Ai To Fukushū (Love And Revenge)

KETEGANGAN DI CLUB

Sesampainya di depan ruangan VIP yang pelayan club tunjukkan, Koji berdiam diri untuk sesaat, lalu menoleh ke arah Akira yang masih berdiri di belakangnya.

“Kau tidak keberatan jika aku menyuruhmu ikut masuk?” tanya pria pirang itu memperingati garis keras, bukankah Koji sudah memberitahu nya sesuatu kejadian yang mungkin akan terjadi di dalam sana.

“Tidak masalah Tuan. Aku hanya mematuhi perintah.” Jawab Akira percaya diri.

“Akan ada banyak pria di dalam, dan kau satu-satunya wanita. Jadi... pertahankan dirimu sendiri.” Ujar Koji sebelum akhirnya penjaga membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Koji masuk bersama dengan Akira yang masih setia di belakangnya.

Benar saja. Saat ia melangkah masuk, seorang pria dengan sweater hitam dan jas biru tuanya tengah duduk di sofa sambil merokok santai. Ada empat pria berkaos hitam dengan tampang seram yang berdiri Setiadi belakangnya.

Melihat kedatangan Koji bersama seorang wanita, sungguh membuat pria bernama Atara itu mengernyit hingga terkekeh kecil. “Duduklah Mr. Koji, sudah lama kita tidak bertemu!” sapa pria itu dengan suara seraknya yang sedikit melantur.

Akira yang melihatnya pun terkejut hingga membulatkan matanya. -‘Pria itu ada di sini?!’ batinnya nampak tak suka hingga gelisah.

Koji yang mulai duduk di sofa lainnya sementara Akira berada di belakangnya layaknya penjaga yang lainnya malah membuat Atara terkekeh heran. “Sungguh?!” ucapnya meletakkan rokoknya di asbak.

“Anda memperkejakan seorang wanita sebagai bodyguard pribadi!!” pria itu masih tertawa kecil, sedangkan Koji hanya diam dengan tatapan tajam, tegas dan selalu menusuk lawannya untuk mencari titik lemahnya.

Tawa Atara berhenti saat ia mulai menatap lekat ke arah Akira. Pria itu mulai mengernyit seakan dia mencoba mengingat sesuatu.

“Apa kita pernah bertemu?” tanya Atara dengan serius.

“Tidak Tuan.” Jawab Akira tanpa senyuman.

Seketika suara tawa terdengar kembali bak orang gila yang tak terkendali dan tak mudah ditebak. Melihat tingkahnya saja sudah membuat Koji berkerut alis hingga gatal sendiri melihatnya.

“Baik mari kita mulai pertemuan ini! Tapi sungguh, jika aku memiliki penjaga wanita, itu hanya untuk pemuasan nafsu!!! Right?!” pria bernama Atara itu seakan suka sekali mengejek seseorang, dasar mulutnya memang sialan dari dulu.

Mendengar hal itu Akira hanya menyeringai kecil.

“Baik Mr.Koji— ”

“Bodyguard wanita bukan berarti lemah dan mudah untuk dijadikan pemuas nafsu. Mereka bisa membungkam mulut seorang pria dengan mudah tanpa harus menyentuhnya.” Potong Akira membalas ucapan Atara yang sungguh menertawakan harga diri seorang wanita. Benar-benar sialan.

Tentu saja pria yang selalu memakai pakaian yang menutupi leher itu menatap tajam ke Akira yang masih fokus ke depan. Lalu ia melirik ke Koji yang terlihat santai dengan safir biru tajamnya itu.

“Anda ingat peraturan? Seorang bawahan tidak boleh menyela pembicaraan para atasan.” Ucap Atara kepada Koji.

Ya! Itu sudah berlaku sangat lama bagi orang-orang seperti mereka. Seorang bawahan akan mendapat hukuman dari bosnya sendiri jika berani menyela pembicaraan seorang atasan. Koji berdiri, tanpa aba-aba— Plak! Satu tamparan keras ia berikan ke pipi Akira begitu saja.

“Jangan pernah menyela pembicaraan kami. Lain kali ingatlah itu.” Ucap Koji bersuara dingin.

Betapa Akira menahan marah dan malunya saat mendapat tamparan keras yang mengakibatkan luka di sudut bibirnya hingga warna merah menyala di pipi kirinya saat ini.

Melihat hal itu, Atara tertawa puas dan Koji kembali duduk. “Lain kali jaga ucapanmu Tuan Atara. Aku memberikannya hukuman sesuai peraturan, tapi aku belum memberimu hukuman atas kelancangan mu dan itu tidak ada peraturan.” Ancam Koji tak main-main hingga Atara terdiam menatapnya kesal.

“Apa yang membuatmu datang ke tempat ku?” tanya pria pirang itu mulai bersandar dengan tangan kanan di atas punggung sofa.

“Kedatanganku bukan untuk berperang, aku ingin membeli produk beer terbarumu.” Jawab Atara yang kini fokus ke tujuan awalnya.

Koji mengamatinya dengan penuh curiga.

“Dan kau akan menjualnya dengan harga tinggi.” Tebak Koji hingga berpaling seraya menyeringai licik. Tentu saja hal seperti itu tak diperbolehkan, apalagi Koji sangat yakin dan tahu bagaimana Atara akan memanipulasi produknya itu sebagai miliknya asli.

Mendengar hal itu Atara menganga membetuk sebuah senyuman tak percaya lalu ia menjilat bibirnya yang kering dan mulai bersandar. “Sudah ku duga kau akan berpikir seperti itu!” balas Atara memegangi dahinya sambil menggeleng menutup mata.

“Kau sudah mengetahui jawabannya dan itu sudah jelas. Seseorang boleh menjualnya kembali asal mendapat izin dariku atau....” Koji mengentikan ucapannya, mencondongkan tubuhnya kedepan dengan kedua tangannya bertumpu di atas pahanya yang terbuka.

“Berikan aku salah satu wilayah besar yang kau pegang! Akan aku berikan izin saat ini juga.” Ucap Koji tak main-main. Pria itu menyeringai kecil dan licik sambil kembali bersandar santai.

Sedangkan Atara sudah menggertakkan giginya. “YAAAAA!!!! Kau sangat licik huh... ” Balas pria itu yang menahan emosinya hingga tubuhnya gemetar efek dari narkoba yang ia pakai.

Tatapan Atara menajam tapi Koji sama sekali tak peduli.

“YOU FUCK MAN— ” Atara berdiri dan hendak memukul Koji dengan botol beer sampai Akira dengan sigap langsung melompat dari sofa dan berhasil menendang pria itu hingga terduduk kembali dengan pekik kesakitan nya.

Dengan gerakan cepat, Akira berhasil menahan tubuh Atara dengan menekan perutnya menggunakan lutut kanannya sedangkan sebuah pisau kecil sudah berada tepat di leher pria itu, pria yang saat ini tak bisa berkutik lagi.

Tak tinggal diam, keempat penjaga Atara pun mengeluarkan pistol mereka tepat ke arah Akira yang sudah berani mengancam bos mereka dengan pisau. Tentu saja pria itu malah terkekeh.

“Lakukan, ayo lakukan!” ejek Atara menatap Akira dengan tawa kecilnya. Siapa yang tidak marah jika melihat orang seperti itu.

“LAKUKAN JALANG SIALAN....!!!”

“Jika kalian berani menekan pelatuknya, maka dalam sekejap akan ku pastikan ada benda tajam yang siap menggores leher kalian secara bersamaan.” Ancam Koji kepada keempat pria berkaos hitam yang saat ini tengah memperhatikan dinding di sekitarnya.

Ya! Mereka melihatnya, sebuah dinding terbuka secara perlahan hingga membentuk persegi kecil yang terdapat senjata canggih di sana yang akan siapa meluncur kapanpun tombol ditekan.

Memilih waspada, keempat pria tadi menurunkan kembali senjata mereka sehingga Atara hanya bisa menyeringai kesal.

“Kuso!” umpat pria itu menatap tajam ke Koji lalu kembali menatap ke Akira yang mulai menyeringai kecil.

Pria pirang itu mulai berdiri dari duduknya, mengancingkan kembali jasnya.

“Aku memberimu tawaran bagus, tapi kau malah menyerang. Dalam sekejap wanita itu bisa membunuhmu.” Ujar Koji membuat musuhnya hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Berpikir sebelum bertindak.” Lanjut pria cerdas itu dengan sorot tajamnya ke Atara.