⚠Jangan tertipu dengan cover ku yang manis ini ya, he he he⚠
Sebuah kisah yang menceritakan tentang si kembar identik. Sang kakak (Candy) yang melakukan penyamaran identitas demi membalas orang-orang yang sudah membuat adiknya (Candu) koma.
Segala cara akan ia tempuh, demi memberi hukuman setimpal untuk para pelaku.
Dapatkah Candy membalas dendam Candu?
Penasaran? Yuk ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CC33
POV AUTHOR
"Jangan kemari...!" Dengan detak jantung berpacu cepat, Bisma melarang Candy mendekati nya.
Namun, gadis bermata sembab itu tak menggubris perkataan Bisma dan tetap terus melangkah. Mata indahnya membulat sempurna, kaki nya pun lemas seketika saat melihat darah mengucur dari kaki Bisma hingga mengotori lantai.
"B-Bisma, kau kenapa?" tanya Candy dengan suara terbata-bata.
Dengan tubuh bergetar, sigap Candy memapah Bisma ke sofa dan segera mengambil kotak P3K.
"Serahkan pada ku." Tangan Bisma menengadah.
Candy menyodorkan kotak putih dengan lambang khas P3K, yang langsung disambar Bisma.
"Pulang sana ke apartemen mu, kau tidak boleh melihat kondisi ku yang seperti ini." Pinta Bisma seraya menatap lembut.
Lagi dan lagi, Candy tak menggubris, gadis itu mencondongkan sedikit tubuhnya. Tangan yang tengah gemetar itu meraih sebuah gunting dan memotong separuh celana bagian bawah lutut Bisma yang berlumur darah.
Mata indah itu terbelalak saat melihat sebuah peluru bersarang di betis Bisma. Seketika saja air mata Candy luruh.
"Pergi lah ke kamar mu, kau sangat benci melihat darah. Biar aku yang mengobati sendiri," ucap Bisma.
Candy menggeleng lemah. "Aku tetap ingin berada di sini."
Bisma menghela napas berat dan merogoh sebuah sapu tangan di dalam saku, lekas ia menyumpal kain hijau berbahan satin itu ke dalam mulutnya. Dengan sebuah pencapit, pria itu mencungkil paksa timah runcing berlapis cangkang baja dari kakinya.
Candy menutup telinga dengan kedua tangannya saat Bisma mengerang kesakitan. Gadis itu tak sanggup mendengar suara pria itu, tapi, tak mampu jua meninggalkan Bisma seorang diri. Jeritan Bisma seolah membuat hatinya terkoyak.
Setelah membersihkan dan menutupi lukanya dengan perban, Bisma merebahkan tubuhnya di sofa.
Candy menelisik dengan tatapan, menunggu penjelasan Bisma.
"Anak buah mereka memeriksa latar belakang ku, mereka kira aku bekerjasama dengan kepolisian untuk membekuk mereka. Aku bertarung semampunya, saat aku kabur, mereka menembak kaki ku dengan timah panas." Jelas Bisma sembari menghindar saling tatap.
Pria berwajah pucat itu merogoh isi jaketnya, mengeluarkan beberapa ampoule dan jarum hipodermik. "Aku berhasil mendapatkan barang nya, tinggal kita eksekusi saja."
"Kenapa kamu gak ke rumah sakit sih? Malah balik ke apartemen, kamu tau gak? Kamu itu membutuhkan pertolongan medis!" gusar Candy.
"Aku tau, tapi, akan berbahaya jika aku pergi ke rumah sakit. Selain pengedar itu akan menggeledah rumah sakit di ibu kota ini, bagaimana jika aku tertidur akibat bius yang di suntikan Dokter? Sementara barang haram itu ada di dalam jaketku? Kan gak lucu kalau setelah siuman aku berada di balik jeruji besi.
"Tenang saja, aku berpengalaman mengobati luka seperti ini." Bisma mengacak rambut Candy sembari tersenyum lembut. Namun, senyuman pria itu seketika membeku kala melihat wajah Candy yang sembab. "Kau sedang sedih?"
Candy mengangguk singkat, tangannya merogoh ponsel dan mencari kontak Reby, kakak sepupunya. Gadis itu mengirim sebuah pesan sebelum menatap Bisma lekat.
"Apa ada hubungan nya dengan kau ke rumah sakit hari ini?" tanya Bisma.
Kembali Candy menganggukkan kepalanya.
"Mau bercerita?" Bisma menyodorkan sebungkus lollipop kesukaan Candy.
Candy menyambar lollipop favorit nya, lalu mulutnya berkicau bagai burung, menumpahkan semua unek-unek di dalam hati. Gadis itu kembali menangis.
"Mereka selalu bilang, aku seperti monster. Mereka bilang, tatapan mata ku aneh. Kenapa mereka begitu tega berbicara seperti itu sebelum mencari tau apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka berbicara buruk sesuka hati? Mereka pikir mereka siapa?" Candy mengusap air matanya.
"Jangan khawatirkan omongan orang lain, urus dirimu terlebih dahulu. Kamu harus baik-baik saja hari ini, untuk melewati hari esok. Aku yakin ... kamu pasti bisa, karena kamu kuat." Bisma menyampirkan rambut Candy ke belakang telinga.
"Kata siapa aku kuat? Aku menangis setiap malam. -- Tak semua yang terlihat itu realita, aku menangis di malam hari dan tertawa di siang hari. Sekuat apapun aku, tetap saja aku hanya manusia kan? Aku kira, jika aku berlagak kuat, aku tidak akan merasa sakit. Namun ... sakit tetaplah sakit, ternyata benar-benar sangat sakit, semuanya sangat menyakitkan." Candy menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Melihat Candy kembali terisak, Bisma memangkas jarak mereka, mendekat pada Candy.
"Orang-orang yang ku sayangi ... menjadi neraka bagiku. Aku amat menyayangi mereka, juga sekaligus benci. Aku juga ingin bahagia, Bisma. Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku berubah? Menjadi anak yang lemah bersuara lembut dan bersikap lemah lembut?" suara Candy kian bergetar.
"Jangan berubah hanya demi orang lain. Apapun tindakan mu, yang pergi tetaplah pergi dan yang tinggal tetap akan di sini menemanimu," jelas Bisma lembut. "Jadilah dirimu sendiri."
Candy menatap lurus manik hitam pekat milik Bisma, lalu melirik kaki yang terbungkus perban. "Apa kaki mu masih sakit?"
Bisma mengangguk singkat. "Kaki ku ini bukan di gigit nyamuk, tapi tertembak. Tentu saja masih sakit."
Sudut-sudut bibir Candy melekuk turun, matanya bergetar.
Bagaimana ya cara menyampaikan hal itu pada Bisma? Batin Candy meragu untuk membuka mulutnya.
"Bicaralah jika masih ada yang ingin kau bicarakan, tak usah memikirkan kondisi ku." ucap Bisma yang sebenarnya sudah tau apa yang akan Candy katakan. Pria itu sudah mendengar perdebatan Candy dan keluarganya melalui alat penyadap yang di pasang diam-diam di dalam tas nya.
Dengan suara bergetar, Candy menceritakan tentang permintaan keluarganya untuk menikahi Candu.
Bisma mendengarkan dengan saksama, ekspresi nya berubah-ubah meskipun sudah mengetahui isi pembicaraan.
"Jadi, apa keputusan mu?" tanya Candy begitu selesai menyampaikan pesan dari keluarga nya.
CUP!
Candy ternganga saat Bisma mengecup singkat bibirnya. Wajah keduanya memerah.
"Hey, kenapa tiba-tiba mengecup bibir ku?! Kau pria mesum ya?! Aku ingin tau apa keputusan mu! Jawablah ...!" protes Candy sembari mengabaikan jantungnya yang geli bagai tergelitik ribuan kupu-kupu, telinganya panas luar biasa.
CUP! Bisma kembali mengecup bibir mungil berwarna merah muda itu.
"Itu jawaban ku, apa kau tidak mengerti?! AKU MENCINTAIMU, RUBAH GILA!"
*
*
*
Guys, silahkan protes, karena Author nulisnya sambil kleyengan, gak fokus 🙏🏼
Dunia Author lagi berputar² 😂 kayaknya sekejap lagi berubah jadi trenggiling 🤘
Selamat membaca ya, sambung besok lagi ...!
sok lugu padahal suhu nya
Typo sangat minim
Feel nya dapat
kopi sudah otewe ya tor 😘