kedalam dunia novel sebagai pemeran figuran yang naik level jadi pemeran utama!" batin bujang lapuk itu.
***
"Ada yang ingin Mama bicarakan, Ga!" ucap Jameela ketika mereka berpapasan di dapur. setelah mengucapkan itu Jameela mendahului duduk dikursi yang ada di dapur.
Tadinya Ega hendak mengambil sebotol minuman dingin dari lemari es untuk Valencia. gadis itu sekarang sedang ada di kamar tamu untuk istirahat. rencananya nanti malam setelah istirahat barulah Ega akan mengantarnya mencari hotel untuk menginap.
tinggal mereka berdua saja. om Toni sudah pulang sejak satu jam yang lalu.
"Ada apa Ma..?" Ega membungkukkan badan dan memeluk Mamanya dari belakang. lalu melabuhkan ciuman di pucuk kepala Mamanya. dia masih rindu pada wanita yang telah melahirkannya itu.
Jameela memejamkan mata. perlakuan Ega mengingatkannya pada mendiang Agung. Dulu almarhum suaminya juga selalu melakukan hal seperti itu ketika tahu dirinya sedang gundah.
"Ada apa sih Ma? katanya mau bicara kok malah diam?!" tanya Ega yang masih setia merangkul Mamanya dari belakang. sebenarnya dia tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Mamanya. pasti tentang Valencia. tapi dia akan berpura pura tidak tahu saja.
"Kamu sudah tahu apa yang ingin Mama bicarakan Ga!" tekan Jameela.
"Mama ini. memang nya Ega ini cenayang? yang bisa membaca pikiran orang?!" canda Ega lalu duduk di kursi yang ada di seberang Mamanya agar mereka bisa berhadapan.
"Ada hubungan apa diantara kamu dan gadis yang kamu bawa pulang itu?!" sudah semenjak dari bandara Jameela menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan pertanyaan itu.
kehadiran gadis Amerika Latin itu membuat pikiran Jameela menjadi ketar-ketir. apalagi melihat betapa akrabnya mereka berdua. betapa mesranya Valencia bersikap pada Ega.
Jameela takut jika pergaulan di luar sana telah mempengaruhi pribadi Ega. Jameela tidak ingin putranya menganut pergaulan bebas seperti orang-orang bule itu.
"Mama ini. Ega memang menjalin hubungan dengan Vale Ma,!" uhh.. panggilan yang sangat manis terdengar. tapi Jameela merasa tidak suka.
"tapi Mama jangan khawatir, Ega tidak mungkin melakukan hal yang melanggar norma agama kita!" ucap Ega sambil menggenggam tangan mamanya
"Maksud Mama sejauh mana hubungan kalian, apakah sebatas teman, atau lebih?!" Jameela menyorot tajam mata Ega.
Menghela nafas. Ega tahu apa maksud Mamanya. "memangnya kalau Ega pacaran sama Vale kenapa Ma? gak masalah kan kami sudah sama sama dewasa!" ucap Ega
"Lalu Bintang? bagaimana dengan dia?!" kejar Jameela.
"Bintang? kenapa harus membawa nama Bintang? apa hubungannya dengan Bintang, kalau Ega pacaran sama Vale?" Ega berpura pura bingung.
Jameela menatap lekat wajah putranya dia tahu putranya tengah berbohong. tetapi tidak mungkin juga dia bilang bahwa dia tahu semuanya. Itu hanya akan membuka rahasia, bahwa dia telah membaca buku yang disembunyikan Ega.
jadi Jameela berpikir bahwa lebih baik dia berpura-pura tidak tahu saja dulu. tetapi dia akan tetap berjuang agar anaknya bisa bersatu kembali dengan Bintang.
dan akhirnya pembicaraan itu pun selesai tanpa mendapatkan hasil apapun.
***
malam hari di rumah Dirga.
" Kenapa masih belum tidur juga sayang?" walaupun sedang galau Dirga tetap menyempatkan dirinya untuk melihat Sang Putri. dan dia mendapati putrinya masih juga bermain dengan ponselnya.
"Entahlah Ayah, Bintang masih belum bisa tidur. ini Bintang baca-baca aja, supaya Bintang lekas mengantuk lalu tertidur!" jawab Bintang.
"Ada apa hem?" tanya Dirga. dia merasa aneh, karena seharian ini tidak biasanya Bintang yang selalu ceria hari ini lebih banyak mengurung diri di kamar. dia khawatir kalau putrinya itu sedang sakit atau apa.
"Tidak ada apa-apa Ayah, Kenapa Ayah harus terlihat khawatir seperti itu sih? Bintang ini kan bukan anak kecil lagi Ayah?!" Bintang mengerucutkan bibirnya.
"Sampai kapanpun Kamu adalah tetap putri kecil Ayah!" ucap Dirga sambil merengkuh putrinya ke dalam pelukannya.
"Hish.. Ayah ini..padahal Bintang kan sudah besar. Bintang ini kan sudah lulus kuliah, masak disamakan dengan anak kecil sih!!" Bintang berpura-pura cemberut.
"Iya Iya Ayah tahu. Putri Ayah ini sudah dewasa. dan karena kamu dewasa inilah yang membuat Ayah takut." ucap Dirga sambil mempererat pelukannya
"Ayah ini Aneh. kenapa Ayah takut? Memangnya apa yang harus Ayah takutkan?" tanya Bintang mendongak menatap wajah Ayahnya.
"Ayah takut, suatu saat nanti atau akan ada seorang pria yang datang memintamu pada Ayah lalu membawamu pergi. Tapi tetap saja Ayah sadar bahwa hari itu pasti akan datang dan ayah memang harus bersiap untuk merelakanmu. tidak mungkin Ayah bersikap Egois dengan mengikatmu selamanya di sisi Ayah. Ayah juga ingin kamu bahagia dengan kehidupanmu kedepannya.!" jawab Dirga yang hanya bisa dia ucapkan dalam hati.
"Tidak ada apa-apa. sudah lupakan saja!" Dirga melonggarkan pelukannya kemudian mengecup pucuk kepala Sang Putri. "Tidurlah hari sudah larut, tidak baik seorang anak gadis begadang nanti bisa-bisa wajahmu keriput!" canda Dirga. lalu menurunkan kakinya dari ranjang sang putri, berdiri dan menutup tubuh putrinya dengan selimut. menariknya hingga ke dada. mengambil ponsel yang ada di tangan putrinya, mematikannya kemudian meletakkan di atas nakas.
"Baiklah. Selamat malam Ayah! Bintang menyayangi Ayah!" ucap Bintang lalu bersiap untuk memejamkan matanya.
Dirga hanya menjawabnya dengan melabuhkan kecupan sekali lagi di ubun-ubun putrinya. lalu mematikan lampu besar dan menggantinya dengan lampu tidur. Setelah itu dia beranjak untuk keluar dari kamar.
"Ayah..?!" Panggil bintang ketika Dirga hampir menutup pintu.
Dirga berhenti dan menoleh, "Hem..?"
" sampai kapanpun Bintang akan tetap bersama dengan Ayah. Bahkan jika ada seorang pria yang meminta Bintang. Bintang tidak akan pernah meninggalkan Ayah. karena bintang menyayangi Ayah!" ucap Bintang.
" sudah tidurlah! jangan ngelantur malam-malam begini. tidak baik!" ucap Dirga kemudian menutup pintu. pria paruh baya itu menyandarkan punggungnya di pintu. menengadahkan kepala keatas, agar air yang menggantung di pelupuk matanya tak sampai terjatuh. di hembuskannya nafas yang terasa berat. guna mengusir sesak yang bercokol di dada.
"Ayah juga menyayangi Bintang!" ucapnya lirih
𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚔𝚊𝚑?