NovelToon NovelToon
Ketika Xinyu Terbang Bersamaku

Ketika Xinyu Terbang Bersamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Persahabatan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Xiao Chuhe

Seorang jenderal wanita pertama dari Kota Yunan bernama Liang Xinyu, terlibat aksi perampokan di dalam Kantor Jiandu, dia menyelamatkan perampoknya yang ternyata adalah pemuda dari dunia persilatan yang memiliki reputasi tinggi, Yi Xuan.

Karena merasa memiliki maksud yang sama, Yi Xuan memutuskan untuk membantu Liang Xinyu memecahkan masalahnya.

Padahal sebenarnya, Pendekar berjulukan Weihu Zhengyi ini memiliki niat tersembunyi dari kemunculannya. Dia adalah putra dari Wang Qingshu, seorang pengkhianat yang dipenggal karena membantai 57 orang Keluarga Liang dalam semalam.

Dia menjelajah dunia persilatan untuk menegakkan keadilan demi ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xiao Chuhe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kalian Berhubungan Sangat Baik

Setelah rapat istana berakhir, Xinyu berniat menemui Guru Besar Tang di Istana Yongheng, tujuannya adalah karena dia ingin mengucapkan terima kasih padanya karena sudah membantunya meringankan hukuman.

"Jenderal Agung."

Seseorang memanggilnya dari belakang, Xinyu berbalik dan memberi salam, "Putra Mahkota."

"Jenderal Agung, apa yang kamu lakukan di istanaku?" Putra Mahkota tersenyum sopan.

Xinyu membalas senyuman itu, "Aku ingin menemui Guru Besar untuk berterima kasih, Yang Mulia."

"Kalau begitu, aku akan mengantar Jenderal Agung ke dalam. Guru Besar berada di dalam, aku bisa memberikan jamuan kecil untukmu sementara kamu menunggu."

"Yang Mulia, kamu tahu sendiri aku baru saja dicabut dari jabatanku, jangan memanggilku seperti itu lagi, kamu membuatku tidak nyaman." Xinyu menunduk.

"Nona Besar Liang. Kamu ingin aku memanggilmu seperti itu?" Lu Shilin terkekeh, "Baiklah."

"Aku meminta maaf atas keraguan ayahandaku tadi pagi. Aku tahu kamu adalah pejabat setia dan tidak akan mengkhianatinya.

"Ayahku memang mudah mencurigai siapapun, tidak suka jika tindakan seseorang terlihat seperti mengancam kekuasaannya. Jadi meski jabatanmu dicabut, kamu tetaplah seorang Jenderal Agung di masa mendatang." Lu Shilin tersenyum dan mempersilakan Xinyu duduk di depan meja yang tersedia di halaman luas kediamannya.

"Terima kasih, Yang Mulia." Xinyu tersenyum.

Lu Shilin memanggil pelayan dan memintanya untuk memanggil Guru Besar ke halaman istananya.

"Aku sangat mengagumi Nona Besar Liang. Keberanianmu tidak hanya saat berada di medan perang. Kamu mendapatkan reputasi baikmu karena kesetiaanmu terhadap Dinasti Yin kita. Aku berterima kasih, Nona Besar Liang."

Xinyu tertawa kecil, "Yang Mulia terlalu pandai memuji. Aku melakukannya bukan semata-mata ingin mendapatkan jabatan atau reputasi tinggi. Tapi karena ayahku juga."

"Aku semakin mengagumimu setelah mendengar kabar bahwa kamu sendirian memimpin misi untuk menghancurkan organisasi raksasa penjahat itu.

"Entah itu masalah dunia persilatan atau masalah pemerintah, selama menyangkut kemanusiaan, tentu tidak bisa dibiarkan. Nona Besar, jangan terlalu sedih atas apa yang menimpamu." Lu Shilin mencoba menghibur Xinyu yang hanya termenung mendengarnya bicara.

"Terima kasih atas perhatian Yang Mulia, aku tidak merasa sedih, lagipula jabatan itu bukan sesuatu yang terlalu berharga bagiku," Xinyu tersenyum pahit.

"Maksudku, jangan terlalu bersedih karena kepergian Tuan Muda Yi, Nona Besar." Lu Shilin membenarkan kalimatnya.

Xinyu menatapnya tak berkedip, dia tidak tahu Putra Mahkota akan peduli dengan masalah pribadinya. Apalagi menyebut nama orang kecil di dunia persilatan itu.

"Aku tahu rumor yang beredar di luar istana. Kamu berhubungan sangat baik dengan pendekar itu, dia juga membantumu selama perjalanan di Gunung Wanshang.

"Hubungan kalian pasti tidak sederhana, karena itulah aku mengatakan jangan terlalu bersedih, Nona Besar. Dia sudah pergi, tapi tidak pernah pergi dari hatimu. Kamu juga tidak pernah pergi dari hatinya.

"Selama jabatanmu dicabut, pergilah ke pedesaan atau ke tepi pantai untuk melepas sejenak semua beban di pundakmu. Berliburlah, dan jangan merasa sedih lagi." Lu Shilin tersenyum tulus.

Xinyu menatap lamat-lamat pemuda dua puluh tiga tahun di depannya itu.

Status Putra Mahkota Yongsheng baru disematkan pada namanya satu tahun lalu. Pangeran Keenam, Lu Shilin adalah satu-satunya putra Kaisar yang menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola pemerintahan sejak usianya sepuluh tahun.

Tidak salah jika pada akhirnya dia yang ditetapkan sebagai penerus tahta. Dia bijaksana dan terampil dalam mengambil keputusan.

Tiga tahun lalu, Xinyu pernah berjuang di medan yang sama dengannya. Sejak saat itulah keduanya saling mengenal, persaudaraan terbentuk saat keduanya mengenakan zirah besi kekaisaran yang agung.

"Yang Mulia." Guru Besar Tang sudah datang, Lu Shilin memintanya duduk dan mengobrol dengan Xinyu.

"Kalian mengobrollah, aku ingin membaca buku." Lu Shilin tersenyum dan berdiri.

Tapi Guru Besar mencegahnya dan menyuruhnya kembali duduk, "Aku tidak ingin merasa kedatanganku mengusir Yang Mulia, duduklah dan menemani kami mengobrol."

Lu Shilin terkekeh, dia mengangguk dan kembali duduk, "Baiklah, atas permintaan Guru Besar."

"Sebenarnya, ada urusan apa Jenderal Agung mencariku?" Guru Besar menatap Xinyu yang masih terdiam.

"Lain kali Guru Besar panggil aku Nona Liang saja. Tidak perlu menyebut seperti itu lagi. Guru Besar, aku datang untuk berterima kasih. Kamu sudah membantuku meyakinkan Yang Mulia untuk memercayaiku lagi."

Guru Besar Tang tertawa, "Aku melakukannya bukan untukmu, Nona Besar. Tapi jika aku tidak melakukannya, aku takut ayahmu akan menghantuiku sepanjang malam.

"Kami berteman baik sejak kecil, jika dia tahu putrinya dalam kesulitan dan aku tidak membantunya, takutnya, aku benar-benar akan dihantui sepanjang malam."

Xinyu ikut tertawa, "Guru Besar pandai bercanda. Apapun niat Guru Besar melakukannya, aku berterima kasih dan pasti akan membalas kebaikanmu hari ini di lain hari."

"Bagaimana jika hari ini saja?" Guru Besar menatap Xinyu antusias.

Hal itu membuat Xinyu takut dengan apa yang akan diminta Guru Besar darinya.

"Hari ini, Guru Besar? Silakan Guru Besar sebutkan saja apa yang bisa aku lakukan." Xinyu mengangguk tak keberatan.

"Malam ini kamu datanglah ke kediamanku, temani putriku Tang Xi'er mengobrol. Apakah kamu bersedia?"

Xinyu terkejut dengan permintaan sederhana Guru Besar. Dia juga tidak mengerti kenapa Guru Besar mendadak ingin dia berkenalan dengan Tang Xi'er itu.

Setelah Xinyu menyetujui permintaan itu, Guru Besar langsung pamit untuk pulang ke rumah. Putra Mahkota Yongsheng mengizinkannya pulang. Kini di halaman itu tersisa Xinyu bersama Putra Mahkota.

"Kudengar istri sah Guru Besar baru saja keguguran. Tentu saja Adik Tang merasa sedih karena tidak sempat melihat adiknya.

"Sepertinya Guru Besar sengaja mengundangmu ke rumah untuk menghibur Adik Tang agar tidak merasa sedih lagi. Sebagai orang yang lebih dewasa, kamu seharusnya lebih memahami arti kehilangan, Nona Besar." Putra Mahkota kembali menuangkan teh ke cangkir milik Xinyu.

Xinyu mengangguk, segera mendekatkan cangkirnya agar Putra Mahkota tidak kesulitan, "Tapi aku tidak mengerti kenapa Guru Besar memilihku untuk menemani putrinya yang bersedih."

Putra Mahkota tertawa renyah, "Sebelumnya Adik Tang sering mengunjungiku di sini ketika ayahnya selesai menghadiri rapat istana.

"Dia sangat mengagumimu, Xinyu, tapi tidak berani untuk mengatakannya. Ayahnya adalah guruku, dia tentu orang yang harus aku hormati juga.

"Dia tahu aku berteman denganmu sehingga berharap kamu akan datang ke istanaku sesekali untuk mengobrol. Tapi jangankan datang ke istanaku, kamu jenderal yang sibuk, bahkan jarang menyapaku saat menghadiri rapat bersama.

"Jadi, kamu sudah tahu jawabannya, kan? Guru Besar sangat menyayangi putrinya, meski tidak mengatakan apapun, Guru Besar tahu apa yang diinginkan Adik Tang.

"Sekarang dia berharap kedatanganmu nanti malam mampu mengobati luka di hati Adik Tang." Lu Shilin tersenyum setelah menjelaskan beberapa hal.

Xinyu kembali mengingat-ingat bahwa yang dikatakan Putra Mahkota adalah benar. Sesekali dia melihat gadis tujuh belas tahun itu berjalan melewati kediamannya bersama dua orang pelayan.

Xinyu tidak akan menyadarinya jika Putra Mahkota tidak menceritakan hal itu padanya. Dia sangat berterima kasih karena Putra Mahkota suka rela memberitahunya.

"Kelak jika Adik Tang mengunjungi istanamu lagi, kamu bisa memberitahuku sebelum aku pulang dari rapat istana, Yang Mulia." Xinyu berpamit pergi. Dia bilang ingin berganti pakaian dan bergegas ke Kediaman Guru Besar.

Sebenarnya, Xinyu terburu-buru bukan karena merasa kasihan pada Tang Xi'er. Tapi dia juga membutuhkan teman untuk berbicara. Ya. Teman perempuan yang akrab.

•••

Pukul lima sore, Xinyu sudah berada di dalam kereta kuda bersama Yu Ning. Dia melihat dari jendela keramaian Ibu Kota.

Sebenarnya, dia sengaja membuka jendela lebar-lebar dan melihat kediaman-kediaman di tepi jalan. Bukan karena merasa bosan, dia ingin melihat keadaan di Kediaman Qianluo.

"Nona, apa kamu merasa khawatir?" Yu Ning yang melihat kekhawatiran di raut wajah Xinyu bertanya pelan.

Xinyu menggeleng, "Tidak."

Tepat saat keretanya melewati Kediaman Yi Xuan itu, dia melihat A-ming sedang berjalan keluar dengan wajah murung, pintu kediaman ditutup rapat dan tidak ada orang yang menjaganya.

"Apakah mereka baik-baik saja?" Xinyu bergumam.

"Siapa?"

"Astaga!" Xinyu melotot kesal setelah melihat Yu Ning sudah berada di depan wajahnya.

"Siapa, Nona?" Yu Ning mengulangi pertanyaannya sambil memperbaiki duduk.

Xinyu kembali melihat jendela, "Seorang anak yang tinggal di Kediaman Qianluo. Bulan lalu Yi Xuan mengangkatnya sebagai pelayan pribadi, tapi nyaris tidak pernah mengajaknya ke mana pun ketika dia pergi."

"Oh, anak itu. Kemarin malam aku melihatnya mabuk berat di pinggir jalan. Dia sepertinya juga sangat merasa kehilangan sepertimu." Yu Ning menceritakan kalau kemarin dirinya bertemu A-ming.

"Kemarin Kediaman Qianluo mengadakan upacara penghormatan terakhir untuk Tuan Muda Yi. Banyak warga sekitar yang ikut berduka atas kepergiannya. Aku melihat anak itu mengacau sambil berseru kalau tuan mudanya belum mati dan pasti akan segera kembali. Dia memang mabuk berat." Yu Shan yang duduk di luar sambil mengendalikan kuda ikut menyahut.

Xinyu menghela napas, tampaknya banyak sekali yang terjadi selama dirinya tidak ada. Xinyu berkedip, dia menatap ke arah Yu Shan, "Bagaimana kamu tahu kalau A-ming mengacau?"

"Dia pasti mendengar gosip lagi," Yu Ning mendengus kesal, "sudah kukatakan padamu untuk tidak mendengar gosip, itu tidak baik."

"Kakak, jangan salah paham dulu. Kau tidak tahu karena sibuk di dapur. Upacara itu dibuka untuk umum, aku datang mewakili Nona Besar untuk memberikan penghormatan terakhir pada Tuan Muda Yi. Karena itu aku bisa tahu." Yu Shan membuka tirai pintu kereta untuk protes karena kakaknya yang tukang memarahinya itu.

Xinyu terkekeh, "Terima kasih, Yu Shan. Kamu baik sekali."

"Tidak, sebelumnya kamu mendengar gosip terlebih dahulu sebelum menghadiri upacara penghormatan terakhir. Kalau tidak, kenapa kamu pulang larut malam?" Yu Ning masih saja mengomeli adiknya.

"Kakak, sudah kukatakan padamu kalau aku tidak mendengar gosip. Anak itu mengacau, dia menghancurkan properti upacara yang disiapkan orang-orang dunia persilatan. Mereka harus membuatnya dari awal hingga menunda upacara hingga satu jam. Tentu saja lama."

"Yu Shan, aku memercayaimu, jadi tidak usah mendengarkan perkataan kakakmu, ya. Kakakmu itu, aku." Xinyu tertawa renyah.

"Lihatlah, Nona. Pelayanmu itu selalu saja berprasangka buruk terhadapku." Yu Shan mengadukan perbuatan Yu Ning pada Xinyu.

"Jika saja kamu lebih patuh sedikit, aku akan memperlakukanmu selayaknya kakak memperlakukan adiknya. Tapi kamu tidak pernah patuh, jadi wajar saja kalau memperlakukanmu seperti memperlakukan hewan peliharaan." Yu Ning mendengus.

"Lain kali kamu harus lebih patuh, Yu Shan. Kakakmu ini akan memperlakukanmu seperti raja." Xinyu menepuk-nepuk dadanya dengan bangga, "Jika seperti itu, apakah kamu akan patuh?"

"Tentu saja, Kakak Kedua!" Yu Shan berseru lantang.

"Nona, jangan terlalu memanjakannya. Dia sudah dewasa dan harus mengerti siapa dirinya." Yu Ning keberatan dengan perkataan Xinyu.

Xinyu terkekeh, "Ada pajak 50% yang harus kamu bayar setiap harinya, Yu Shan. Memotong kayu bakar dan memberi makan kuda-kudaku."

"Nona," Yu Shan melongokkan wajahnya dengan ekspresi memelas.

Yu Ning dan Xinyu tertawa renyah.

"Mana ada raja yang memberi makan kuda dan memotong kayu bakar," Yu Shan bersungut-sungut kesal.

1
NurAzizah504
Aduh, patah hati lagi /Facepalm/
NurAzizah504
Lanjut, Kak /Grin/
NurAzizah504
Pastilah keturunan terakhir itu Xinyu
NurAzizah504
Pepet terus, jgn lepas /Facepalm/
NurAzizah504
Cemburu, ya, Bang, ya /Joyful/
Floricia Li
eeh lucu bangett
Floricia Li
seleranya yi xuan saaangat tinggi
Floricia Li
banyaknya selirnya 😅
NurAzizah504
Oh, wow sekali, Yi Xuan /Chuckle/
Floricia Li
hmmm dua duanya sama sama licik 😌
NurAzizah504
Lanjut, Kak. Buat Yi Xuan makin merasa bersalah /Joyful/
NurAzizah504: /Joyful//Joyful/
Xiao Lianhua: nanti aku yang merasa bersalah beneran/Sob/
total 2 replies
mama Al
nah bisa jadi
mama Al
nona jika dia pendekar tampan apa kamu akan jatuh cinta
mama Al
betul betul betul
NurAzizah504
Aku berharap Yu Shan bisa sembuh
Xiao Lianhua: doain ya kak:)
total 1 replies
NurAzizah504
Makin bikin penasaran sama alurnya /Sob/
NurAzizah504: Eh, jgn, dong /Sob/
Xiao Lianhua: bersabarlah menantikan bab berikutnya😭😭 sepertinya besok bolos up lagi🤣
total 2 replies
Floricia Li
ngakak, kasihan banget 😂
NurAzizah504
Aih, kok, malah jadi gini? /Sob/
NurAzizah504
Ampun, deh, Ziqian /Sob/
Ryo Manawa
rajin bener upload nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!