NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

"Anna!" Azzam menangkap punggung gadis itu lalu digotongnya.

Damar yang kalah cepat karena kebingungan memikirkan siapa pemuda tadi menjadi ikut panik dan mengikuti Azzam.

Para pengunjung ikut terkejut karena wanita bercadar itu berakhir pingsan dan dibaringkan di ranjang pasien.

Sakit hati dirasakan penonton yang sebagian adalah kaum hawa yang juga memiliki kenangan mirip. Mereka masih merasakan sakit yang tak pernah bisa hilang meskipun sekian purnama. Apa yang disaksikan di depan mata barusan kembali menggores luka lama di hati mereka.

"Alam," panggil Aram pada lelaki itu yang memisahkan pegangannya tanpa bersuara.

Perempuan hamil itu memegangi pinggangnya saat membaca tulisan toilet laki-laki yang dituju suaminya. Tak memiliki pilihan, Aram dengan susah payah duduk di kursi tunggu dengan wajah murung.

"Aggh! Agh! Aghh!" Rustam Alamsyah dengan kepala tertunduk meninju dinding marmer rumah sakit, merasakan kebencian yang tak bisa dipahami.

Air mata yang berhasil ditahan saat menatap netra hazel Anna, kini lolos tak bisa dipendam. Menetes berjatuhan dan membasahi sepatu flat hitam, mengiris-ngiris hatinya.

"Lakukan apa yang kamu inginkan, tapi biarkan aku pergi. Aku ingin pergi. Aku harus menahan diri seperti neraka untuk tidak menyeret mu pergi, kamu tahu? Jika kamu tak mau kehancuranku maka kamu harus menderita sedikit, Anna," lirihnya di kedalaman lautan rasa sakit yang menelannya memercik seperti ombak yang berisik.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dua hari berlalu begitu menyakitkan ...

❤️Sakit bagi Anna yang mata hazel itu terus berkaca-kaca di setiap kesendiriannya. Tersenyum, di depan Abi walaupun dalam hati menangis. Berusaha ceria, di depan umi, menyembunyikan sisi terlemahnya.

Dia tak peduli lagi bahkan tak ingat dengan Azzam dan Damar walaupun pemuda-pemuda itu ada di sekitarnya. Sakit di luar kendalinya. Ini jauh lebih sakit dibandingkan sebelum pertemuan kembali dengan Alam. Ia merasa begitu bodoh, mengapa dulu dia tak tahu jika dia dibohongi sejauh ini.

Mungkinkah, disaat persiapan pernikahannya, disaat Mas Alam rutin menghubunginya setiap 10 menit, justru sedang berduaan dengan perempuan itu hingga menyebabkan kehamilan? Semakin otaknya mencerna, semakin dia rasa tak masuk diakal, ia tak menemukan jawabannya. Dia benar-benar sakit kepala dan jantungnya terus menerus berdetak kencang dipenuhi amarah tak terima.

Tidak hanya Anna,

❤️Sakit juga dirasakan Azzam yang melihat begitu besarnya cinta wanita yang tengah dikaguminya, tetapi cinta itu ditujukan bukan padanya. Belum apa-apa, dia telah merasakan manisnya dari patah hati.

Hatinya terkadang dimenangkan oleh keraguan. Lalu ingin mengundurkan diri.

Dia takut cemburunya makin besar setelah kemarin itu membuatnya begitu kecewa.

Gara-gara laki-laki bernama Rustam Alamsyah, dia merasa menjadi hantu karena tak bisa dilihat Anna, dan dilewati begitu saja tanpa dilirik Anna.

Itu sudah cukup menyakitinya. Mungkinkah Anna bukan jodohnya?

❤️Sakit turut juga dirasakan Rustam dan Aram Adinda Dirgantara. Keduanya perang dingin sejak kembali dari rumah sakit. Kini mereka bak dua orang yang tidak saling mengenal.

❤️ Sakit dan lesu dirasakan Damar. Bedanya, itu menjadi pukulan yang membangun gairahnya untuk lebih melindungi Anna, setelah dia mendapat pelukan tak sengaja tetapi dia begitu merasakan kesakitan yang dirasakan Anna karena getaran sesenggukan Anna.

Dengan dihujani penasaran, dia pulang meninggalkan rumah sakit. Untung ayahnya sedang tidak ceramah hingga dia langsung duduk di kursi seberang.

Damar menatap ayah lama, terus menatap lekat-lekat wajah sang ayah dengan sorot mata tegas sampai akhirnya membuat Ustadz Malik bersuara.

"Wahai anakku, apa yang mengganggu pikiranmu?"

"Damar ingin tahu siapa laki-laki yang matanya sipit dengan andeng-andeng di bawah mata kiri, seperti keturunan china. Wajahnya kotak bermata silver, berambut ikal sedikit pirang. Dia bukan orang sini."

Malik melongo dengan tampang horor. "Kamu membicarakan siapa, wahai putraku sayang?"

"Laki-laki yang dicintai Anna."

Mata Malik membulat sempurna. "Kamu sudah bertemu ..." Malik mengangguk-angguk membenarkan semua ciri-ciri yang disebut putranya. Dia menceritakan kehidupan Pak Hamdan saat Rustam dan kedua orangtuanya datang melamar Anna dan kebetulan Malik waktu itudi sana. Dia memperhatikan putranya yang menyimak dengan keterkejutan itu soal pembatalan pernikahan yang dilakukan Rustam.

...----------------...

"Abi, dua hari lalu Anna bertemu Rustam."

Hamdan yang duduk di ranjangnya langsung membeku. Jantungnya mulai berdetak kencang tak terkendali mendengar nama yang paling tidak ingin didengar. Bola mata hitam melebar, perlahan kelopak matanya pun bergetar. Jadi ini yang membuat Azzam banyak diam?

Kemudian putrinya murung dan Hamdan sempat mengira Anna sedih setelah hasil tes darah yang menunjukkan Anna sebagai pasien TB Aktif. Nyatanya bukan karena soal TB Aktif yang bisa menularkan bakteri itu pada yang lain melainkan soal anak setan itu, pikirnya.

"Mereka bertemu? Kenapa Ana tidak bilang ke Abi?" Kepala Hamdan terasa bergetar seperti berasap, kecewa pada sang putri. Dia merasakan lembab dingin dan menjadi basah di antara kedua pahanya, saat dia duduk selonjor.

 Hamdan melonggarkan kepalan tangan, ia melirik aqua gelas ditangannya yang telah ringsek. Air yang tadinya utuh saat akan diminumnya tetapi sekarang tersisa sepertiga gelas setelah dia mencengkeram dengan begitu kuat karena mendengar nama itu dan tekanan membuat air melewati sedotan lalu mancur begitu saja ke celananya. "Beraninya Anna masih menemui Alam!"

"Kamu baru memberitahuku?" Hamdan mengangkat wajahnya saat Azzam menarik selimut di ujung kakinya lalu menekan titik di antara pahanya agar menyerap air.

"Biar spreinya dilepas saja, Abi." Pemuda itu mulai mengumpulkan seprei basah, menjauhkan dari Hamdan yang bergeser duduk ke ranjang yang hanya berlapis perlak anti air. Dia melipat sprei biru itu selayaknya kain bersih.

"Saya pikir tidak ada yang berani cerita ke Abi karena tak mau membuat Abi kepikiran. Baik umi, Anna atau Damar. Azzam juga masih bingung dari kemarin karena melihatnya langsung. Rustam hampir memukul Anna, beruntung Damar didekatnya dan berhasil menarik Anna."

"Memukul Anna?!" Suara Hamdan menggelegar dan memperhatikan Azzam yang menekan tombol panggilan bantuan. "Alam kenapa di rumah sakit?!"

"Alam?" Alis Azzam berkerut lalu kembali duduk di ujung ranjang, menjaga jarak dengan mata melirik ke arah darah yang naik mengalir ke selang infus abi.

"Iya, kenapa Rustam Alamsyah di di rumah sakit? Apa dia sakit?" Hamdan menunggu saat pemuda itu melirik ke arah lain seolah berpikir. "Zam?"

"Dia bersama perempuan yang hamil 7 bulan."

"Siapa perempuan itu ?" Hamdan menggertakan gigi saat matanya menatap tajam ke mata Azzam, yang dipenuhi dipenuhi banyak pertanyaan.

"Siapa dia!" Hamdan langsung berdiri dengan napas ngos-ngosan dan wajahnya langsung merah padam.

"Kata Anna itu istrinya."

"Istri?" Rahang Hamdan mengeras. Padahal pembatalan pernikahan Alam dengan Anna itu waktunya 3,5 bulan ke belakang, tetapi Alam memiliki perempuan lain yang telah hamil tujuh bulan! Apa Alam melamar anaknya setelah nina-ninu dengan anak orang?

"Abi, Azzam ingin menghibur Anna, tetapi Abi mau bantuin Azzam kan? Tolong Abi mau pindah ditempat yang telah Azzam siapkan ya. Bayangkan seandainya umi di rumah sederhana itu, umi pasti kalau siang sibuk bekerja, lalu pulang-pulang dalam kondisi lelah dan saat mencuci atau memakai kamar mandi yang sama, umi menjadi lebih rawan terpapar walau itu hanya menular lewat udara. Jika terus berkontak langsung dengan Abi dan Ana selama dua minggu ini kemungkinan kecil sekali bila umi tidak akan tertular. Bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati? Tolong kalau Abi tidak mau setuju, setidaknya lakukan ini demi umi. Azzam tulus, tidak ada hubungannya dengan lamaran Azzam. Abi tak perlu sungkan, beginilah yang Azzam lakukan di luar sana ikut ke lapangan membantu sesama dan itu terasa melegakan hati Azzam."

Hamdan menatap dengan serius pada sang pemuda, di dalam dadanya bergetar entah oleh apa. Diperhatikan wajah pemuda yang sebagian tertutup masker itu, banyak pertanyaan yang dia inginkan lontarkan pada Azzam pasca siumannya setelah operasi. Dia memimpikan Azzam. Lagipula sudah banyak yang dilakukan Azzam padanya, sepatutnya dia juga harus berterimakasih dan tidak membuat pemuda itu sedih.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!