Terjebak Cinta Si Perawan Tua

"Makasih banyak ya Vin," ucap Elsa saat ia sudah sampai di rumahnya.

"Ya. Jaga kesehatan kamu Sa," balas Marvin tersenyum kemudian memutar kemudinya keluar dari area rumah sahabatnya itu. Elsa melambaikan tangannya dengan hati menghangat bahagia.

Andai saja, Marvin yang jadi papa dari bayi yang ada di dalam kandungannya maka ia pasti sangat bahagia. Marvin tampan, kaya, dan juga sangat perhatian pada semua orang.

Sayangnya, cinta pria itu ada pada orang lain dan bukan untuknya.

Miss Malena, aku yakin orang itu adalah kamu, ucapnya dalam hati dengan perasaan campur aduk. Ingin ia marah tapi ia tak punya hak untuk itu. Guru yang terkenal killer itu ternyata mempunyai hati yang sangat baik seperti Marvin. Mungkin karena itu mereka berjodoh.

"Kenapa kamu? Nyesel gak bisa mendapatkan Marvin?" tegur Lisa dari arah belakangnya.

Elsa tersenyum kemudian berbalik dan memandang sang mama.

"Ah mama. Nyesel sih tapi kalo bukan jodoh mau bagaimana lagi. Insyaallah ada jodoh terbaik yang Tuhan siapkan untukku ma."

Lisa tersenyum kemudian meraih Elsa ke dalam pelukannya. Ia sudah merasa lebih baik saat ini meskipun masih sering tidak ingin menerima kenyataan.

Malena, guru berhijab dan berkacamata tebal itu banyak mempengaruhi pikirannya. Apalagi wanita itu banyak menyiapkan waktu untuknya jika ingin mencurahkan perasaannya.

"Masuklah, mama sudah nyiapin sup jamur tiram untuk kamu," ucap wanita paruh baya itu seraya meraih tangan Elsa dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Ih mama kok tahu kalau aku pengen banget makan yang anget-anget," seru Elsa dengan perasaan yang sangat bahagia.

"Mama juga pernah dua kali hamil. Mama sangat suka makan sup. Jadi mama yakin kamu juga pasti suka."

"Makasih banyak ma, udah mau nerima keadaan aku," ucap Elsa dengan mata berkaca-kaca.

Lisa tersenyum kemudian mencium pelipis sang putri.

"Mama yang mau berterima kasih karena kamu mau mengerti perasaan mama sayang. Kamu gak benci mama yang sudah meminta mu melakukan sebuah dosa besar."

"Ah mama, udah dong, aku 'kan jadi sedih lagi," balas Elsa seraya menyusut cairan bening yang sudah mulai menetes di kedua bola matanya.

Lisa pun tidak melanjutkan lagi pembahasan yang sangat menguras emosi itu dan lebih memilih menikmati sup jamur tiram yang baru turun dari panci.

🌻

Sementara itu, Marvin harus mampir ke rumahnya terlebih dahulu untuk mempersiapkan dirinya yang akan bertemu dengan sang istri tercinta.

Di depan halaman, beberapa mobil keluarganya tampak terparkir rapih dan itu menunjukkan kalau yang empunya mobil pasti sedang ada di dalam rumah.

Marvin tersenyum tipis dengan dada berdebar bahagia. Hari ini, ia akan memutuskan untuk menceritakan tentang hubungannya dengan Malena agar mereka bisa hidup bersama layaknya suami istri pada umumnya.

Langkahnya ia perlambat saat mendengar percakapan dari orang-orang terdekatnya. Niatnya adalah, ia ingin memberikan kejutan karena ingin meresmikan pernikahannya dengan Malena.

"Aku ingin lanjut doktor pa," ucap Martin seraya menatap mama dan papanya bergantian. Andrian tersenyum begitupun Indira. Putra pertamanya itu memang sangat sangat mengutamakan karir daripada urusan keluarganya.

"Bagus itu nak." Indira menjawab dengan mata berbinar.

"Boleh saja sih menurut papa, tapi apa kamu gak kepikiran untuk menikah terlebih dahulu?" timpal Andrian kemudian menyeruput jus jeruk yang ada di hadapannya.

"Tentu saja pa. Aku juga ingin menikah dan memberikan cucu pada papa dan mama." Martin menjawab dengan dada berdebar. Mengingat kata pernikahan, rasanya ia sungguh sangat tak sabar karena ia merasa telah menemukan seseorang yang sudah lama ia cari.

"Sudah punya jodoh belum?" tanya Indira bersemangat.

"Alhamdulillah sudah ma." Martin menjawab seraya membayangkan wajah seorang wanita cantik berhijab yang mempunyai bola mata bulat dan indah.

Marvin pun tersenyum dari balik dinding. Hatinya sangat senang karena akhirnya sang Abang berpikir untuk menikah setelah penghianatan tunangannya beberapa tahun yang lalu.

"Waduh. Padahal mama udah nyiapin kamu jodoh juga." Indira pun sama. Ia juga membayangkan seorang wanita cantik, sederhana, dan sangat ia idam-idamkan.

"Siapa sih ma?" tanya Martin penasaran. Marvin ikut penasaran tapi ia masih berdiri saja di balik dinding.

"Apa dari anak teman mama? Atau dari keluarga kita?" lanjut Martin masih dengan ekspresinya yang sangat penasaran.

"Kamu juga kenal kok. Dan mama yakin kamu pasti suka," senyum Indira dengan teka-teki nya.

"Ah mungkin saja. Tapi aku juga punya calon yang aku yakin mama dan papa juga suka," ucap Marthin sama-sama memberikan teka-teki.

"Waduh sudah pada punya calon nih," timpal Marvin ikut nimbrung. Ia akhirnya mendudukkan dirinya di antara mama dan papanya karena tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Siapa ma?" Martin semakin penasaran. Meskipun ia mempunyai pilihan calon istri tapi kalau kedua orangtuanya tidak setuju maka ia akan ikut saja apa yang mereka inginkan.

Indira kembali tersenyum kemudian menatap semua anggota keluarganya bergantian.

"Mama ingin kamu dulu yang bilang siapa calon istri yang ingin kamu inginkan. Setelah itu mama yang bilang siapa yang sangat cocok untuk menjadi menantu mama."

Martin tersipu kemudian menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Baru kali ini ia merasa sangat tegang untuk menyampaikan sebuah nama yang sangat ia inginkan.

"Ayo katakan sekarang juga, jangan buat kami penasaran bang. Soalnya aku juga sangat ingin menyampaikan kalau aku juga punya seseorang yang aku cintai" ucap Marvin lebih-lebih tak sabar.

"Aku ingin melamar Miss Malena pa ma. Dia sangat cocok untuk menjadi istriku."

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung menahan nafas. Tatapan mereka langsung mengarah kepada sumber suara.

🌻

Eng Ing Eng.

Siapakah dia?

*Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?*