Nadia Nata hamil diluar nikah tanpa sepengetahuan kekasihnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama satu tahun. Karena janji manis dan rayuan sang kekasih, mereka melakukan hubungan yang tidak sepantasnya hingga Nadia mengandung.
Aditya Bima Mahendra, seorang CEO salah satu perusahaan terkenal milik keluarganya. Dia sudah satu tahun menjalin hubungan dengan sekretarisnya bernama Nadia Nata.
Tetapi saat mantan kekasihnya Nindi muncul kembali, satu tahun pengorbanan Nadia seolah-olah tidak berarti bagi Aditya. Dia lebih memilih Nindi dan berencana menikahinya tanpa tahu jika Nadia sedang mengandung anaknya.
Merasa dibuang dan tidak dihargai lagi. Lagi pula hubungan Aditya dan Nadia tidak mendapat restu dari orang tua Aditya karena alasan asal usul Nadia yang tidak jelas, membuat Nadia akhirnya memilih menyerah dan pergi.
Bagaiman kisah mereka selanjutnya? Ikuti ceritanya hanya eksklusif di NOVELTOON saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28. Bertemu Aditya Versi Mini
Ibu Imah terdiam memikirkan kembali perkataan Nadia barusan. Wanita paruh baya itu tidak ada niatan sedikit pun membela Aditya. Hanya saja dia merasa jika keduanya tidak terbuka satu sama lain. Tapi, justru memaklumi Nadia hingga bisa senekat itu untuk menyembunyikan Leonel dari pria itu.
"Ibu, untuk sementara bolehkah Nadia menitipkan Leonel di sini dulu?" pinta Nadia.
Ibu Imah langsung menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja. Biarkan dia di sini sampai kamu merasa aman. Kalau kamu, sebaiknya kamu juga lebih baik tinggal di rumah ibu saja" tawar Ibu Imah.
"Jangan, bu. Biar Nadia tetap tinggal di kontrakan belakang saja" balas Nadia merasa tidak enak dengan tawaran yang sudah dia anggap sebagai ibunya itu.
Di sisi lain, Aditya sedang menjemput Nyonya Sinta dari bandara. Sejak kepulangannya dari luar negeri, Aditya memang langsung menuju Pulau Padar. Dia sama sekali tidak singgah dulu ke rumah sang ibu.
Mungkin masih ada rasa kesal yang tidak bisa dia ungkapkan kepada Nyonya Sinta. Hubungan ibu dan anak itu memang merenggang semenjak pernikahannya dengan Nindi beberapa tahun yang lalu gagal digelar.
Tapi Nyonya Sinta tetap saja seperti Nyonya Sinta yang dulu. Dia tetap menjaga penampilannya seperti ibu-ibu sosialita pada umumnya. Make up dan sanggul anti badai nya masih tetap on. Dan bahkan sikap angkuhnya masih terlihat jelas dari perawakannya. Benar-benar tidak ada yang berubah sama sekali.
"Jadi, kapan kamu akan menikah?" tanya Nyonya Sinta membuat Aditya yang mendengarnya semakin geram kepada wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Aku akan menikah jika wanita itu adalah Nadia" jawab Aditya dengan suara lantang.
Nyonya Sinta menghela napas panjang. Jawaban sang anak masih tetap saja sama. Sekeras apa pun dia membujuk Aditya, jawabannya akan tetap sama.
"Wanita itu sudah pergi meninggalkanmu, Aditya! Lagi pula dia tidak pantas untukmu!" balas Nyonya Sinta dengan nada tegas.
Tidak tahu kenapa wanita paruh baya itu sebenci itu terhadap Nadia.
"Aku sudah menemukannya."
Kelopak mata Nyonya Sinta menyipit dan dadanya seperti tertimpa benda padat membuat dia tiba-tiba merasa sesak.
"Di mana?" tanya Nyonya Sinta menuntut. Sepertinya dia masih tidak mau jika Aditya kembali menjalin hubungan dengan anaknya.
"Ibu tidak perlu tahu di mana dia sekarang berada" jawab Aditya yang memang tidak berniat memberitahukannya sedikit pun.
"Aditya...! Aku ini ibumu. Aku tahu apa yang terbaik untukmu, kamu paham nggak?!"
Dengan wajah sengitnya dia membentak Aditya. Sebagai pewaris tunggal dalam keluarganya, Nyonya Sinta ingin Aditya mendapatkan pasangan hidupnya yang sepadan.
"Suatu saat kamu akan mengerti kenapa ibu sangat bersikeras melarang mu menikah dengannya. Cinta saja tidak bisa mempertahankan posisimu di perusahaan Aditya! Ibu sangat menyayangimu, Ibu hanya berusaha melindungi masa depan dan keturunanmu kelak!"
"Aditya justru berpikir sebaliknya. Ibu sama sekali tidka menyayangi Aditya. Jika ibu menyayangi Aditya, tidak mungkin ibu memaksakan kehendak ibu sendiri. Hanya Aditya yang tahu apa yang membuat hidup Aditya bahagia. Karena yang menjalaninya Aditya sendiri, bukan ibu."
Nyonya Sinta berdecak kesal melihat anak satu-satunya itu semakin menggila.
"Bagaimana ibu bisa percaya dengan ucapan mu barusan? Lihat dirimu yang sekarang! Kamu semakin liar saat kamu bertemu dan mengenalnya. Wanita seperti Nadia itu pada awalnya saja akan bersikap manis di hadapanmu, lalu menguasai dirimu. Setelah dia bisa mengontrol dirimu, makan dia akan menguasai hidup dan hartamu. Dan yang terakhir, dia akan membuang mu setelah dia mendapat semuanya itu."
"Ibu salah besar. Dia tidak seperti yang ibu katakan" balas Aditya sambil menggelengkan kepalanya.
"Otakmu memang benar-benar sudah dia cuci, Aditya! Sadar kamu...!!!!"
"Berhenti...!" perintah Aditya kepada sang sopir.
Setelah mobil berhenti, Aditya langsung keluar begitu saja dari dalam mobil. Pria itu sama sekali tidak mengatakan apa-apa lagi ketika dia meninggalkan Nyonya Sinta.
"Aditya, mau ke mana kamu?" Nyonya Sinta langsung menurunkan kaca mobil di sampingnya berteriak melihat Aditya berjalan semakin menjauh.
Aditya sama sekali tidak menghiraukan panggilan ibunya itu. Cukup sudah dia menahan kekesalannya dan selalu berdebat tidak jelas dengan Nyonya Sinta. Apa mungkin dia terlalu menghormati sang ibu makanya dia tidak bisa bersikap kasar. Atau mungkin ada pertimbangan lain makanya dia tidka bisa melampiaskan kemarahannya, mungkin saja.
Sementara Nyonya Sinta hanya bisa memandangi kursi kosong yang diduduki Aditya di sampingnya tadi. Dia memukul sandaran kursi itu untuk melampiaskan kekesalannya.
"Jalan!" titahnya kepada sopir.
💕💕💕
Di Hotel Apioxel
Nyonya Sinta langsung berjalan menuju lobby di mana stand resepsionis hotel itu berada. Wanita paruh baya itu check in sendiri. Pada awalanya dia berencana akan menginap di kediaman Aditya, salah satu villa mereka di sana. Tetapi karena anaknya itu tadi turun di tengah jalan, Nyonya Sinta memutuskan akan menginap di hotel saja.
Sepertinya kerasa kepala Aditya turun darinya. Dia tidak mudah luluh sekeras apa pun Aditya memohon. Sambil menunggu resepsionis menginput data-datanya, Nyonya Sinta berpikir sejenak.
"Apakah wanit itu berada di pulau ini? Empat tahun tidak terdengar, apakah dia menghilangkan diri ke sini? Aiiish, bagaimana bisa Aditya bertemu lagi dengannya! Apak dia mencoba merayu anakku lagi setelah dia mendengar Aditya tidak jadi menikah?"
Nyonya Sinta terlalu menilai Nadia buruk. Pikiran negatifnya sudah lebih dulu mengusai pikirannya. Wanita paruh baya itu merasa gelisah. Kalau Aditya sekeras ini, kemungkinan dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Dari arah belakang Nyonya Sinta, terdengar suara comel anak kecil berbicara dengan girang. Seperti tidak sabaran.
"Nenek Imah epat, Onel mau belenang."
Suara lengkingan anak kecil membuyarkan lamunan Nyonya Sinta. Dia menoleh ke arah sumber suara. Hotel itu memang ada private poolnya. Dan kali ini Pak Bayu mengajak Leonel beserta istrinya ikut pergi ke hotel itu yang kebetulan dari kantor Pak Bayu sedang melakukan pertemuan penting di sana. Dari pada bosan di rumah terus, akhirnya setelah Leonel pulang sekolah, mereka menyusul Pak Bayu ke sana.
Sementara Nyonya Sinta diam terpaku saat dia melihat Aditya versi mininya ada di sana. Begitu sangat familiar di penglihatannya. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan jika dia tidak salah melihat wajah penampilan anak kecil itu.
Aditya versi mini benar ada di hadapannya sekarang ini. Hanya saja anak yang dia lihat itu bertubuh gembul dan memiliki kulit putih bersih. Sementara Aditya memiliki kulit sawo matang. Lainnya benar-benar sangat mirip dengan Aditya.
"Nenek Imah, ayo epat alannya" rengek Leonel sambil tangan mungilnya menggenggam jari-jari Ibu Imah yang berusaha menyamakan langkah lincah Leonel.
Si bocilnya itu itu sepertinya sudah tidak ingin berlama-lama lagi menunggu untuk main-main air. Ibu Imah membungkuk mencium pucuk kepala Leonel. "Sabar dong, sayang. Kamu pakai dulu topi sama kaca mata renangnya" ujar Ibu Imah membawa Leonel ke salah satu sofa yang disediakan pihak hotel bagi tamu untuk menunggu di sana.
Leonel pun meloncat kegirangan.
jangan terburu2 tapi jangan juga terlambat, karena kebahagian Leonel bergantung pada damainya hatimu 🤭
Turun kan egomu Nadia, Leonel butuh sosok orang tua yg utuh,yg selalu bersama,tidak terpisah pisah.
pikirkan tentang Leonel Nadia
bagus nadia jng lemah kpd aditya coba kl ada laki yg lbih dr aditya dan menerima apa adanya trus ortunya pun gk kayak mak nya aditya yg gila harta. semoga jodoh mu.
bikin penasaran aja🙏
Abang Aditya, bertambah lagi orang yang mendukung mu, tinggal selangkah lagi mencairkan hati Nadia,semoga bahagia segera kalian rengkuh🤲😊